JAKARTA - Pada penutupan perdagangan Jumat, 2 Mei 2025, pasar komoditas global menunjukkan pergerakan yang beragam. Sebagian besar harga komoditas mengalami kenaikan, sementara beberapa lainnya mengalami penurunan. Timah dan nikel mencatatkan penguatan signifikan, sedangkan batu bara dan minyak kelapa sawit (CPO) mengalami tekanan harga.
Timah: Kenaikan Signifikan di Tengah Pasar yang Volatil
Harga timah mencatatkan kenaikan yang signifikan pada penutupan perdagangan Jumat, dengan harga naik 1,9 persen menjadi USD 29.108 per ton. Kenaikan ini menunjukkan tren positif setelah sebelumnya mengalami penurunan. Sepanjang tahun 2024, harga timah mengalami penguatan sekitar 15,48 persen, didorong oleh permintaan yang stabil dari industri elektronik dan otomotif. Namun, harga sempat mengalami penurunan pada pertengahan November 2024, sebelum kembali menunjukkan tren positif pada awal tahun 2025.
Nikel: Rebound Tipis di Tengah Kelebihan Pasokan
Harga nikel tercatat sedikit menguat pada penutupan perdagangan Jumat, dengan kenaikan tipis 0,21 persen menjadi USD 15.111 per ton di London Metal Exchange (LME). Meskipun ada sedikit rebound, harga nikel tetap berada dalam tekanan akibat kelebihan pasokan global. Lonjakan produksi nikel di Indonesia, yang merupakan produsen terbesar dunia, menjadi salah satu faktor utama dalam tekanan harga. Selain itu, teknologi baru yang digunakan oleh produsen baterai China mulai tidak menggunakan nikel, semakin merusak prospek logam tersebut.
Batu Bara: Tekanan Pasokan dan Permintaan Global
Harga batu bara mengalami penurunan pada penutupan perdagangan Jumat, dengan harga turun 0,8 persen menjadi USD 125 per ton. Penurunan ini dipengaruhi oleh lonjakan pasokan global, terutama dari China dan Indonesia. Produksi batu bara China diperkirakan akan meningkat 1,5 persen menjadi 4,82 miliar ton pada tahun 2025, setelah mencatat rekor pada tahun 2024. Sementara itu, produksi Indonesia naik ke rekor tertinggi 836 juta ton pada tahun 2024, 18 persen di atas targetnya. Meningkatnya investasi dalam sumber daya listrik alternatif, termasuk tenaga surya dan biofuel, membatasi prospek permintaan batu bara domestik.
Minyak Kelapa Sawit (CPO): Tekanan Harga di Tengah Permintaan yang Melemah
Harga minyak kelapa sawit (CPO) mengalami penurunan pada penutupan perdagangan Jumat, dengan harga turun 2,43 persen menjadi MYR 4.336 per ton. Penurunan ini disebabkan oleh melemahnya permintaan dari negara-negara pengimpor utama, seperti India dan China. Selain itu, ekspor yang lemah juga menjadi faktor yang menekan harga CPO. Meskipun demikian, pemerintah Indonesia berencana untuk memulai mandat biodiesel B40 pada awal Januari 2025, yang diharapkan dapat meningkatkan permintaan domestik dan mendukung harga CPO.
Analisis Pasar dan Prospek ke Depan
Secara keseluruhan, pasar komoditas global menunjukkan dinamika yang kompleks pada penutupan perdagangan Jumat, 2 Mei 2025. Timah dan nikel mencatatkan penguatan, sementara batu bara dan CPO mengalami tekanan harga. Kelebihan pasokan dan fluktuasi permintaan menjadi faktor utama yang mempengaruhi pergerakan harga komoditas. Ke depan, para pelaku pasar perlu memantau perkembangan produksi dan konsumsi global, serta kebijakan pemerintah yang dapat mempengaruhi keseimbangan pasar komoditas.
Pergerakan harga komoditas pada penutupan perdagangan Jumat, 2 Mei 2025, mencerminkan dinamika pasar yang dipengaruhi oleh faktor-faktor global dan domestik. Timah dan nikel menunjukkan tren positif, sementara batu bara dan CPO menghadapi tantangan harga. Pemantauan terhadap faktor-faktor penyebab fluktuasi harga, seperti pasokan, permintaan, dan kebijakan pemerintah, akan menjadi kunci dalam memahami arah pasar komoditas ke depan.