JAKARTA - PT Indika Energy Tbk (IDX: INDY), salah satu perusahaan energi terkemuka di Indonesia, tengah menghadapi tantangan signifikan akibat fluktuasi harga batubara global yang memengaruhi kinerja keuangannya. Namun, perusahaan ini menunjukkan komitmen kuat untuk bertransformasi melalui strategi diversifikasi bisnis yang ambisius, guna memastikan pertumbuhan berkelanjutan dan mengurangi ketergantungan pada sektor batubara.
Penurunan Kinerja Keuangan INDY
Pada kuartal I 2025, Indika Energy mencatatkan penurunan pendapatan sebesar 13,7% year-on-year (YoY) menjadi US$489,6 juta, sementara laba bersihnya anjlok 85,57% YoY menjadi US$2,9 juta. Penurunan ini terutama disebabkan oleh turunnya harga jual rata-rata (average selling price/ASP) batubara INDY yang tercatat sebesar US$52 per ton, turun 12,9% YoY. Meskipun demikian, perusahaan berhasil menjual 7,3 juta ton batubara, dengan 41% di antaranya dipasarkan ke pasar domestik, melebihi kuota Domestic Market Obligation (DMO) sebesar 25%.
Ricky Fernando, Head of Corporate Communication Indika Energy, menyatakan bahwa kinerja INDY cukup terpengaruh oleh penurunan harga jual rata-rata batubara. "Selain efisiensi biaya dan peningkatan produktivitas, kami juga fokus pada diversifikasi pendapatan, penguatan sinergi antar anak usaha, dan pencarian peluang investasi strategis yang berkelanjutan," ujar Ricky.
Faktor Eksternal yang Mempengaruhi Kinerja
Menurut pengamat pasar modal Muhammad Thoriq Fadilla, sejak awal 2025, harga batubara global cenderung stagnan dan belum memperlihatkan pemulihan signifikan. Hal ini jelas berdampak pada volume produksi batubara maupun pendapatan INDY. Di sisi lain, fluktuasi nilai tukar juga memberi tekanan tersendiri. "Saat mata uang rupiah melemah terhadap dolar AS, maka biaya operasional terutama yang berbasis impor ikut meningkat," tutur Thoriq.
Thoriq menambahkan bahwa peluang perbaikan kinerja INDY dalam jangka pendek masih cukup terbatas, terutama bila harga batubara tidak menunjukkan penguatan yang berarti dalam waktu dekat.