Stok Gas Elpiji 3 Kg Aman, Data Penerima Diminta Diperbarui

Kamis, 26 Juni 2025 | 08:08:38 WIB
Stok Gas Elpiji 3 Kg Aman, Data Penerima Diminta Diperbarui

JAKARTA - Ketersediaan gas elpiji bersubsidi ukuran 3 kilogram di Kota Sabang hingga saat ini masih tergolong aman dan lancar. Distribusi tabung gas kepada masyarakat dilakukan secara berkala dengan jumlah yang mencukupi kebutuhan rumah tangga maupun pelaku usaha mikro. Namun, distribusi subsidi dinilai belum sepenuhnya tepat sasaran karena masih adanya penerima manfaat yang tidak sesuai kriteria.

Pemilik Agen PT Gas Aneuk Meugah Sabang, Munazar, mengungkapkan bahwa pasokan gas elpiji berjalan normal dengan jumlah distribusi rata-rata 32 Delivery Order (DO) atau sekitar 17.920 tabung gas per bulan. Ia menyatakan bahwa jumlah tersebut bisa menyesuaikan tergantung panjangnya hari dalam bulan berjalan.

“Biasanya 32 DO per bulan. Tapi kalau bulan tersebut sampai tanggal 31, bisa sampai 34 DO. Kalau kurang dari itu, bisa sedikit berkurang,” kata Munazar.

Distribusi Dilakukan Dua Hari Sekali

Munazar menjelaskan bahwa distribusi gas elpiji dilakukan dengan pola dua hari sekali, kecuali jika terjadi cuaca buruk yang menyebabkan gangguan transportasi. Dalam satu kali pengiriman, agen bisa menyalurkan antara 1.350 hingga 1.400 tabung gas elpiji ke berbagai pangkalan resmi yang tersebar di wilayah Kota Sabang.

“Pengiriman normal dilakukan dua hari sekali, dengan kapasitas yang disesuaikan. Gangguan biasanya hanya terjadi saat gelombang laut tinggi atau cuaca ekstrem,” ujarnya.

Sabang sebagai kota kepulauan memang sangat tergantung pada jalur distribusi laut. Oleh karena itu, koordinasi dengan operator pelayaran dan dukungan cuaca menjadi faktor penting dalam menjaga kestabilan pasokan elpiji ke masyarakat.

Tidak Pernah Terjadi Kelangkaan

Munazar menegaskan bahwa selama ia menjalankan usaha sebagai agen resmi, tidak pernah terjadi kelangkaan gas elpiji 3 kg di Kota Sabang. Pihaknya selalu memastikan bahwa stok tabung di setiap pangkalan tersedia dan bisa diakses oleh masyarakat sesuai harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah.

“Selama ini distribusi kami berjalan lancar. Tidak pernah ada kekosongan barang di pangkalan,” ucapnya.

Pengawasan terhadap pangkalan juga dilakukan secara ketat oleh agen, termasuk memantau jumlah penyaluran serta kepatuhan dalam menjual elpiji bersubsidi kepada pihak yang memang berhak.

Masalah Validitas Penerima Subsidi

Meski pasokan aman, Munazar menyoroti permasalahan klasik dalam sistem subsidi elpiji 3 kg, yakni ketidaktepatan sasaran penerima. Ia menyebut saat ini banyak kartu subsidi baru yang keluar dengan mudah, tanpa proses verifikasi yang ketat, sehingga masyarakat yang tidak layak justru turut menikmati subsidi.

“Dulu data siapa yang berhak sangat jelas. Tapi sekarang, banyak kartu subsidi baru yang keluar dengan mudah tanpa proses seleksi yang ketat,” jelasnya.

Bahkan menurut pengamatannya, ada rumah tangga yang mengambil lebih dari satu tabung dan menjualnya kembali untuk keuntungan pribadi. Hal ini dianggap sebagai penyimpangan yang merugikan masyarakat yang memang membutuhkan.

Minta Pendataan Ulang dari Pemda

Untuk mengatasi persoalan ini, Munazar meminta agar pemerintah daerah segera melakukan pendataan ulang penerima subsidi. Data yang ada juga perlu disinkronkan dengan data milik Pertamina, agar distribusi elpiji bersubsidi bisa lebih akurat dan sesuai peruntukan.

“Kami berharap pemerintah daerah segera mendata ulang. Sinkronisasi dengan data dari Pertamina sangat penting agar subsidi tepat sasaran,” tuturnya.

Ia menegaskan bahwa tanpa validasi data, upaya menjaga stabilitas pasokan dan efisiensi anggaran subsidi akan sulit tercapai.

Tantangan Distribusi di Wilayah Kepulauan

Sabang, yang terletak di ujung barat Indonesia dan merupakan wilayah kepulauan, memiliki tantangan tersendiri dalam hal distribusi barang, termasuk gas elpiji. Ketergantungan pada transportasi laut membuat pengiriman sangat bergantung pada kondisi cuaca dan logistik.

Dalam konteks ini, peran agen seperti PT Gas Aneuk Meugah Sabang menjadi sangat vital untuk memastikan kelancaran distribusi, termasuk melakukan koordinasi intensif dengan distributor, pihak Pertamina, hingga aparat pengawas lapangan.

Selain itu, penguatan sistem distribusi juga menjadi kebutuhan mendesak, terutama menjelang hari-hari besar keagamaan seperti Meugang, Ramadan, dan Idul Fitri, di mana permintaan gas elpiji biasanya meningkat tajam.

“Kebutuhan gas kami sesuaikan dengan momen seperti Meugang. Permintaan bisa melonjak, dan kami upayakan stok tetap tersedia,” ujar Munazar.

Edukasi dan Pengawasan Terus Diperkuat

Di tengah tantangan distribusi dan penyalahgunaan subsidi, edukasi kepada masyarakat terkait penggunaan elpiji bersubsidi juga terus dilakukan oleh agen bersama dinas terkait. Masyarakat didorong untuk bijak menggunakan elpiji 3 kg dan tidak menjual kembali untuk kepentingan komersial.

Pengawasan dari aparat kepolisian, Satpol PP, dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) juga diperlukan agar pengusaha pangkalan tidak melakukan pelanggaran, seperti menjual di atas HET atau memberikan ke pihak non-subsidi.

Upaya Menuju Elpiji Tepat Sasaran

Pemerintah pusat saat ini tengah mengembangkan sistem digitalisasi distribusi gas elpiji berbasis Subsidi Tepat Sasaran (STS) yang menggunakan barcode dan NIK. Sistem ini diharapkan bisa mengontrol distribusi dari hulu ke hilir, dan memastikan bahwa elpiji 3 kg benar-benar dinikmati oleh masyarakat berpenghasilan rendah.

Jika sistem ini diterapkan secara menyeluruh, maka peran agen seperti Munazar akan semakin penting sebagai penghubung langsung antara distribusi Pertamina dan penerima manfaat di lapangan.

Terkini