Blue Bird Perkuat Transportasi dengan Transformasi Digital di Era Disrupsi

Jumat, 27 Juni 2025 | 13:38:08 WIB
Blue Bird Perkuat Transportasi dengan Transformasi Digital di Era Disrupsi

JAKARTA — PT Blue Bird Tbk, perusahaan taksi legendaris Indonesia, membuktikan diri mampu bertahan di tengah gelombang disrupsi transportasi digital yang dipicu kehadiran Gojek, Grab, dan platform ride-hailing lainnya. Berbekal transformasi strategis menyeluruh, Blue Bird bukan hanya bertahan, tetapi juga terus tumbuh dengan inovasi yang relevan bagi kebutuhan konsumen modern.

Direktur Utama Blue Bird, Andre Djokosoetono, menyatakan, “Kami memilih melakukan transformasi menyeluruh dibanding terpaku pada cara lama. Kami harus beradaptasi agar tetap menjadi pilihan utama pelanggan.”

Langkah Blue Bird dalam menjaga eksistensi dibangun dengan strategi berbasis daur hidup organisasi, yaitu pendirian, pertumbuhan, kematangan, dan fase transformasi. Transformasi ini ditopang lima pilar: inovasi digital, budaya organisasi adaptif, kemitraan strategis, pemanfaatan data, dan keberlanjutan lingkungan.

Dari Pionir Taksi Konvensional ke Era Digital

Didirikan pada 1972 dengan dua mobil bekas oleh keluarga Djokosoetono, Blue Bird sempat menguasai pasar taksi konvensional di Indonesia hingga awal 2010-an. Namun, persaingan mulai ketat sejak ride-hailing menjamur pada 2014. Merespons tantangan itu, Blue Bird merilis aplikasi My Blue Bird pada 2015. Inovasi ini kemudian diperkuat lewat kerja sama strategis dengan Gojek melalui fitur Go-Bluebird, sehingga pemesanan taksi Blue Bird bisa dilakukan langsung di aplikasi Gojek.

Menurut Andre, langkah ini bukti keberanian perusahaan beradaptasi di tengah disrupsi. “Kami sadar perubahan perilaku konsumen tidak bisa dihindari, karenanya kami harus hadir di mana pun pelanggan kami berada,” ungkapnya.

Ekosistem MaaS dan Strategi 3M

Blue Bird juga mengembangkan konsep Mobility-as-a-Service (MaaS) lewat strategi 3M: Multi-Channel, Multi-Product, dan Multi-Payment. Kini, pemesanan Blue Bird tidak hanya melalui My Blue Bird, tapi juga Shopee, Traveloka, KAI, Garuda Indonesia, hingga ShopeeFood.

Andre menegaskan, “Kami mengutamakan kemudahan akses bagi pelanggan di berbagai platform untuk mendukung pengalaman perjalanan yang nyaman dan personal.”

Big Data, IoT, dan Cloud Computing

Transformasi Blue Bird bukan hanya soal kanal digital pemesanan, melainkan juga peningkatan efisiensi operasional. Perusahaan menerapkan Big Data, Internet of Things (IoT), dan cloud computing dalam platform Bluebird One. Data real-time dari sistem dispatch, armada, dan aplikasi diproses untuk:

Menentukan rute tercepat,

Mengurangi waktu tunggu pelanggan,

Mengoptimalkan keterisian kendaraan,

Menjaga perawatan armada lebih responsif.

Strategi berbasis teknologi ini terbukti mampu meningkatkan produktivitas pengemudi, menekan biaya operasional, dan mempertahankan kualitas layanan.

Armada Listrik & Komitmen Lingkungan

Menjawab tantangan perubahan iklim, Blue Bird juga mengembangkan armada kendaraan listrik seperti Silverbird Tesla dan kendaraan dari BYD serta Hyundai. Targetnya, armada listrik akan terus bertambah pada 2025 mendatang. Langkah ini sekaligus mengurangi jejak karbon operasional.

Selain itu, program Blue Bird Peduli menunjukkan keseriusan perusahaan terhadap keberlanjutan sosial. Program ini meliputi beasiswa untuk keluarga pengemudi, dukungan kewirausahaan, vaksinasi gratis, hingga donor plasma.

Menghadapi Krisis dengan Komunikasi Efektif

Pada 2016, Blue Bird menghadapi tekanan besar saat demonstrasi pengemudi menuntut kejelasan atas ketatnya kompetisi dengan ojek online. Perusahaan menanggapinya dengan strategi komunikasi terbuka, termasuk kampanye di media sosial yang menegaskan komitmen pada kesejahteraan pengemudi.

Langkah tersebut berhasil meredam konflik dan memulihkan kepercayaan publik, sekaligus menegaskan posisi Blue Bird sebagai perusahaan yang responsif.

Layanan Berbasis Human Connection

Meski mengedepankan teknologi, Blue Bird tetap memprioritaskan interaksi manusia. “Hubungan personal pengemudi dengan pelanggan menjadi kekuatan kami,” tegas Andre. Fokus pada pelatihan sopir, kebersihan armada, dan kesopanan layanan menjadikan Blue Bird tetap berbeda di tengah maraknya layanan transportasi berbasis algoritma.

SDM Adaptif, Kunci Transformasi

Transformasi tidak mungkin berjalan tanpa dukungan internal. Blue Bird melaksanakan pelatihan intensif bagi karyawan dan pengemudi, serta menerapkan manajemen perubahan yang melibatkan partisipasi semua pihak. Hal ini menciptakan rasa memiliki dan loyalitas yang tinggi terhadap perusahaan.

Tantangan di Depan Mata

Meski sukses beradaptasi, Blue Bird masih harus menghadapi tantangan besar, seperti:

Persaingan Harga: Ride-hailing kerap menawarkan tarif di bawah pasar. Blue Bird menegaskan tidak akan terlibat perang harga, tetapi fokus menjaga kualitas.

Regulasi: Perubahan regulasi yang belum seragam membuat persaingan tidak selalu setara. Blue Bird mendorong pemerintah menghadirkan regulasi yang adil.

Investasi Teknologi: Implementasi IoT, big data, dan armada listrik membutuhkan investasi berkelanjutan yang besar.

Pengakuan Inovasi dan Reputasi Global

Transformasi digital Blue Bird membuahkan pengakuan internasional. Pada 2020, perusahaan dianugerahi penghargaan Digital Transformer dari IDC Digital Transformation Awards. Ini membuktikan transformasi bukan hanya soal aplikasi, tapi menyangkut pembaruan budaya kerja dan adaptasi organisasi ke era digital.

Terkini