JAKARTA - Kementerian Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (Kemenkop UMKM) menerima kunjungan delegasi dari United Nations Department of Economic and Social Affairs (UN DESA) serta Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia dalam rangkaian kegiatan Regional Workshop bertajuk “Toward a Socially Inclusive Creative Economy in Southeast Asia and Pacific Island Countries”, yang digelar pada Kamis, 26 Juni 2025 di Jakarta.
Kegiatan ini menjadi forum penting dalam mendorong integrasi prinsip inklusivitas ke dalam pengembangan ekonomi kreatif, tidak hanya di Indonesia tetapi juga di negara-negara Asia Tenggara dan kawasan Kepulauan Pasifik.
Kolaborasi Internasional untuk Ekonomi Kreatif Inklusif
Workshop regional ini mempertemukan pemangku kepentingan dari berbagai negara, seperti Kamboja, Fiji, Myanmar, Laos, Papua Nugini, dan Timor Leste. Para delegasi dari masing-masing negara hadir untuk berbagi pandangan serta merumuskan strategi bersama guna membangun ekonomi kreatif yang tidak hanya tumbuh secara ekonomi, tetapi juga adil dan inklusif bagi semua lapisan masyarakat.
Dalam pernyataannya, Gita Sabharwal selaku UN Resident Coordinator di Indonesia menyampaikan bahwa kegiatan ini memiliki arti penting dalam memperkuat kontribusi ekonomi kreatif terhadap pembangunan berkelanjutan. Ia menyebut Indonesia telah menunjukkan peran strategis di kawasan, termasuk melalui program pemberdayaan UMKM perempuan yang telah sukses menembus pasar ekspor.
"Workshop ini adalah upaya untuk mendalami bagaimana ekonomi kreatif dapat menjadi bagian integral dari pembangunan nasional yang inklusif. Pengalaman Indonesia dalam membina UMKM perempuan, seperti kelompok penenun di Flores yang mampu mengekspor produknya ke Eropa, menjadi contoh nyata yang dapat direplikasi di negara-negara lain," ujar Gita.
Kontribusi Ekonomi Kreatif Indonesia
Sektor ekonomi kreatif Indonesia saat ini menjadi salah satu kontributor utama dalam pembangunan ekonomi nasional. Berdasarkan data yang disampaikan dalam workshop tersebut, sektor ini telah menyerap sekitar 25 juta tenaga kerja dan menyumbang sekitar 8 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia.
Beberapa subsektor utama yang menunjukkan kinerja unggul adalah batik, musik, film, kuliner, dan kerajinan tangan. Kemenkop UMKM bersama kementerian/lembaga lain terus memperkuat peran UMKM dalam ekosistem kreatif dengan menyediakan pelatihan, akses permodalan, dan pengembangan pasar.
Fokus Workshop: Inklusi Sosial dan Ekonomi Hijau
Workshop regional ini mengangkat dua pilar utama: pertama, memperkuat inklusi sosial dalam sektor ekonomi kreatif, khususnya bagi perempuan, pemuda, penyandang disabilitas, dan kelompok rentan; kedua, mendorong transformasi ekonomi hijau yang berkelanjutan dan berbasis kreativitas.
Gita Sabharwal menekankan bahwa inklusi sosial tidak boleh hanya menjadi slogan, tetapi harus diterapkan melalui program-program nyata. “Kita harus memastikan bahwa perempuan, penyandang disabilitas, dan generasi muda tidak hanya menjadi penonton, melainkan pelaku utama dan penerima manfaat langsung dari perkembangan industri kreatif,” tegasnya.
Contoh Praktik Terbaik: Ekspor oleh UMKM
Sejumlah praktik baik dipaparkan dalam sesi presentasi, di antaranya program South-South Cooperation yang berhasil menghubungkan lebih dari 300 penenun perempuan di Nusa Tenggara Timur dengan pasar ekspor Eropa. Program serupa juga mendukung lebih dari 7.000 UMKM dari wilayah terpencil agar mampu menembus pasar nasional dan internasional.
Inisiatif ini tidak hanya meningkatkan pendapatan pelaku usaha, tetapi juga mengangkat potensi budaya lokal ke pentas global. Workshop ini menyoroti pentingnya peran kemitraan lintas negara dan lembaga dalam mendorong inklusi ekonomi berbasis lokalitas.
Peran Strategis Kemlu RI dan Kemenkop UMKM
Dalam kegiatan ini, Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia bertindak sebagai fasilitator diplomasi internasional dan kerja sama pembangunan, sementara Kemenkop UMKM menjadi mitra pelaksana di tingkat nasional. Kedua institusi ini berkolaborasi erat dengan UN DESA untuk membangun kerangka kerja yang dapat dijadikan acuan di kawasan Asia-Pasifik.
Sinergi lintas sektor dan negara ini diharapkan mampu menghasilkan kebijakan regional yang mendorong pertumbuhan ekonomi kreatif yang inklusif dan berkelanjutan.
Arah Kebijakan dan Tindak Lanjut
Sebagai hasil dari workshop, para peserta menyepakati pentingnya merumuskan kebijakan lanjutan yang fokus pada tiga aspek: penguatan kapasitas digital pelaku UMKM, akses pembiayaan yang adil dan inklusif, serta perluasan akses pasar global bagi produk kreatif.
Indonesia direncanakan menjadi tuan rumah dalam agenda tindak lanjut yang akan dibawa ke forum-forum internasional seperti World Social Summit. Delegasi juga sepakat bahwa Indonesia dapat berperan sebagai pusat rujukan praktik terbaik (best practice) di sektor ekonomi kreatif kawasan.
Tantangan di Lapangan: Akses dan Literasi
Meski potensi ekonomi kreatif Indonesia sangat besar, tantangan yang dihadapi juga tidak sedikit. Rendahnya literasi digital, keterbatasan akses pembiayaan formal, dan ketimpangan distribusi produk ke pasar global menjadi hambatan utama bagi UMKM kreatif.
Melalui forum ini, UN DESA mendorong pengembangan model pembiayaan regional yang dapat meniru kerangka kerja seperti ASEAN Microfinance Support and Empowerment Fund (AMSEF) untuk memperkuat pendanaan inklusif.
Indonesia Siap Jadi Pemimpin Inisiatif Regional
Kunjungan delegasi UN DESA dan Kemlu RI ke Kemenkop UMKM menjadi momentum penting yang menegaskan peran Indonesia sebagai pemimpin inisiatif ekonomi kreatif inklusif di Asia Tenggara dan kawasan Pasifik.
Dengan pengalaman dan pencapaian di sektor UMKM kreatif, Indonesia dinilai layak menjadi panutan dalam menciptakan model pembangunan ekonomi berbasis kreativitas yang berkelanjutan dan adil.
Kegiatan workshop ini tidak hanya menghasilkan wacana, tetapi juga rencana aksi nyata yang menyentuh kebutuhan riil pelaku ekonomi kreatif. Melalui sinergi pemerintah, organisasi internasional, dan pelaku usaha, diharapkan ekonomi kreatif mampu menjadi ujung tombak pembangunan yang inklusif, hijau, dan kompetitif secara global.