Transportasi dan Logistik Nasional Didorong Menuju Sistem Berkelanjutan

Senin, 30 Juni 2025 | 08:03:34 WIB
Transportasi dan Logistik Nasional Didorong Menuju Sistem Berkelanjutan

JAKARTA - Krisis iklim yang semakin nyata menuntut perubahan cepat pada sistem transportasi dan logistik global, termasuk di Indonesia. Pasalnya, sektor ini tercatat menyumbang sekitar 27% dari total emisi gas rumah kaca (GRK) dunia. Transformasi ke arah transportasi dan logistik berkelanjutan kini menjadi langkah mendesak untuk mendukung pembangunan hijau dan mencapai target Net Zero Emission.

Sejalan dengan itu, BINUS @Bekasi menjadi tuan rumah acara Kick-Off Meeting Living Lab Green Corridor Initiative (LLGCI). Forum kolaboratif ini mempertemukan para akademisi, praktisi industri, pemerintah, serta perwakilan internasional untuk bersama-sama menciptakan solusi nyata dalam mempercepat penerapan transportasi dan logistik hijau di Indonesia.

Deputy Campus Director Academic & Student Development BINUS @Bekasi, Prof. Dr. Ir. Sevenpri Candra, menekankan pentingnya inisiatif LLGCI sebagai langkah strategis untuk menghadirkan inovasi berbasis kolaborasi lintas sektor. “Melalui LLGCI, kami ingin menjadikan kampus bukan hanya pusat pendidikan, tetapi juga pusat inovasi yang terintegrasi dengan dunia usaha dan mendukung pembangunan nasional berkelanjutan,” ujar Sevenpri.

Kolaborasi lintas negara dan sektor

Inisiatif ini juga mendapat dukungan internasional. Natasja Van Der Geest dari Kedutaan Besar Belanda menyampaikan bahwa kerja sama lintas negara sangat krusial dalam mengakselerasi penerapan logistik berkelanjutan di Indonesia. “Krisis iklim ini adalah tantangan global. Diperlukan sinergi internasional untuk berbagi pengalaman, teknologi, dan praktik terbaik agar transisi ke logistik hijau bisa berjalan lebih cepat dan efektif,” ungkap Natasja.

Acara ini juga menghadirkan pembicara dari berbagai negara dan latar belakang. Capt. Novyanto Widadi dari Kementerian Perhubungan RI, misalnya, membahas kebijakan nasional terkait upaya pemerintah dalam mendorong efisiensi dan keberlanjutan sektor logistik di Tanah Air. Sementara itu, Dr. Dennis Moeke dari HAN University, Belanda, memaparkan praktik terbaik logistik hijau di Eropa yang bisa menjadi inspirasi untuk diadopsi di Indonesia.

Inovasi teknologi dan kolaborasi jadi kunci

Diskusi yang berlangsung dalam forum ini menyoroti pentingnya pemanfaatan inovasi teknologi, seperti digitalisasi rantai pasok, penggunaan kendaraan berbasis energi bersih, hingga optimalisasi manajemen rute untuk menekan emisi karbon. Para pembicara sepakat bahwa kolaborasi antara pemerintah, pelaku industri, dan perguruan tinggi menjadi kunci utama untuk menciptakan solusi logistik yang efisien sekaligus ramah lingkungan.

“Dengan memperkuat kemitraan, kita dapat mempercepat pengembangan riset dan implementasi green logistics, sehingga bisa berdampak langsung terhadap efisiensi biaya, kelestarian lingkungan, dan peningkatan daya saing nasional,” tegas Dr. Ir. Hardijanto Saroso, Dean of BINUS Business School.

Komitmen bersama lewat Letter of Intent

Momentum kolaborasi ini ditandai dengan penandatanganan Letter of Intent (LoI) oleh para mitra strategis, yaitu BINUS University, Cikarang Dry Port, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), dan HAN University Belanda. Penandatanganan LoI ini menjadi simbol komitmen bersama untuk mewujudkan transportasi dan logistik berkelanjutan di Indonesia.

“LoI ini menegaskan keseriusan kami semua untuk bekerja sama dalam penelitian, pengembangan teknologi, dan implementasi solusi nyata untuk green logistics,” ujar Hardijanto.

Dampak nyata bagi masyarakat dan lingkungan

BINUS @Bekasi melalui inisiatif ini berharap dapat memperkuat peran kampus sebagai pusat riset dan inovasi yang berorientasi pada dampak nyata bagi masyarakat dan lingkungan. Hal ini sejalan dengan visi kampus untuk terus melahirkan talenta unggul yang tidak hanya cakap secara akademis, tetapi juga memiliki kepedulian sosial dan lingkungan.

“Kami percaya pendidikan tinggi memiliki peran strategis untuk mencetak SDM yang mampu menjawab tantangan zaman, termasuk transisi menuju ekonomi hijau,” kata Sevenpri.

Kebutuhan mendesak transformasi logistik

Menurut data International Energy Agency (IEA), jika tidak segera diubah, sektor transportasi dan logistik akan menjadi penyumbang emisi GRK terbesar pada 2050. Oleh karena itu, berbagai negara, termasuk Indonesia, harus bergerak cepat menerapkan solusi konkret, mulai dari elektrifikasi armada logistik, pemanfaatan biofuel, hingga integrasi moda transportasi rendah karbon.

Dalam konteks ini, BINUS @Bekasi melalui LLGCI membuka peluang kolaborasi riset lintas institusi dan industri untuk menciptakan inovasi teknologi, seperti penggunaan kendaraan listrik di sektor logistik, optimalisasi cold chain, serta penerapan Internet of Things (IoT) untuk efisiensi distribusi.

Sinergi kebijakan dan pelaku industri

Capt. Novyanto menegaskan, pemerintah tengah memperkuat kebijakan nasional transportasi berkelanjutan dengan menerbitkan regulasi yang mendukung ekosistem kendaraan listrik, perbaikan infrastruktur hijau, dan insentif bagi pelaku industri yang beralih ke armada logistik ramah lingkungan.

“Komitmen pemerintah sudah jelas, tinggal bagaimana seluruh stakeholder berkolaborasi secara konsisten untuk mempercepat transisi ini,” ujarnya.

Harapan untuk generasi mendatang

Selain untuk kepentingan bisnis dan pembangunan nasional, transformasi sistem transportasi dan logistik hijau ini juga membawa harapan besar bagi generasi mendatang agar mereka dapat hidup di lingkungan yang lebih bersih dan sehat.

“Kita tidak hanya bicara efisiensi bisnis, tetapi juga warisan bumi yang lebih baik bagi anak cucu kita. Itu sebabnya inisiatif seperti LLGCI ini sangat penting untuk terus dijaga dan diperluas jangkauannya,” tutup Sevenpri.

Terkini