JAKARTA - Transformasi besar-besaran tengah terjadi di sektor industri Kabupaten Bekasi. Dari yang sebelumnya mengandalkan model padat karya, tren investasi terbaru justru bergerak ke arah industri padat modal. Pergeseran ini mengubah wajah lapangan kerja di kawasan yang menjadi salah satu pusat industri terbesar di Indonesia, sekaligus menimbulkan tantangan baru bagi tenaga kerja lokal dan para pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).
Perusahaan yang menerapkan konsep padat modal tak lagi membutuhkan banyak tenaga kerja karena proses produksinya mengandalkan otomatisasi dan teknologi mesin. Kondisi ini secara langsung mengurangi serapan tenaga kerja yang sebelumnya banyak bergantung pada sektor industri di Bekasi. Fenomena ini dikonfirmasi oleh Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) Kabupaten Bekasi, yang menilai arah investasi memang semakin dominan ke sektor-sektor yang tak padat tenaga kerja.
Ketua Hipmi Kabupaten Bekasi, Alvin Ramsan, menyebutkan bahwa sejumlah perusahaan sudah menerapkan model ini. “Sudah ada contohnya, seperti Data Center dan lain-lainnya. Sedangkan padat karya akan lari ke luar Kabupaten Bekasi. Ini menjadi tantangan bagi para pengusaha muda,” ungkap Alvin. Data center dan sektor teknologi lainnya yang sedang berkembang pesat memang sangat mengandalkan mesin dan teknologi informasi, bukan lagi sumber daya manusia dalam jumlah besar.
- Baca Juga KIP Kuliah Dukung Pendidikan Papua
Tantangan terbesar dari pergeseran ini adalah ancaman bagi ribuan tenaga kerja yang sebelumnya mengandalkan sektor industri padat karya. Mereka berisiko kehilangan kesempatan kerja jika tak memiliki keterampilan yang relevan dengan kebutuhan industri baru. Apalagi, teknologi berkembang sangat cepat dan menuntut kemampuan pekerja yang lebih spesifik, mulai dari pengoperasian mesin otomatis hingga pemahaman teknologi informasi.
Di sisi lain, perubahan arah investasi ini juga membuka peluang bagi tenaga kerja yang mau beradaptasi. Kesadaran akan pentingnya keterampilan baru harus segera ditanamkan, terutama bagi generasi muda Bekasi, agar mereka tetap memiliki daya saing di dunia kerja modern. Alvin pun menekankan bahwa para pengusaha muda harus mampu membaca arah perkembangan industri agar tak tertinggal.
Sementara itu, pemerintah daerah pun menyadari tantangan besar yang ditimbulkan oleh perubahan ini. Wakil Bupati Bekasi, Asep Surya Atmaja, menilai bahwa sertifikasi kompetensi akan menjadi kunci bagi masyarakat agar bisa tetap bersaing dan berkontribusi di sektor industri padat modal. Ia menegaskan bahwa pemerintah Kabupaten Bekasi siap menjadi jembatan antara kebutuhan industri dengan peningkatan keterampilan masyarakat.
“Banyak potensi yang harus digali. Tentunya harus inovatif. Bekerja itu bukan hanya dari sektor industri, tapi ada pertanian dan peternakan. Pastinya kita harus berkolaborasi,” kata Asep. Ucapan ini menekankan pentingnya diversifikasi ekonomi, di mana masyarakat tak hanya terpaku pada sektor industri besar, tetapi juga mengembangkan potensi lokal lain yang masih terbuka lebar seperti pertanian dan peternakan.
Pemerintah daerah berupaya untuk terus memberikan pelatihan dan sertifikasi bagi pelaku UMKM dan tenaga kerja agar memiliki keahlian sesuai kebutuhan industri modern. Program peningkatan kualitas SDM menjadi langkah strategis untuk mengurangi kesenjangan antara keterampilan yang dimiliki masyarakat dengan yang dibutuhkan oleh sektor industri padat modal.
Selain itu, kolaborasi lintas sektor juga diperlukan agar pelaku UMKM lokal bisa mendapat akses lebih luas pada pasar industri modern. Pemerintah Kabupaten Bekasi membuka peluang bagi UMKM untuk menjadi bagian dari rantai pasok industri, misalnya dalam penyediaan bahan baku pendukung, layanan katering, transportasi, hingga kebutuhan penunjang lainnya. Dengan begitu, industri padat modal tidak hanya menguntungkan perusahaan besar, tetapi juga memberi efek domino pada penguatan ekonomi lokal.
Langkah-langkah ini menjadi sangat penting mengingat Kabupaten Bekasi memiliki posisi strategis sebagai salah satu kawasan industri terbesar di Asia Tenggara. Kawasan industri seperti MM2100, Jababeka, dan kawasan industri lainnya di Bekasi telah menjadi motor utama perekonomian daerah. Jika transformasi industri tidak dibarengi dengan peningkatan kualitas SDM lokal, maka akan terjadi ketimpangan yang bisa berdampak pada meningkatnya pengangguran dan masalah sosial lainnya.
Transformasi menuju padat modal juga menuntut peran aktif dunia pendidikan dan lembaga pelatihan untuk menyiapkan tenaga kerja terampil yang mampu mengoperasikan teknologi modern. Kurikulum pendidikan vokasi dan kejuruan harus mulai disesuaikan dengan kebutuhan industri 4.0 yang semakin berkembang, sehingga lulusan pendidikan siap bekerja di sektor-sektor yang membutuhkan keahlian teknis.
Sektor pendidikan dan pemerintah harus berjalan seiring dengan pengusaha lokal agar kebijakan yang diterapkan benar-benar menjawab tantangan di lapangan. Sementara itu, masyarakat juga harus proaktif meningkatkan keterampilan diri dan tidak bergantung pada lapangan kerja tradisional yang kian menyusut.
Investasi padat modal memang membawa peluang besar untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas industri di Kabupaten Bekasi. Namun, peluang ini hanya akan optimal jika seluruh elemen daerah, mulai dari pemerintah, pelaku usaha, dunia pendidikan, hingga masyarakat, bergerak bersama menyiapkan SDM yang kompetitif.
Kolaborasi erat antarsemua pihak akan memastikan transformasi industri tidak menjadi bencana bagi tenaga kerja, tetapi justru menjadi pendorong terciptanya ekosistem industri modern yang inklusif dan berkelanjutan. Dengan begitu, Kabupaten Bekasi bukan hanya menjadi magnet investasi, tetapi juga daerah yang mampu memberikan kesejahteraan bagi warganya melalui adaptasi terhadap perubahan zaman.