Upaya Korea Utara Genjot Pariwisata Lewat Resor Mewah Wonsan Kalma: Fokus Baru Sambut Turis Rusia

Rabu, 02 Juli 2025 | 11:14:56 WIB
Upaya Korea Utara Genjot Pariwisata Lewat Resor Mewah Wonsan Kalma: Fokus Baru Sambut Turis Rusia

JAKARTA - Di tengah ketegangan geopolitik dan tekanan ekonomi global yang tak kunjung surut, Korea Utara justru mengambil langkah tak terduga dengan memperkenalkan wajah baru sektor pariwisatanya. Negara yang selama ini dikenal tertutup itu kini membuka akses bagi wisatawan mancanegara, khususnya dari Rusia, melalui peluncuran resmi resor pantai mewah di pesisir timurnya.

Proyek ambisius tersebut adalah Wonsan Kalma Coastal Tourist Area, sebuah kawasan wisata yang dibangun di atas lahan strategis tepi laut, dan kini siap menerima hingga 20.000 pengunjung. Kawasan ini tidak hanya disebut sebagai upaya revitalisasi sektor pariwisata Korea Utara, tetapi juga digadang sebagai proyek kebanggaan pemimpin tertinggi, Kim Jong Un, yang secara pribadi mengawasi pembangunannya.

Media pemerintah Korea Utara, KCNA (Korean Central News Agency), menggambarkan proyek ini sebagai simbol dari kemajuan negara dan “kado modernitas” yang akan mengubah citra Wonsan sebagai kawasan wisata elite.

Dari Pantai Terpencil ke “Waikiki-nya Korea Utara”

Kawasan Wonsan Kalma disebut-sebut sebagai versi Korea dari Waikiki, pantai terkenal di Hawaii, Amerika Serikat. Julukan tersebut bukan tanpa alasan. Resor ini dilengkapi dengan hotel bertingkat, vila mewah, taman hiburan, fasilitas olahraga air, serta zona hiburan dan relaksasi dengan pemandangan laut Timur yang menawan.

Transformasi Wonsan Kalma tidak terjadi dalam semalam. Proyek ini mulai dikembangkan sejak pertengahan 2010-an dan sempat mengalami penundaan akibat sanksi ekonomi serta pandemi COVID-19. Namun, pemerintah Korea Utara tetap melanjutkan pembangunannya sebagai bagian dari strategi nasional untuk mengurangi ketergantungan pada industri berat dan menambah sumber devisa non-konvensional.

Kini, resor tersebut telah resmi dibuka dan menjadi simbol baru modernisasi Korea Utara—dalam kerangka versi negara itu sendiri.

Sambut Turis Rusia: Kemitraan Wisata Strategis

Yang menarik perhatian dalam peluncuran ini adalah sorotan pada wisatawan asal Rusia. Korea Utara secara eksplisit menyatakan bahwa resor ini akan dibuka untuk menyambut turis dari negara tetangga utaranya tersebut. Hal ini memperkuat sinyal bahwa Pyongyang tengah mempererat hubungan bilateral dengan Moskow, tidak hanya dalam bidang politik dan militer, tetapi juga dalam sektor ekonomi dan pariwisata.

Rusia, yang saat ini juga menghadapi sanksi ekonomi dari negara-negara Barat akibat konflik di Ukraina, menjadi mitra strategis yang relevan bagi Korea Utara dalam membangun kemitraan alternatif. Kedua negara kini kerap bertukar kunjungan diplomatik dan menjajaki berbagai bentuk kerja sama regional.

Dengan adanya jalur khusus untuk wisatawan Rusia, Wonsan Kalma bisa menjadi zona eksklusif yang memfasilitasi hubungan people-to-people antara warga Korea Utara dan Rusia, yang selama ini sangat dibatasi oleh kebijakan imigrasi kedua negara.

Strategi Diversifikasi Ekonomi di Tengah Sanksi

Peluncuran Wonsan Kalma juga menunjukkan bahwa Korea Utara sedang mengalihkan fokus pada sektor pariwisata sebagai sumber pemasukan alternatif. Di bawah sanksi ekonomi global yang membatasi ekspor batu bara, tekstil, dan produk industri lainnya, Pyongyang perlu mencari jalur ekonomi yang tidak langsung terkena blokade internasional.

Pariwisata menjadi salah satu opsi realistis. Meskipun kontribusi sektor ini terhadap ekonomi nasional masih kecil, namun pengembangan destinasi berskala besar seperti Wonsan Kalma menunjukkan bahwa pemerintah serius dalam membangun pilar baru pendapatan nasional.

Sebelumnya, Korea Utara juga sempat menjalin kerja sama dengan China untuk mengembangkan kawasan wisata Gunung Kumgang. Namun, proyek tersebut terhenti akibat memburuknya hubungan diplomatik dan pandemi. Kini, dengan Rusia sebagai mitra utama, Korea Utara tampak lebih berhati-hati namun tetap agresif mengejar peluang.

Tantangan di Balik Kemewahan: Siapa yang Benar-Benar Bisa Berkunjung?

Meskipun resor mewah telah diresmikan dan diklaim mampu menampung puluhan ribu orang, pertanyaan utama yang muncul adalah: siapa sebenarnya yang dapat menikmati fasilitas ini? Rakyat Korea Utara sebagian besar hidup dalam keterbatasan ekonomi, dan akses ke tempat wisata modern semacam ini tentu bukan hal yang mudah.

Selain itu, kontrol ketat terhadap wisatawan asing, termasuk pembatasan area kunjungan dan pendampingan pemandu pemerintah, membuat pariwisata di Korea Utara tidak seperti negara lain. Oleh karena itu, meskipun secara fisik kawasan ini terbuka, dari sisi regulasi dan akses tetap sangat terbatas.

Pengamat hubungan internasional juga menilai bahwa pembukaan Wonsan Kalma lebih bersifat simbolik daripada fungsional. Tujuannya lebih kepada membangun narasi domestik bahwa negara sedang bergerak maju di bawah kepemimpinan Kim Jong Un, meskipun situasi ekonomi global masih memburuk.

Diplomasi Gaya Baru ala Korea Utara?

Langkah membuka destinasi wisata mewah juga dapat dibaca sebagai bagian dari diplomasi lunak atau soft power Korea Utara. Lewat resor pantai dan potensi pengalaman pariwisata, Pyongyang mencoba mencitrakan diri sebagai negara yang stabil, aman, dan menarik untuk dikunjungi—walau tetap berada dalam sistem politik tertutup.

Apalagi, dengan arsitektur modern dan lanskap pesisir yang indah, Wonsan Kalma berpotensi menarik perhatian wisatawan dari negara-negara sekutu atau netral, termasuk di Asia Tengah, Timur Tengah, dan bahkan Afrika.

Jika Korea Utara berhasil memanfaatkan resor ini sebagai pintu gerbang diplomatik pariwisata, maka bukan tidak mungkin model ini akan direplikasi di daerah lain.

Pantai, Politik, dan Persepsi Global

Peresmian Wonsan Kalma Coastal Tourist Area menjadi tonggak baru dalam kebijakan pembangunan Korea Utara. Ia tidak sekadar simbol kemajuan infrastruktur, tetapi juga cermin dari strategi geopolitik Pyongyang yang kini semakin adaptif terhadap perubahan dinamika global.

Dengan menargetkan wisatawan Rusia dan menampilkan kemewahan di tengah tantangan ekonomi, Korea Utara mengirim pesan kepada dunia bahwa mereka masih punya kendali atas arah pembangunan nasional. Namun apakah langkah ini akan berbuah manis dalam jangka panjang atau hanya menjadi propaganda domestik semata, masih perlu waktu untuk melihat dampaknya secara nyata.

Terkini