JAKARTA - Kabupaten Samosir kembali menunjukkan komitmennya sebagai pusat pelestarian budaya dan sejarah Batak melalui penyelenggaraan Festival Wisata Edukasi Leluhur Batak Rumahela 2025. Acara ini secara resmi dibuka oleh Bupati Samosir Vandiko Timotius Gultom, ST, yang didampingi oleh tokoh nasional sekaligus Pembina Komunitas Rumahela, DR. Hinca IP. Panjaitan XIII, SH, MH, ACCS, pada Selasa 01 JULI 2025, bertempat di halaman Kantor Bupati Samosir.
Festival ini bukan sekadar seremonial budaya, melainkan bagian dari gerakan pelestarian nilai-nilai luhur masyarakat Batak yang kian mendapat sorotan nasional. Dengan berbagai kegiatan edukatif dan atraksi budaya yang ditampilkan, Festival Rumahela tahun ini menjadi momentum penting untuk menguatkan identitas lokal sekaligus memperkenalkan kearifan leluhur Batak kepada generasi muda serta wisatawan.
Bupati Vandiko menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan bentuk penghargaan atas kekayaan budaya Batak, sekaligus sarana untuk membangkitkan semangat generasi muda dalam menjaga dan mengembangkan warisan leluhur.
“Kami menyambut baik dan mengapresiasi pelaksanaan Festival Rumahela 2025 ini sebagai bentuk edukasi yang berakar pada budaya. Harapan kami, generasi muda Batak bisa semakin mencintai jati dirinya dan menjadi penerus yang melestarikan nilai-nilai luhur nenek moyang,” ujar Vandiko dalam sambutannya.
Ia juga menyebut bahwa Pemerintah Kabupaten Samosir akan terus memberikan dukungan penuh terhadap kegiatan-kegiatan yang mendorong pelestarian budaya lokal serta berkontribusi terhadap sektor pariwisata dan pendidikan karakter.
Festival ini merupakan hasil kolaborasi antara Komunitas Rumahela, pemerintah daerah, dan berbagai pemangku kepentingan yang peduli terhadap budaya Batak. Selama beberapa hari ke depan, festival ini akan menyajikan berbagai kegiatan menarik seperti napak tilas sejarah leluhur Batak, pemaparan nilai-nilai adat dalam kehidupan modern, pertunjukan seni tradisional, dan dialog budaya antar generasi.
Dalam kesempatan tersebut, DR. Hinca IP. Panjaitan XIII menegaskan bahwa penyelenggaraan Festival Rumahela bukan sekadar panggung budaya biasa, tetapi merupakan gerakan kebudayaan yang memiliki makna strategis dalam memperkuat jati diri bangsa.
“Festival ini adalah jalan sunyi yang kami tempuh untuk kembali mengenali siapa kita sesungguhnya. Kita ingin anak-anak muda Batak tahu dari mana mereka berasal, nilai-nilai apa yang mereka warisi, dan bagaimana mereka bisa menjadikannya pedoman dalam kehidupan modern,” ungkap Hinca.
Ia juga menekankan pentingnya merawat sejarah dan budaya Batak agar tidak tergerus zaman. “Jangan sampai kita hanya mengenang, tapi tidak menjalani. Festival ini mengajak kita bukan hanya untuk menonton, tapi untuk mengalami, menghayati, dan meneruskan,” lanjutnya.
Salah satu yang menarik perhatian dalam festival ini adalah sesi edukasi budaya kepada pelajar dan mahasiswa. Mereka diperkenalkan pada filosofi hidup Batak, struktur sosial adat, peran huta (desa adat), hingga pemahaman tentang silsilah marga. Hal ini diharapkan dapat membentuk karakter generasi muda yang tangguh dan berakar kuat pada nilai-nilai tradisional.
Sejumlah tokoh adat, akademisi, dan budayawan turut hadir dalam festival ini, menambah bobot intelektual dan spiritual dari rangkaian acara. Para tokoh tersebut menyuarakan pentingnya merevitalisasi budaya lokal sebagai sumber solusi atas berbagai tantangan sosial, khususnya dalam konteks pembangunan daerah yang berkelanjutan.
Menurut Panitia Pelaksana Festival, kegiatan ini juga dirancang untuk mendukung sektor pariwisata lokal. “Kita ingin wisatawan datang ke Samosir bukan hanya untuk melihat keindahan alamnya, tapi juga merasakan kekayaan budaya Batak yang sarat makna dan nilai,” ujar salah satu panitia.
Bupati Vandiko dalam pernyataan lanjutannya juga menyampaikan bahwa festival semacam ini dapat meningkatkan ekonomi lokal secara signifikan. “Ketika budaya kita menjadi daya tarik, maka pariwisata tumbuh. Dan saat pariwisata tumbuh, ekonomi masyarakat bergerak. Itulah sinergi yang ingin kita bangun antara budaya, pendidikan, dan pembangunan ekonomi,” tegasnya.
Komunitas Rumahela sendiri sudah dikenal aktif dalam kegiatan pelestarian budaya Batak di berbagai daerah, baik di Sumatera Utara maupun luar daerah. Dengan pendekatan yang edukatif, komunitas ini mendorong masyarakat untuk menggali nilai-nilai luhur Batak dalam kehidupan sehari-hari, termasuk melalui pengajaran bahasa Batak, pengenalan aksara Batak, hingga revitalisasi musik dan tarian tradisional.
DR. Hinca Panjaitan dalam penutupan sambutannya menyampaikan harapannya agar Festival Rumahela dapat menjadi agenda tetap tahunan dan diperluas cakupannya ke berbagai wilayah Batak. “Kami ingin ini menjadi gerakan budaya yang terus bergerak, lintas daerah, lintas generasi. Rumahela adalah rumah bersama yang membuka jalan kita pulang ke akar,” ujarnya penuh semangat.
Festival Rumahela 2025 ini menjadi simbol bahwa di tengah modernitas, masih ada ruang untuk menjaga akar budaya dengan cara yang adaptif, inklusif, dan penuh makna. Samosir, sebagai tanah Batak yang kaya sejarah, menjadi saksi bahwa budaya bukan hanya warisan masa lalu, tetapi juga bekal masa depan.