Gibran: Petani Butuh Teknologi Modern untuk Capai Swasembada Gula

Selasa, 08 Juli 2025 | 14:28:56 WIB
Gibran: Petani Butuh Teknologi Modern untuk Capai Swasembada Gula

JAKARTA - Pemerintah tengah menggenjot langkah besar menuju kemandirian sektor pangan, khususnya dalam hal swasembada gula konsumsi. Salah satu upaya yang menonjol datang dari Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka yang menekankan pentingnya teknologi modern serta peran generasi muda dalam merevolusi pertanian nasional.

Gibran menilai bahwa peningkatan produktivitas pertanian, terutama dalam industri gula, tidak bisa lagi mengandalkan metode konvensional. Ia menekankan bahwa mekanisasi dan adopsi teknologi seperti penggunaan drone merupakan kunci transformasi sektor ini. Dalam pandangannya, pertanian masa depan bukan hanya soal kerja keras, tetapi juga soal inovasi dan efisiensi berbasis teknologi.

"Jadi untuk peningkatan produksi, tentu kita tidak bisa terlepas dari yang namanya itu mekanisasi alat modern. Nanti ada demo penggunaan drone karena sekali lagi, jika kita di lapangan, yang diminta para petani itu pasti alat-alat modern," ujarnya saat menyampaikan arahannya di sebuah agenda pertanian.

Pernyataan Gibran ini menyoroti pentingnya adaptasi terhadap era pertanian 4.0, di mana digitalisasi dan otomatisasi mulai menjadi kebutuhan utama para petani. Salah satu teknologi yang menjadi sorotan adalah drone pertanian. Teknologi ini tidak hanya membantu dalam pemupukan dan penyemprotan, tetapi juga dalam pemetaan lahan serta pengawasan pertumbuhan tanaman secara presisi.

Lebih lanjut, Gibran menggarisbawahi bahwa pengoperasian teknologi canggih ini memerlukan keterampilan khusus yang lebih akrab bagi generasi muda. Oleh sebab itu, ia telah meminta Menteri Pertanian Amran Sulaiman untuk melibatkan anak-anak muda dalam proses modernisasi sektor pertanian.

"Saya juga titip ini pak menteri melibatkan anak-anak muda karena kita menggunakan alat modern, saya mohon lebih banyak anak muda yang dilibatkan," tegas Gibran.

Menurutnya, dengan mengintegrasikan anak muda ke dalam sektor pertanian, tidak hanya terjadi transfer teknologi yang lebih cepat, tetapi juga membawa semangat baru yang dibutuhkan untuk mendorong produktivitas. Gibran melihat potensi besar pada generasi muda sebagai agen perubahan, terlebih dengan kemampuan mereka dalam menguasai teknologi digital.

Langkah ini sekaligus menjadi jawaban atas tantangan regenerasi petani yang selama ini menjadi sorotan di berbagai daerah. Pertanian sering kali dianggap sebagai sektor yang kurang menarik bagi generasi muda karena dianggap ketinggalan zaman dan kurang menjanjikan secara ekonomi. Namun, kehadiran teknologi canggih seperti drone, alat panen otomatis, dan sensor pertanian berbasis IoT, berpotensi mengubah persepsi tersebut.

Namun, di tengah optimisme tersebut, Gibran tidak menutup mata terhadap kenyataan bahwa biaya investasi alat-alat modern tidaklah murah. Ia menyadari bahwa harga yang tinggi menjadi salah satu kendala utama bagi para petani, terutama petani kecil. Oleh karena itu, Gibran menegaskan bahwa negara harus hadir dalam membantu pengadaan alat-alat pertanian modern agar produksi bisa terus ditingkatkan.

"Memang ini alat-alatnya kan sedikit mahal, tapi harus kita sediakan agar produksi terus meningkat," ungkapnya.

Pernyataan ini mencerminkan komitmen pemerintah untuk tidak hanya menuntut peningkatan hasil produksi, tetapi juga menyediakan sarana dan prasarana pendukung bagi para petani. Dukungan tersebut bisa berupa subsidi alat, bantuan program mekanisasi, hingga pelatihan teknis dalam pengoperasian teknologi terbaru.

Langkah akselerasi menuju swasembada gula juga selaras dengan amanat pembangunan pangan nasional yang berkelanjutan. Indonesia masih menghadapi tantangan besar dalam mengurangi ketergantungan terhadap impor gula, sementara konsumsi terus meningkat. Target ambisius untuk mencapai swasembada gula konsumsi pada 2028 menjadi tolok ukur yang ingin dicapai pemerintah di bawah kepemimpinan Presiden dan Wakil Presiden saat ini.

Dalam konteks yang lebih luas, dorongan penggunaan teknologi modern di sektor pertanian juga menjadi bagian dari strategi nasional dalam menghadapi ancaman krisis pangan global. Ketika perubahan iklim dan ketidakpastian geopolitik mulai memengaruhi pasokan pangan dunia, Indonesia harus memperkuat ketahanan pangannya dari dalam negeri. Salah satu upaya konkret adalah meningkatkan produktivitas komoditas strategis seperti gula, melalui pendekatan berbasis inovasi.

Dukungan Gibran terhadap modernisasi pertanian juga mencerminkan semangat keberpihakan pada petani sebagai ujung tombak kedaulatan pangan nasional. Dalam setiap kesempatan, Gibran kerap menekankan pentingnya kehadiran negara dalam menyediakan dukungan nyata, bukan sekadar slogan atau janji-janji.

Di sisi lain, pelibatan anak muda dalam sektor ini juga memberi harapan besar terhadap keberlanjutan dunia pertanian. Dengan pendekatan yang inklusif dan kolaboratif antara pemerintah, masyarakat petani, pelaku industri, dan generasi muda, Indonesia memiliki peluang besar untuk mewujudkan mimpi lama: mandiri dalam pangan, khususnya gula.

Dengan langkah strategis dan konsisten seperti ini, cita-cita swasembada gula pada 2028 bukanlah mimpi semata. Justru, melalui kombinasi antara semangat gotong royong petani, dukungan teknologi modern, serta komitmen pemerintah, cita-cita itu menjadi semakin realistis untuk digapai dalam waktu dekat.

Terkini

The Wonosari: Properti Terjangkau untuk Keluarga Muda

Jumat, 08 Agustus 2025 | 08:18:44 WIB

Perkembangan Terkini Proyek Tol Japek II Selatan

Jumat, 08 Agustus 2025 | 08:27:33 WIB

Megaproyek Gas Blok Masela Masuki Tahap FEED

Jumat, 08 Agustus 2025 | 08:32:54 WIB