Harga Minyak Tertekan Tarif dan Stok

Rabu, 09 Juli 2025 | 13:58:02 WIB
Harga Minyak Tertekan Tarif dan Stok

JAKARTA - Kondisi pasar minyak global kembali menunjukkan tanda-tanda penurunan seiring dengan meningkatnya kehati-hatian investor terhadap sejumlah faktor ekonomi dan kebijakan internasional. Salah satu sorotan utama saat ini adalah ketidakpastian mengenai kebijakan tarif yang akan diterapkan Amerika Serikat, serta potensi dampaknya terhadap perdagangan global dan permintaan energi. Situasi ini menyebabkan harga minyak dunia melemah tipis setelah sebelumnya sempat menyentuh level tertinggi dalam dua pekan terakhir.

Berdasarkan data perdagangan terakhir, harga minyak mentah berjangka Brent mengalami penurunan sebesar 7 sen atau sekitar 0,1 persen dan berada di kisaran US$70,08 per barel. Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) dari Amerika Serikat turut turun 8 sen atau 0,1 persen menjadi US$68,25 per barel. Penurunan ini terbilang moderat, namun cukup mencerminkan kekhawatiran pasar terhadap kondisi global yang belum pasti.

Di balik pelemahan harga ini, ada dinamika geopolitik dan ekonomi yang tengah berkembang. Salah satunya adalah keputusan Presiden AS untuk menunda implementasi tarif baru hingga 1 Agustus. Kebijakan ini memberi napas bagi beberapa mitra dagang utama AS seperti Jepang, Korea Selatan, dan Uni Eropa, yang masih berharap tercapainya kesepakatan dagang lebih lanjut. Namun, langkah tersebut justru menimbulkan kebingungan bagi sejumlah eksportir kecil, termasuk negara-negara seperti Afrika Selatan, yang belum mendapat kejelasan posisi dalam kebijakan perdagangan baru AS.

Ketidakpastian ini tidak hanya menciptakan ketegangan di sektor perdagangan, tetapi juga menyebar ke pasar komoditas, khususnya energi. Rencana pemerintah AS untuk mengenakan tarif hingga 50 persen terhadap impor tembaga, serta tambahan tarif terhadap produk-produk semikonduktor dan farmasi, memperkeruh suasana pasar global.

Analis Senior Pasar Phillip Nova, Priyanka Sachdeva, menyatakan bahwa investor saat ini tengah dibanjiri dengan berita-berita utama seputar tarif dan dampaknya terhadap perdagangan global. Menurutnya, reli harga minyak beberapa waktu lalu tergolong mengejutkan, mengingat banyaknya tekanan dari ketidakpastian global serta prospek pertumbuhan ekonomi dunia yang cenderung melemah.

Selain faktor eksternal seperti kebijakan tarif, pasar minyak juga tengah mencermati data persediaan minyak mentah. Berdasarkan laporan industri, terdapat potensi kenaikan stok minyak mentah sekitar 7,1 juta barel. Kenaikan ini cukup signifikan dan diperkirakan bisa menekan harga minyak lebih lanjut, walaupun stok untuk produk bahan bakar justru tercatat mengalami penurunan.

Laporan mingguan dari American Petroleum Institute (API) turut menjadi penentu sentimen pasar. Para analis dari ING menyatakan dalam catatan kepada klien bahwa angka dari API memberikan sinyal negatif terhadap pergerakan harga minyak, terutama karena akumulasi stok yang melebihi ekspektasi. Informasi resmi dari Badan Informasi Energi AS (EIA) pun ditunggu pelaku pasar untuk memberikan konfirmasi terhadap tren suplai dan permintaan yang terjadi.

Sementara itu, di sisi suplai jangka panjang, EIA juga merilis proyeksi terbaru terkait produksi minyak dalam negeri AS. Produksi minyak diperkirakan akan mencapai sekitar 13,37 juta barel per hari pada 2025, sedikit lebih rendah dari proyeksi sebelumnya sebesar 13,42 juta barel per hari. Penyesuaian proyeksi ini tidak terlepas dari harga minyak yang cenderung menurun belakangan ini. Meskipun begitu, Amerika Serikat masih memegang status sebagai produsen minyak terbesar dunia.

Di tengah kekhawatiran global ini, permintaan domestik di Amerika Serikat pada momen libur nasional seperti perayaan 4 Juli dilaporkan tetap tinggi. Aktivitas perjalanan yang meningkat menjadi salah satu faktor penyeimbang terhadap tekanan harga akibat berita negatif yang mendominasi pasar. Namun, kondisi ini dianggap belum cukup kuat untuk mendorong harga minyak secara signifikan dalam jangka pendek, mengingat tekanan dari sisi suplai dan kebijakan masih dominan.

Sentimen negatif dari potensi peningkatan stok dan ketidakpastian kebijakan dagang membuat investor memilih sikap wait and see. Mereka enggan mengambil risiko lebih besar di tengah pasar yang rawan gejolak dan berita-berita kebijakan yang belum pasti. Secara keseluruhan, volatilitas harga minyak diprediksi masih akan terjadi dalam waktu dekat, terutama menjelang keputusan final dari pemerintah AS terkait tarif impor yang akan diberlakukan.

Pasar energi global kini berada dalam fase transisi yang cukup rumit, di mana fundamental permintaan dan suplai harus berhadapan dengan faktor-faktor eksternal seperti ketegangan geopolitik, kebijakan tarif, dan fluktuasi pasar keuangan. Dalam situasi seperti ini, harga minyak cenderung sensitif terhadap setiap berita yang muncul, baik dari laporan data resmi maupun pernyataan politikus dan regulator.

Dengan semakin dekatnya tenggat waktu keputusan tarif dari pemerintah AS, investor dan pelaku pasar masih akan terus mencermati setiap perkembangan yang terjadi. Kejelasan arah kebijakan ekonomi AS diyakini menjadi salah satu faktor kunci yang menentukan pergerakan harga minyak global pada paruh kedua tahun ini.

Terkini

Peluang Emas untuk 6 Shio di Remove Day 8 Agustus 2025

Jumat, 08 Agustus 2025 | 11:40:56 WIB

Zodiak 8 Agustus 2025: Virgo Punya Peluang Karier Baru

Jumat, 08 Agustus 2025 | 11:44:01 WIB

Siomay: Kuliner Tradisional yang Tak Lekang oleh Waktu

Jumat, 08 Agustus 2025 | 11:51:42 WIB