JAKARTA - Fluktuasi harga sembilan bahan pokok (sembako) terus menjadi perhatian utama masyarakat, terutama di wilayah perkotaan seperti Yogyakarta. Informasi mengenai harga terkini sangat krusial, tidak hanya bagi konsumen yang ingin mengatur pengeluaran rumah tangga, tetapi juga bagi pedagang dan produsen dalam menyusun strategi usaha mereka di tengah dinamika pasar.
Salah satu temuan penting dalam perkembangan harga terbaru di Jogja adalah kenaikan harga beras, khususnya untuk kategori medium dan premium. Kedua jenis beras ini merupakan komoditas paling banyak dikonsumsi masyarakat, sehingga perubahan harga sekecil apapun akan berdampak signifikan terhadap struktur pengeluaran rumah tangga.
Informasi harga ini biasanya bersumber dari lembaga resmi seperti Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional (PIHPS) dan Badan Pangan Nasional (Bapanas). Keduanya menyediakan data real-time berdasarkan pantauan langsung di pasar-pasar tradisional utama di wilayah Jogja seperti Pasar Beringharjo dan Pasar Kranggan.
Kenaikan Harga Beras Jadi Sorotan
Dari pantauan PIHPS, harga beras kualitas medium dan premium mengalami peningkatan. Misalnya, beras kualitas medium I tercatat di angka Rp15.150 per kilogram, sedangkan kualitas super I mencapai Rp16.250 per kilogram. Ini menunjukkan tekanan harga yang nyata pada komoditas pokok yang sangat bergantung pada ketersediaan dan distribusi.
Sementara itu, data dari Bapanas memperkuat temuan tersebut. Harga beras premium naik dari Rp14.000 menjadi Rp14.375 per kilogram, dan beras medium naik dari Rp13.000 menjadi Rp13.375 per kilogram. Kenaikan ini menunjukkan tren yang konsisten dan perlu diantisipasi baik oleh konsumen maupun pemangku kepentingan di sektor pangan.
Kenaikan ini berpotensi memberi tekanan tambahan terhadap daya beli masyarakat, terutama di tengah kondisi ekonomi yang belum sepenuhnya pulih. Masyarakat berpenghasilan rendah bisa terdampak paling signifikan karena beras merupakan kebutuhan pokok yang dikonsumsi setiap hari.
Komoditas Lain Relatif Stabil
Di sisi lain, mayoritas harga bahan pokok lainnya cenderung stabil. Misalnya, harga bawang merah ukuran sedang berada di kisaran Rp42.500/kg, bawang putih di Rp42.000/kg, dan daging ayam segar dijual seharga Rp32.000/kg.
Sementara itu, harga cabai menunjukkan variasi. Cabai rawit merah yang terkenal fluktuatif, saat ini berada di angka Rp62.500/kg, menjadi salah satu komoditas dengan harga tertinggi. Cabai merah besar dan keriting masing-masing berada di Rp38.750/kg dan Rp35.000/kg.
Daging sapi kualitas 1 masih berada di kisaran Rp140.000/kg, sedangkan kualitas 2 di angka Rp132.500/kg. Harga telur ayam ras stabil di Rp28.750/kg. Gula pasir lokal dan premium masing-masing dijual seharga Rp17.250/kg dan Rp18.250/kg.
Untuk minyak goreng, harga curah tercatat Rp17.900/kg, sedangkan kemasan bermerek berkisar antara Rp20.750–Rp21.250/kg. Harga-harga ini menandakan adanya kestabilan pasokan dan permintaan yang relatif seimbang.
Data Tambahan dari Bapanas
Selain PIHPS, data dari panel harga Bapanas juga memberikan perspektif komplementer. Misalnya, bawang merah naik dari Rp40.875 menjadi Rp42.375/kg, sedangkan bawang putih bonggol naik tipis menjadi Rp31.750/kg.
Cabai rawit merah tercatat naik dari Rp59.571 menjadi Rp61.143/kg, sementara cabai merah besar naik dari Rp31.857 menjadi Rp33.571/kg. Uniknya, cabai merah keriting justru mengalami penurunan harga dari Rp34.571 menjadi Rp33.857/kg.
Komoditas lain seperti daging ayam ras dan telur ayam hanya mengalami sedikit perubahan. Daging ayam turun menjadi Rp31.833/kg, sementara telur ayam ras naik ke Rp27.400/kg. Minyak goreng kemasan turun tipis menjadi Rp18.083/liter, sedangkan minyakita dan minyak goreng curah relatif stabil.
Panel Bapanas juga mencatat perubahan pada bahan pangan lain seperti tepung terigu, ikan, dan garam. Tepung terigu kemasan dijual Rp10.900/kg, dan tepung curah Rp9.000/kg. Harga ikan kembung turun menjadi Rp37.667/kg, sementara ikan bandeng naik sedikit menjadi Rp41.500/kg.
Apa Penyebab Kenaikan?
Fluktuasi harga sembako, khususnya beras, tidak terjadi secara acak. Beberapa faktor utama telah diidentifikasi sebagai penyebab perubahan ini. Berdasarkan kajian ilmiah dari jurnal ekonomi syariah, setidaknya ada lima faktor penting yang memengaruhi:
Faktor Produksi
Gagal panen, biaya produksi tinggi, atau cuaca ekstrem bisa menurunkan pasokan dan mendorong harga naik.
Faktor Distribusi
Distribusi yang tidak efisien, keterbatasan infrastruktur, atau hambatan logistik akan menaikkan biaya, yang berimbas pada harga di pasar.
Faktor Sumber Pasokan
Ketika pasokan dari petani atau produsen menurun, maka distribusi ke pasar pun terganggu, menyebabkan harga melonjak.
Faktor Permintaan dan Penawaran
Keseimbangan antara jumlah permintaan dan ketersediaan stok sangat memengaruhi harga. Permintaan tinggi dengan pasokan rendah hampir pasti menaikkan harga.
Jumlah Pedagang dan Persaingan Pasar
Jumlah pelaku usaha di pasar juga berpengaruh. Semakin banyak pedagang, persaingan meningkat dan harga cenderung stabil atau turun. Sebaliknya, pasar yang dikuasai segelintir pedagang rentan terhadap lonjakan harga.
Perlu Antisipasi dan Pantauan Rutin
Informasi harga sembako bukan hanya penting bagi rumah tangga, tetapi juga menjadi referensi utama bagi pemangku kebijakan dalam menjaga kestabilan pasar. Fluktuasi harga beras yang terjadi harus menjadi sinyal bahwa pengawasan dan intervensi pasar perlu dilakukan secara preventif agar tidak berdampak lebih besar terhadap inflasi pangan.
Masyarakat disarankan untuk terus memantau perkembangan harga melalui laman resmi PIHPS atau Bapanas agar bisa merencanakan pengeluaran dengan lebih baik. Bagi pelaku usaha, mengetahui pola harga juga membantu dalam pengambilan keputusan bisnis yang lebih tepat.
Dengan begitu, dinamika harga sembako dapat direspons lebih cepat dan bijak oleh seluruh lapisan masyarakat.