Batam Dilirik Korea untuk Industri Daur Ulang Oli

Jumat, 11 Juli 2025 | 16:22:01 WIB
Batam Dilirik Korea untuk Industri Daur Ulang Oli

JAKARTA - Komitmen Batam untuk menjadi kawasan industri berkelanjutan kembali membuahkan hasil. Kali ini, investor asal Korea Selatan menunjukkan ketertarikan serius untuk mendirikan fasilitas pengolahan ulang limbah oli bekas di kota ini. Bila terealisasi, proyek tersebut akan menjadi industri pertama di Batam yang secara khusus mengelola daur ulang oli mesin bekas untuk diekspor kembali ke berbagai negara.

Minat investasi ini disampaikan langsung oleh Kim Junghyeon, perwakilan calon investor dari Korea Selatan, saat bertemu dengan Deputi Bidang Investasi dan Pengusahaan BP Batam, Fary Francis. Dalam pertemuan tersebut, Kim menyampaikan bahwa pihaknya tengah mempersiapkan pembangunan fasilitas daur ulang dengan kapasitas awal kebutuhan bahan baku sekitar lima ton per hari.

“Kami sangat senang dapat menyampaikan langsung rencana investasi kami dan ternyata BP Batam menyambut baik rencana ini. Semoga kami segera menemukan kecocokan bahan baku di sini dan proses perizinan bisa berjalan lancar,” ujar Kim, menunjukkan antusiasmenya terhadap prospek investasi di Batam.

BP Batam menyambut rencana tersebut dengan tangan terbuka. Deputi Investasi dan Pengusahaan, Fary Francis, menyampaikan bahwa proyek ini sangat strategis dan sejalan dengan misi nasional dalam mendorong investasi hijau.

“Sesuai arahan Presiden Prabowo Subianto, BP Batam mendapat mandat untuk memajukan iklim investasi. Industri recycle minyak atau oli ini sangat menarik karena akan menjadi yang pertama di Batam,” ungkap Fary.

Dukungan terhadap investasi di sektor pengelolaan limbah bukan hal baru bagi Batam. Kota ini telah memiliki Kawasan Pengelolaan Limbah Industri Bahan Berbahaya dan Beracun (KPLI-B3) yang telah beroperasi sejak 1996. Berlokasi di atas lahan seluas 20,4 hektare, kawasan tersebut saat ini menjadi rumah bagi 33 perusahaan aktif yang bergerak di bidang pengolahan limbah.

Dengan ekosistem yang sudah tersedia dan sistem perizinan yang telah disederhanakan melalui Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 25 Tahun 2025, Fary yakin bahwa pendirian industri daur ulang ini akan berjalan lancar.

“Kami siap mendampingi proses perizinan dan operasional sampai tuntas agar investasi ini bisa segera berjalan dan memberi kontribusi bagi pertumbuhan ekonomi Batam,” tambah Fary.

Batam sendiri telah lama dikenal sebagai kawasan industri dengan pertumbuhan investasi yang dinamis. Namun, kehadiran industri pengolahan limbah seperti ini memberikan warna baru dan arah yang lebih berkelanjutan bagi perkembangan ekonomi lokal. Industri daur ulang oli bekas juga memiliki nilai tambah besar, mengingat semakin banyaknya negara yang menerapkan regulasi ketat terhadap pengelolaan limbah dan pencemaran lingkungan.

Pengolahan ulang limbah oli bekas tak hanya mengurangi dampak pencemaran, tetapi juga membuka peluang ekspor komoditas baru bagi Batam. Proyek ini juga diharapkan menciptakan lapangan kerja baru, meningkatkan keterampilan tenaga kerja lokal di sektor pengelolaan limbah industri, serta memperkuat jejaring kerja sama industri antara Indonesia dan Korea Selatan.

Sejumlah pejabat eselon III dan IV di lingkungan BP Batam turut hadir dalam pertemuan tersebut, bersama dengan Kepala Bidang Perlindungan Lingkungan Hidup dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Batam. Kehadiran lintas sektor ini menjadi sinyal kuat bahwa dukungan terhadap investasi ini bukan hanya dari satu lembaga, melainkan kolaborasi terintegrasi yang mencakup sektor lingkungan dan industri.

Langkah Korea Selatan menanamkan modalnya di sektor yang relatif baru ini mempertegas bahwa Batam tak lagi hanya menjadi pusat industri manufaktur atau elektronik, tetapi juga tengah menjelma menjadi pelopor kawasan industri hijau di Asia Tenggara.

Jika proses ini berjalan lancar, maka Batam tidak hanya mendapatkan investasi baru, tetapi juga reputasi sebagai kota yang mampu menyambut transformasi industri masa depan: dari ekonomi padat energi menuju ekonomi sirkular yang ramah lingkungan.

Potensi pengembangan industri serupa juga sangat terbuka di Batam, mengingat tingginya aktivitas kendaraan dan mesin industri yang menghasilkan limbah oli bekas dalam jumlah besar. Dengan infrastruktur dan kebijakan yang mendukung, tidak tertutup kemungkinan kota ini akan menjadi pusat daur ulang industri yang lebih besar lagi.

Dengan adanya kerja sama antara BP Batam, DLH Batam, dan investor internasional, upaya mewujudkan kota yang berkelanjutan bukan lagi sekadar wacana. Sebaliknya, hal ini menjadi langkah nyata menuju masa depan ekonomi hijau yang inklusif dan berdaya saing tinggi.

Terkini