JAKARTA - Di tengah era disrupsi teknologi dan percepatan digitalisasi, banyak perusahaan berlomba-lomba mengadopsi sistem baru, perangkat pintar, serta memperluas digital footprint mereka. Namun, di balik gemerlap inovasi tersebut, terdapat satu elemen yang kembali ditekankan sebagai kunci utama keberhasilan: sumber daya manusia (SDM).
Kesadaran akan pentingnya peran manusia dalam organisasi kini kembali menguat, bukan hanya sebagai pelaksana teknis, tetapi juga sebagai penggerak arah strategis dan pelestari nilai-nilai korporasi. Hal ini tercermin dari pendekatan yang dilakukan oleh PT Perkebunan Nusantara I (PTPN I) dalam menjalani proses transformasinya.
“Dalam menjalankan transformasi sejak awal 2024, SDM merupakan prioritas perusahaan ini,” ujar Direktur Utama PTPN I, Teddy Yunirman Danas.
SDM sebagai Aset Strategis dalam Era Transformasi
Selama beberapa dekade, SDM kerap dianggap sebagai komponen operasional semata. Namun kini, tren itu berubah. Perusahaan modern melihat SDM sebagai aset strategis yang tak tergantikan. Bukan hanya sebagai pelaksana tugas harian, tetapi sebagai pilar yang menjaga identitas perusahaan, menyampaikan nilai historis brand, serta menjadi ujung tombak adaptasi dan inovasi.
PTPN I menjadi contoh konkret dari pendekatan ini. Dalam menjalankan transformasi sejak awal 2024, perusahaan ini tidak hanya fokus pada aspek bisnis dan keuangan, tetapi menempatkan SDM sebagai prioritas utama dalam setiap tahapan perubahan.
“SDM adalah jantung dari setiap organisasi. Transformasi sejati tidak bisa berjalan tanpa keterlibatan aktif dan pembenahan menyeluruh terhadap pola pikir, kompetensi, serta budaya kerja karyawan,” jelas Teddy.
Membangun Budaya Kinerja Tinggi Berbasis Nilai Perusahaan
Langkah pertama yang dilakukan PTPN I dalam transformasi SDM adalah membangun budaya kerja yang produktif, kolaboratif, dan adaptif. Ini dilakukan melalui pendekatan internalisasi nilai-nilai inti perusahaan kepada seluruh lapisan organisasi.
Teddy mengungkapkan, salah satu tantangan utama dalam transformasi bukan pada teknologi atau sistem baru yang diadopsi, tetapi pada proses mengubah pola pikir (mindset) karyawan agar sejalan dengan visi perusahaan. “Kalau SDM tidak diberdayakan sejak awal, transformasi hanya akan jadi proyek jangka pendek,” imbuhnya.
Pelatihan dan pengembangan menjadi agenda rutin dalam perusahaan. Berbagai program peningkatan kapasitas dilakukan, mulai dari pelatihan manajerial, workshop inovasi, hingga coaching untuk kepemimpinan transformasional.
Historical Brand, Warisan yang Dikelola oleh Manusia
Salah satu aspek unik dari PTPN I adalah keberadaannya sebagai bagian dari sejarah panjang industri perkebunan Indonesia. Sebagai perusahaan BUMN, PTPN I memegang peranan penting dalam melanjutkan warisan bisnis yang telah berlangsung sejak masa kolonial hingga era modern.
Nilai-nilai historis dan identitas korporasi ini, menurut Teddy, tidak bisa hanya dipaparkan melalui laporan keuangan atau dokumen strategi. “Historical brand harus ditopang dan disampaikan oleh SDM yang memahami konteks dan memiliki komitmen menjaga keberlanjutan perusahaan,” katanya.
Artinya, transformasi tidak sekadar tentang efisiensi atau digitalisasi, tetapi juga menjaga ruh perusahaan agar tetap relevan di masa depan, tanpa kehilangan akar sejarahnya.
Pendekatan Human-Centered dalam Reorganisasi
PTPN I juga menerapkan pendekatan human-centered dalam reorganisasi internalnya. Dalam proses perubahan struktur dan proses bisnis, perusahaan tetap mempertimbangkan aspek kemanusiaan, termasuk keamanan kerja, kejelasan jenjang karier, dan penguatan motivasi kerja.
Hal ini dilakukan agar karyawan tidak merasa “tereliminasi” oleh perubahan, melainkan merasa menjadi bagian dari evolusi perusahaan. Partisipasi aktif karyawan dalam penyusunan rencana kerja, sistem penilaian berbasis kinerja, serta forum komunikasi terbuka, menjadi mekanisme penting untuk menciptakan rasa kepemilikan terhadap proses transformasi.
“Transformasi harus memberi ruang tumbuh bagi seluruh insan perusahaan. Kita tidak ingin SDM sekadar menjadi pelaksana, mereka adalah mitra perubahan,” ujar Teddy.
Dukungan Teknologi untuk Pengembangan SDM
Meski SDM menjadi prioritas utama, PTPN I tidak menutup mata terhadap pentingnya peran teknologi. Justru, teknologi digunakan untuk mendukung pengembangan SDM melalui sistem digital learning, aplikasi evaluasi kinerja, hingga platform komunikasi internal yang memperkuat kolaborasi lintas unit.
Teddy menegaskan, transformasi digital yang dilakukan perusahaan bukan untuk menggantikan manusia, tetapi memberi alat dan ruang agar manusia bekerja lebih optimal. “Kami percaya teknologi hanya akan maksimal jika digunakan oleh SDM yang kompeten dan termotivasi.”
Menuju PTPN yang Kompetitif dan Berkelanjutan
Transformasi yang dijalankan PTPN I pada akhirnya diarahkan untuk menciptakan perusahaan yang kompetitif, berkelanjutan, dan relevan dengan tuntutan zaman. Fokus pada SDM menjadi fondasi utama dari arah baru ini.
Dalam konteks bisnis perkebunan, yang sering kali dianggap tradisional, pendekatan modern seperti ini menjadi pembeda signifikan. PTPN I tidak hanya mengelola lahan dan produksi, tetapi juga mengelola manusia yang bekerja di balik layar untuk menghasilkan dampak ekonomi dan sosial secara luas.
Teddy juga berharap pendekatan ini bisa menjadi contoh bagi perusahaan BUMN lain. Bahwa transformasi korporasi yang berhasil bukan hanya soal EBITDA atau market share, tetapi juga tentang bagaimana menghidupkan nilai-nilai perusahaan melalui manusia yang bekerja di dalamnya.
PTPN I menunjukkan bahwa dalam setiap gelombang perubahan, peran manusia tetap tidak tergantikan. Di tengah derasnya arus otomatisasi dan digitalisasi, perhatian terhadap SDM menjadi penentu apakah perubahan akan berdampak positif dalam jangka panjang atau tidak.
Seperti yang ditegaskan Direktur Utama PTPN I, Teddy Yunirman Danas, bahwa investasi terbaik dalam transformasi bukan hanya pada sistem, tetapi pada manusia yang menggerakkan sistem tersebut.