Dokter Ingatkan: Pola Makan Seimbang Anak Tak Cukup Hanya Karbohidrat

Kamis, 17 Juli 2025 | 10:03:01 WIB
Dokter Ingatkan: Pola Makan Seimbang Anak Tak Cukup Hanya Karbohidrat

JAKARTA - Pemahaman tentang gizi seimbang bagi anak masih menjadi tantangan besar di kalangan orang tua. Tak sedikit dari mereka yang masih berpandangan bahwa memberikan anak makanan utama berupa nasi atau karbohidrat sudah cukup memenuhi kebutuhan nutrisi harian. Namun, anggapan ini justru berisiko mengganggu tumbuh kembang anak apabila tidak disertai dengan kecukupan gizi lain seperti protein, serat, dan vitamin.

Dokter Residen Gizi Klinik Universitas Indonesia (UI), dr. Nadhira Afifa, MPH, menyoroti kondisi ini. Ia menyatakan bahwa salah satu kekeliruan umum yang masih terjadi dalam praktik pemberian makan anak adalah terlalu berfokus pada karbohidrat.

"Kalau lebih fokusnya ke karbohidrat, karena makanan utama kita nasi. Jadi itu persepsi yang salah juga di orang tua dan masyarakat,” ujar Nadhira dalam sebuah kegiatan kesehatan di Jakarta.

Menurutnya, kebiasaan makan masyarakat Indonesia yang identik dengan konsumsi nasi secara berlebihan, ditambah dengan lauk yang tidak mencukupi kebutuhan nutrisi lain, menciptakan pola makan yang tidak seimbang. Ia bahkan memberikan contoh nyata yang kerap ditemui, yaitu kombinasi antara nasi dan mie yang masih dianggap sebagai makanan utama oleh sebagian orang tua di daerah.

“Kalau di daerah mindset-nya itu masih fokus ke karbohidrat aja, memang kita makanan utama nasi kan. Padahal tetap harus gizi seimbang selalu,” tambahnya.

Pentingnya Edukasi Gizi Seimbang Sejak Dini

Untuk membentuk pola makan yang sehat dan benar, Nadhira menekankan pentingnya mengikuti panduan resmi yang telah disusun oleh Kementerian Kesehatan, yaitu "Isi Piringku". Panduan ini menyajikan komposisi makanan yang seimbang dalam satu piring makan, mencakup karbohidrat, lauk pauk hewani atau nabati, sayuran, dan buah-buahan.

Ia mengatakan bahwa panduan seperti itu penting agar masyarakat memiliki pedoman sederhana dalam membentuk pola makan di rumah. Dengan pendekatan yang mudah dipahami, keluarga dapat lebih mudah menerapkannya secara konsisten.

Bahkan, Nadhira menyatakan bahwa membentuk pola makan sehat tidak harus mahal. Salah satu sumber protein hewani yang bisa diandalkan adalah telur. Harganya terjangkau dan mudah ditemukan, sehingga cocok dijadikan pilihan bagi keluarga dengan keterbatasan anggaran.

“Padahal sebenarnya sesulit-sulitnya itu bisa pakai telur aja. Telur kan itu satu butir Rp2.000 ya. Jadi paling enggak protein hewaninya bisa dari telur, itu tiga kali sehari juga enggak masalah,” jelasnya.

Pola Makan Seimbang Butuh Keteladanan Keluarga

Selain edukasi gizi, keberhasilan dalam menerapkan pola makan sehat juga ditentukan oleh lingkungan tempat anak tumbuh, terutama di rumah. Nadhira menegaskan bahwa orang tua harus menjadi contoh dalam menjalani pola hidup sehat. Anak-anak akan cenderung meniru apa yang dilakukan oleh orang tuanya, bukan hanya sekadar mengikuti perintah.

“Dan juga orang tuanya jangan cuma nyuruh doang. Tapi orang tuanya juga berhabit yang gizi seimbang juga, sehingga anak itu bisa mengikuti. Jadi perilaku sehatnya itu diterapkan di satu keluarga, bukan di anak aja,” katanya.

Pola makan yang baik seharusnya menjadi bagian dari budaya keluarga. Dengan menciptakan suasana makan yang sehat dan menyenangkan, anak-anak akan lebih mudah menerima makanan yang kaya gizi dan bervariasi.

Peran Aktivitas Fisik dalam Kesehatan Anak

Kesehatan anak tidak hanya ditentukan oleh apa yang mereka makan, tetapi juga oleh seberapa aktif mereka dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Nadhira, pola hidup aktif merupakan bagian tak terpisahkan dari upaya menjaga kesehatan anak secara keseluruhan. Ia menyarankan agar anak-anak didorong untuk bergerak secara aktif dalam keseharian mereka.

Kegiatan sederhana seperti berjalan kaki ke sekolah, bermain bersama teman di luar rumah, atau berolahraga ringan bisa menjadi bagian dari rutinitas yang mendukung tumbuh kembang optimal.

“Pola hidup yang bisa kita terapkan dalam menjaga kesehatan anak-anak juga harus ada aktivitas yang kita lakukan sehari-hari,” ujarnya.

Tantangan dan Harapan ke Depan

Tantangan terbesar dalam mengubah pola pikir masyarakat tentang gizi seimbang adalah mengubah kebiasaan yang sudah mengakar. Namun, dengan upaya edukasi yang berkelanjutan, diharapkan kesadaran masyarakat dapat meningkat.

Sebagai dokter lulusan Master of Public Health dari Harvard University, Nadhira percaya bahwa perubahan bisa terjadi jika seluruh elemen keluarga memiliki kesadaran yang sama dalam menjalankan pola hidup sehat. Edukasi kepada orang tua harus terus digalakkan, baik melalui kampanye pemerintah, kegiatan sosial, maupun media informasi.

Nadhira juga mengingatkan bahwa masalah gizi bukan hanya berdampak pada pertumbuhan fisik anak, tetapi juga pada perkembangan kognitif dan prestasi mereka di sekolah. Oleh karena itu, perhatian terhadap asupan makanan anak harus menjadi prioritas utama dalam keluarga.

Dengan penerapan pola makan yang seimbang, ditambah aktivitas fisik yang cukup serta teladan dari orang tua, anak-anak Indonesia diharapkan tumbuh menjadi generasi yang sehat, kuat, dan cerdas. Panduan sederhana seperti "Isi Piringku" bisa menjadi langkah awal menuju perubahan besar dalam pola hidup keluarga Indonesia.

Terkini

Penyeberangan Tigaras Simanindo Kembali Beroperasi

Kamis, 17 Juli 2025 | 08:54:01 WIB

Manfaat Madu untuk Kecantikan Kulit

Kamis, 17 Juli 2025 | 14:01:32 WIB

10 Destinasi Wisata Ramah Muslim

Kamis, 17 Juli 2025 | 14:04:30 WIB

Dominasi BYD di Pasar EV Kian Kuat

Kamis, 17 Juli 2025 | 14:11:14 WIB