JAKARTA - Di tengah tuntutan hidup modern yang serba cepat dan penuh tekanan, menjaga kesehatan tidak cukup hanya dengan menerapkan gaya hidup sehat. Realitasnya, berbagai penyakit tidak menular (PTM) kini mengintai siapa saja, bahkan mereka yang terlihat bugar sekalipun. Karena itu, perlindungan finansial melalui asuransi menjadi kebutuhan krusial yang tak bisa lagi ditunda.
Data dari Dinas Kesehatan tahun 2023 memperlihatkan bahwa hipertensi mendominasi sebagai penyakit tidak menular yang paling banyak diderita masyarakat, disusul oleh diabetes, serta kanker serviks dan kanker payudara yang kian mengancam perempuan usia produktif. Lonjakan kasus PTM ini menjadi cermin bahwa tantangan kesehatan masyarakat bukan lagi semata soal wabah menular, tapi juga pola hidup yang salah dan minimnya antisipasi risiko jangka panjang.
Pengurus Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Cabang Buleleng, dr. Putu Sukedana, menjelaskan bahwa pengobatan penyakit tidak menular bukanlah perkara sepele. Upaya penyembuhan tidak bisa hanya mengandalkan pengobatan medis semata, tetapi harus mencakup perubahan gaya hidup yang menyeluruh.
“Pengobatan penyakit tidak menular tidak bisa hanya mengandalkan obat. Penyakit seperti hipertensi dan diabetes membutuhkan peran aktif dari masyarakat sendiri. Misalnya dengan rutin berolahraga, menerapkan pola makan sehat, serta memanfaatkan pengobatan tradisional seperti jamu yang terus kami kembangkan dan sosialisasikan kepada masyarakat,” ungkapnya.
Namun, Sukedana menekankan bahwa menjaga kesehatan fisik saja tidak cukup. Masyarakat juga perlu memiliki perlindungan dari sisi finansial agar tidak terjebak dalam kesulitan ekonomi saat tiba-tiba menghadapi kondisi medis serius.
“Bukan hanya soal menjaga fisik tetap bugar, tetapi juga harus ada perlindungan untuk kesehatan di masa depan. Di sinilah pentingnya jaminan kesehatan yang berbasis asuransi,” tegasnya.
Hal senada disampaikan oleh Ayyi Achmad Hidayah, pakar keuangan dari Financial Expert Indonesia. Menurutnya, asuransi kesehatan merupakan prioritas utama dalam perencanaan keuangan keluarga, bukan sekadar pelengkap.
“Asuransi kesehatan itu yang wajib harus dimiliki pertama. Kenapa? Karena masalah kesehatan itu bisa datang kapan saja, bahkan sejak bayi lahir. Maka dari itu, harus diproteksi sejak dini karena biaya kesehatan itu sangat mahal,” ujarnya.
Ia juga menyoroti rendahnya literasi asuransi di masyarakat. Banyak orang baru menyadari pentingnya proteksi ketika sudah jatuh sakit dan menghadapi beban biaya yang berat.
“Setelah asuransi kesehatan, barulah asuransi jiwa. Dua produk ini wajib diutamakan, karena bukan hanya untuk melindungi kesehatan, tapi juga menjaga kestabilan keuangan keluarga,” tambahnya.
Sementara itu, dari sisi penyedia layanan, Direktur PertaLife Insurance, Sigit Panilih, melihat bahwa sistem jaminan sosial nasional seperti BPJS memang penting sebagai proteksi dasar. Namun, menurutnya, BPJS belum mampu menjangkau semua kebutuhan kesehatan masyarakat secara menyeluruh.
“Kita bisa mengembangkan produk asuransi yang meng-cover pertanggungan yang tidak dicakup BPJS. Jadi menurut saya, ini masih sangat bisa dikembangkan lebih jauh,” ujarnya.
PertaLife sendiri telah mengembangkan berbagai produk asuransi individu yang dirancang untuk menjawab kebutuhan masyarakat modern. Tidak hanya menawarkan perlindungan komprehensif, tetapi juga dilengkapi fitur investasi untuk memperkuat daya tahan keuangan pemegang polis.
“Kami merancang produk yang tidak hanya memberikan nilai perlindungan yang komprehensif, tetapi juga menyertakan program investasi yang menarik dan menguntungkan. Tujuannya, selain memberikan rasa aman, juga membuka peluang finansial bagi pemegang polis,” jelas Sigit.
Mengikuti perkembangan teknologi, PertaLife juga meluncurkan aplikasi digital Super App PLIFE yang memberikan kemudahan akses terhadap layanan asuransi. Melalui aplikasi ini, nasabah bisa memahami manfaat produk, mengajukan klaim, serta memantau perkembangan investasi secara cepat dan transparan.
Ketika biaya kesehatan melonjak dan ancaman penyakit makin beragam, asuransi tidak bisa lagi dipandang sebagai produk kelas atas. Ia telah menjadi fondasi penting untuk menjamin keberlanjutan hidup yang sehat secara fisik dan finansial.
Realitas saat ini menunjukkan bahwa risiko kesehatan yang datang tiba-tiba bukan hanya berpotensi menguras tenaga, tetapi juga tabungan yang selama ini dikumpulkan. Itulah mengapa pendekatan modern dalam melindungi diri tidak bisa hanya mengandalkan gaya hidup sehat saja. Dibutuhkan proteksi jangka panjang yang konkret, salah satunya melalui kepemilikan asuransi.
Memiliki tubuh yang sehat tanpa kesiapan finansial sama rentannya dengan memiliki kekayaan tanpa menjaga kesehatan. Keduanya harus berjalan beriringan. Dan di era digital yang memberikan akses cepat terhadap informasi dan layanan, masyarakat memiliki peluang yang lebih besar untuk membuat keputusan cerdas: mulai hidup sehat, membangun ketahanan finansial, dan melindungi masa depan.
Jadi, sebelum musibah datang, ada baiknya menyiapkan diri dengan perlindungan menyeluruh. Sehat itu penting, tapi sehat saja belum cukup. Kini saatnya berpikir ke depan dan mengambil langkah nyata untuk hidup lebih aman dan tenang.