Bank Indonesia Catat Lonjakan Pengguna QRIS di Jatim

Senin, 21 Juli 2025 | 10:16:06 WIB
Bank Indonesia Catat Lonjakan Pengguna QRIS di Jatim

JAKARTA - Transformasi sistem pembayaran digital di Indonesia terus menunjukkan progres positif, terutama di wilayah Jawa Timur. Data terbaru dari Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Provinsi Jawa Timur mengungkapkan lonjakan signifikan dalam penggunaan Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS), dengan jumlah pengguna yang kini telah menembus angka 56,28 juta.

Menariknya, dalam peta demografi pengguna QRIS, generasi Z (Gen Z) tercatat sebagai kelompok paling dominan. Anak muda ini menyumbang 27,94 persen dari total pengguna, melampaui kelompok milenial (25,87 persen), Gen X (21,88 persen), dan bahkan generasi Boomer (31,23 persen) serta Gen Alpha (10,88 persen).

Deputi Direktur Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran BI, Himawan Kusprianto, menjelaskan bahwa UMKM menjadi motor utama dalam adopsi QRIS, khususnya hingga pertengahan 2025 ini. Ia menekankan pentingnya QRIS dalam memperkuat digitalisasi sektor usaha mikro yang selama ini menjadi tulang punggung ekonomi nasional.

“QRIS menjadi pondasi digital, terutama bagi segmen UMKM yang saat ini mendominasi dengan porsi 93 persen sampai Maret 2025,” terangnya pada Minggu.

Sejak pertama kali diluncurkan, perkembangan QRIS telah berlangsung sangat cepat, terlebih dipacu oleh perubahan perilaku masyarakat selama masa pandemi. QRIS dinilai memberikan kemudahan akses, efisiensi transaksi, dan kenyamanan dalam berbagai lini pembayaran.

“Perkembangan QRIS sangat akseleratif sejak pandemi hingga saat ini, karena kemudahan penggunaan, partisipasi ekonomi Gen Z dan penetrasi mobile phone yang semakin masif,” tambah Himawan.

Secara historis, pengembangan fitur QRIS memang cukup progresif. Pada tahun 2019, BI memperkenalkan QRIS Merchant Presented Mode (MPM), yang memungkinkan pelanggan memindai kode QR milik merchant. Inovasi ini menyederhanakan transaksi tanpa perlu membawa uang tunai.

Setahun kemudian, tepatnya 2020, BI memperluas opsi dengan meluncurkan QRIS Tatap Tatap Muka (TTM), metode pembayaran yang tetap bisa dilakukan meski pembeli dan penjual tidak berada di lokasi yang sama. Cukup dengan mengirimkan QR secara digital, transaksi tetap bisa dilakukan secara aman dan efisien.

Pada tahun yang sama, BI juga merilis QRIS Customer Presented Mode (CPM). Berbeda dengan metode sebelumnya, di sini pelanggan justru menunjukkan kode QR dari aplikasi pembayaran miliknya untuk dipindai oleh merchant. Meski dikenalkan di 2020, implementasi fitur ini baru berjalan pada 2022.

Melanjutkan inovasi, pada 2021, muncul fitur QRIS Paylater, yang memungkinkan pembayaran dilakukan menggunakan fasilitas kredit atau cicilan. Ini memberikan opsi lebih luas, terutama bagi masyarakat yang membutuhkan fleksibilitas pembiayaan.

Tak hanya dalam negeri, BI juga mulai mendorong kerja sama antarnegara. Dimulai dari 2021 hingga 2023, QRIS telah diupayakan kompatibel dengan sistem pembayaran digital di beberapa negara ASEAN seperti Malaysia, Singapura, dan Thailand. Langkah ini merupakan bagian dari inisiatif regional payment connectivity yang mendukung transaksi lintas negara secara lebih mudah.

Masuk ke tahun 2022, Bank Indonesia kembali memperkenalkan fitur baru bernama QRIS Tuntas, yang diimplementasikan pada 2023. Fitur ini memungkinkan tarik tunai, setor tunai, hingga transfer antar pengguna hanya dengan memindai QR code—sebuah lompatan besar dari QRIS yang sebelumnya hanya terbatas untuk pembayaran.

Berlanjut ke 2024, inovasi terbaru lahir dalam bentuk QRIS Tap. Mengandalkan teknologi Near Field Communication (NFC), pengguna cukup menempelkan ponsel ke mesin EDC atau terminal pembayaran yang kompatibel. Tak perlu lagi memindai QR, proses menjadi lebih cepat dan efisien. Fitur ini sudah mulai diimplementasikan secara bertahap pada 2025.

Rangkaian pengembangan tersebut, menurut Himawan, merupakan bagian dari strategi Bank Indonesia untuk menyediakan infrastruktur sistem pembayaran yang tidak hanya inklusif, tetapi juga relevan dengan perkembangan zaman.

“Jadi, bagaimana menyediakan infrastruktur publik yang mampu menyerap arus digitalisasi,” pungkasnya.

Bank Indonesia melihat bahwa digitalisasi sistem pembayaran, termasuk QRIS, tidak hanya menjadi pilihan, tetapi kebutuhan penting dalam mendorong efisiensi transaksi ekonomi nasional. Dengan hadirnya berbagai inovasi tersebut, masyarakat, khususnya pelaku UMKM, kini memiliki lebih banyak pilihan dan fleksibilitas dalam menjalankan usaha.

Sebagai catatan, UMKM masih menjadi tulang punggung ekonomi daerah dan nasional. Maka dari itu, memastikan mereka terkoneksi dengan ekosistem digital menjadi prioritas penting bagi BI dan seluruh pemangku kepentingan. QRIS menjadi jembatan utama dalam transformasi ini, terutama di era di mana ponsel pintar dan internet menjadi bagian tak terpisahkan dari aktivitas harian.

Tak hanya dari sisi teknologi, adopsi QRIS juga didukung oleh kebijakan BI yang memudahkan integrasi antara pelaku usaha dengan sistem pembayaran digital. Dengan terus memperbarui fitur, memperluas cakupan, dan memperkuat infrastruktur, QRIS diharapkan mampu menjangkau lebih banyak lapisan masyarakat dan sektor usaha.

Terkini

Tablet Samsung Murah Mulai Rp1 Jutaan

Senin, 21 Juli 2025 | 15:49:36 WIB

Xiaomi 15, Flagship Terjangkau 2025

Senin, 21 Juli 2025 | 15:52:52 WIB