Membangun Kembali Kepercayaan di Pasar Modal Indonesia

Senin, 11 Agustus 2025 | 09:29:43 WIB
Membangun Kembali Kepercayaan di Pasar Modal Indonesia

JAKARTA - Pasar modal Indonesia memegang peranan strategis dalam menopang pertumbuhan ekonomi nasional. Melalui instrumen saham, perusahaan dapat menggalang dana untuk ekspansi, inovasi, hingga pembiayaan operasional. Di sisi lain, investor berharap memperoleh imbal hasil berupa dividen maupun capital gain. Namun, dalam lima tahun terakhir, kepercayaan publik terhadap pasar modal tengah diuji oleh serangkaian kasus yang mencoreng integritas ekosistem investasi nasional.

Dari penyalahgunaan dana hasil penawaran umum perdana (IPO), indikasi gratifikasi kepada pegawai Bursa Efek, hingga manipulasi laporan keuangan dan kasus gagal bayar yang disengaja semuanya mengemuka dan menjadi perhatian publik. Peristiwa-peristiwa ini menunjukkan bahwa penerapan prinsip good corporate governance oleh sebagian emiten masih jauh dari ideal.

Tata Kelola Lemah, Kepercayaan Terkikis

Buruknya tata kelola perusahaan kerap berawal dari penyimpangan perilaku direksi dan manajemen puncak. Transparansi, akuntabilitas, serta integritas yang seharusnya menjadi pondasi justru diabaikan. Akibatnya, pasar kehilangan salah satu aset terpentingnya: kepercayaan.

Salah satu contoh paling menonjol adalah penyalahgunaan dana IPO oleh beberapa emiten. Dana yang dijanjikan dalam prospektus untuk mengembangkan usaha ternyata dialihkan ke deposito atau bahkan tidak digunakan sama sekali sesuai rencana. Bagi investor, ini bukan sekadar pelanggaran administrasi, melainkan pengkhianatan terhadap amanat fidusia. Dana yang “diparkir” tidak memberi nilai tambah, menggerus potensi keuntungan perusahaan, dan memicu kekecewaan pemegang saham.

Data infografis sederhana dari periode 2021–2024 memperlihatkan pola berulang: PT X Tbk yang menggunakan dana IPO tidak sesuai rencana, PT Y Tbk yang menempatkan hasil IPO di deposito, hingga PT Z Tbk yang dinilai tidak transparan dalam laporan keuangan. Bahkan pada 2024, muncul dugaan bahwa PT A Tbk memanfaatkan dana IPO untuk transaksi afiliasi ilegal. Semua ini mempertegas bahwa sebagian pelaku pasar masih belum memandang serius kewajiban mereka kepada investor.

Peran Vital OJK dan Celah Pengawasan

Dalam situasi seperti ini, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memiliki peran sentral sebagai pengawas pasar modal. Tugas OJK bukan hanya mengatur, tetapi juga memastikan bahwa pasar beroperasi secara adil, transparan, dan efisien.

Ada lima fungsi utama yang menjadi tulang punggung pengawasan OJK di sektor ini:

Pengawasan kepatuhan emiten terhadap regulasi pasar modal.

Penerbitan peraturan dan pedoman teknis yang jelas dan dapat diimplementasikan.

Transparansi informasi sehingga publik mendapat data yang akurat dan tepat waktu.

Penegakan hukum serta pemberian sanksi tegas kepada pelanggar.

Perlindungan investor dari praktik yang merugikan.

Kelima fungsi ini harus berjalan serempak agar pasar modal benar-benar menjadi wahana investasi yang sehat. Namun, realitas di lapangan menunjukkan masih adanya kelemahan. Skandal suap pegawai Bursa Efek Indonesia (BEI) menjadi salah satu contoh di mana penegakan hukum dipandang belum optimal. Kasus ini hanya berakhir dengan pemecatan oknum, tanpa ada konsekuensi nyata bagi perusahaan yang diuntungkan.

Ketidaktegasan seperti ini menimbulkan persepsi negatif dan membuka peluang terjadinya pelanggaran serupa di masa depan. Apabila pengawasan dan penegakan hukum tidak tegas, maka sinyal yang dikirim ke pelaku pasar adalah bahwa risiko melakukan pelanggaran relatif kecil dibanding potensi keuntungan yang bisa diraih.

Kepercayaan sebagai Modal Utama

Kepercayaan di pasar modal bukan sekadar faktor psikologis, melainkan fondasi bagi keberlangsungan sistem. Indeks saham yang terus naik tidak akan berarti jika investor merasa ragu terhadap integritas emiten dan otoritas pengawas. Pasar yang penuh ketidakpastian hukum akan sulit menarik investasi jangka panjang, baik dari dalam negeri maupun luar negeri.

Oleh karena itu, membangun kembali kepercayaan memerlukan langkah yang lebih dari sekadar kampanye edukasi. Diperlukan penegakan aturan yang konsisten, penerapan sanksi yang memberi efek jera, serta peningkatan transparansi di setiap lini.

Reformasi tata kelola perusahaan harus menjadi agenda prioritas. Emiten perlu didorong untuk mengadopsi praktik terbaik corporate governance, termasuk kewajiban menyampaikan laporan penggunaan dana IPO secara rinci dan tepat waktu. OJK juga perlu meningkatkan sistem pengawasan berbasis teknologi untuk mendeteksi anomali penggunaan dana atau laporan keuangan yang mencurigakan.

Kolaborasi Multi-Pihak

Menciptakan pasar modal yang berintegritas bukan hanya tanggung jawab regulator. Investor, pelaku pasar, media, hingga masyarakat luas memiliki peran penting dalam mengawasi jalannya ekosistem ini. Investor yang kritis akan memaksa emiten untuk lebih transparan. Media yang independen dapat menjadi watchdog bagi publik. Sementara masyarakat, melalui edukasi literasi keuangan, dapat lebih memahami risiko dan haknya sebagai pemegang saham.

Pemerintah juga dapat memperkuat dukungan dengan memberikan kerangka hukum yang jelas serta menutup celah regulasi yang kerap dimanfaatkan untuk manipulasi. Integrasi data antara OJK, BEI, dan lembaga penegak hukum akan mempercepat proses investigasi terhadap pelanggaran.

Menuju Pasar Modal yang Sehat

Pasar modal sejatinya bukan sekadar arena jual beli saham, tetapi cermin dari harapan terhadap masa depan ekonomi bangsa. Di dalamnya terkandung amanah besar: mengelola dana masyarakat secara bertanggung jawab demi pertumbuhan yang berkelanjutan.

Jika semua pihak emiten, regulator, investor, penegak hukum, dan publik memiliki komitmen yang sama terhadap transparansi dan integritas, maka kepercayaan yang sempat terkikis bisa kembali terbangun. Dengan demikian, pasar modal Indonesia dapat berkembang bukan hanya dari sisi nilai transaksi, tetapi juga dari sisi kualitas dan keberlanjutan.

Membangun kepercayaan mungkin memerlukan waktu dan upaya besar. Namun, tanpa itu, pertumbuhan pasar modal akan rapuh dan rentan terhadap guncangan. Integritas adalah modal yang tak ternilai, dan mempertahankannya adalah kunci bagi masa depan pasar modal Indonesia.

Terkini

BYD Masuk 20 Besar Mobil Terlaris

Rabu, 13 Agustus 2025 | 11:28:33 WIB

JNE Karawang Perluas Layanan

Rabu, 13 Agustus 2025 | 15:46:57 WIB

Kirim Barang Lewat JNT Express

Rabu, 13 Agustus 2025 | 16:00:56 WIB

Pos Indonesia Layani Penerima BSU

Rabu, 13 Agustus 2025 | 16:07:15 WIB

Proyek MRT Jakarta

Rabu, 13 Agustus 2025 | 16:11:49 WIB