Perbankan Bersiap, Rupiah Terseret Sentimen Domestik dan Global

Selasa, 02 September 2025 | 10:32:35 WIB
Perbankan Bersiap, Rupiah Terseret Sentimen Domestik dan Global

JAKARTA - Nilai tukar rupiah kembali menghadapi tekanan, bergerak di kisaran Rp16.400-an per dollar AS pada perdagangan pasar spot. Pelemahan mata uang domestik ini terjadi di tengah sentimen risk off dari kondisi domestik dan dinamika pasar global. Meski demikian, penguatan tipis tercatat pagi ini, menandakan rupiah masih mencoba mencari pijakan di tengah ketidakpastian ekonomi.

Analis mata uang dari Doo Financial Futures, Lukman Leong, menjelaskan bahwa pergerakan rupiah dipengaruhi dua faktor utama. Dari sisi domestik, aksi demonstrasi menciptakan tekanan pada pasar, sementara dari sisi global, prospek pemangkasan suku bunga The Fed membuat dollar AS melemah. Kondisi ini membuat investor cenderung menahan langkah, menunggu data-data ekonomi penting dari Amerika Serikat pekan ini sebelum mengambil keputusan.

“Kisaran pergerakan rupiah hari ini diprediksi berada di level 16.350 hingga 16.500 per dollar AS,” ujar Lukman. Sementara itu, berdasarkan kurs tengah Jisdor, nilai tukar rupiah berada di level Rp16.463 per dollar AS, sedikit melemah dibandingkan penutupan sebelumnya.

Di sisi perbankan, kurs rupiah hari ini juga mengalami perbedaan tipis antara bank besar. Misalnya, di BRI kurs jual dipatok Rp16.469 per dollar AS, sedangkan Bank Mandiri mematok Rp16.500 per dollar AS. Kurs jual ini menunjukkan harga di mana bank menjual dollar AS kepada nasabah, sementara kurs beli di kisaran Rp16.388 hingga Rp16.470.

Meski Bank Indonesia terus melakukan intervensi untuk menstabilkan nilai tukar, tekanan eksternal dan domestik membuat rupiah sulit menguat signifikan. Kondisi ini menunjukkan bahwa rupiah masih rentan terhadap fluktuasi global, termasuk kebijakan moneter Amerika Serikat dan sentimen pasar yang sensitif terhadap ketidakpastian politik dalam negeri.

Investor kini berada dalam posisi wait and see. Pergerakan rupiah yang relatif terbatas mencerminkan kehati-hatian pasar, di mana setiap berita ekonomi, baik dari dalam maupun luar negeri, dapat memicu volatilitas. Pelemahan rupiah tidak hanya berdampak pada perdagangan valas, tetapi juga pada harga impor, komoditas, serta inflasi domestik, sehingga menjadi perhatian penting bagi pelaku pasar dan pemerintah.

Dengan kondisi ini, pelaku pasar disarankan tetap memantau kurs rupiah secara real time dan memahami dinamika global yang memengaruhi pergerakan mata uang. Dari sisi kebijakan, koordinasi antara BI dan pemerintah terus dilakukan untuk menjaga stabilitas rupiah dan mencegah gejolak yang lebih tajam di pasar valas.

Terkini