Harga Batu Bara Naik Tiga Hari Beruntun Karena China

Jumat, 19 September 2025 | 08:10:29 WIB
Harga Batu Bara Naik Tiga Hari Beruntun Karena China

JAKARTA - Harga batu bara dunia kembali menunjukkan tren penguatan pada Rabu, 17 September 2025, menandai reli positif tiga hari berturut-turut.

Kenaikan ini masih didorong kabar dari China yang menghentikan produksi 15 tambang batu bara di Pedalaman Mongolia karena melebihi kuota produksi yang telah ditetapkan. Langkah ini memicu optimisme pasar dan menambah tekanan beli bagi komoditas energi tersebut.

Harga batu bara Newcastle untuk pengiriman September 2025 melonjak US$ 1,15 menjadi US$ 102,9 per ton. Sedangkan kontrak Oktober 2025 naik US$ 1,05 menjadi US$ 106,55 per ton, dan November 2025 juga meningkat US$ 1,05 menjadi US$ 108 per ton. Lonjakan ini menandai tren positif yang konsisten sejak awal pekan dan menimbulkan perhatian para pelaku pasar global.

Sementara itu, harga batu bara Rotterdam untuk September 2025 menguat tipis US$ 0,2 menjadi US$ 93,55. Namun, kontrak Oktober 2025 justru melemah US$ 0,3 menjadi US$ 95,25, dan November 2025 turun US$ 0,1 menjadi US$ 96,45. Pergerakan harga ini mencerminkan ketidakpastian pasokan di Eropa dan dinamika permintaan global yang berbeda-beda.

Reuters melaporkan, Pemerintah Daerah Otonomi Pedalaman Mongolia, wilayah penghasil batu bara terbesar di China, memerintahkan 15 tambang untuk menghentikan produksi setelah ditemukan melampaui kuota yang telah disetujui. Hal ini terungkap melalui dokumen resmi Biro Energi Pedalaman Mongolia, Selasa, 16 September 2025 Langkah ini menunjukkan kontrol ketat pemerintah daerah terhadap produksi komoditas strategis.

Sejak Juli 2025, pemerintah pusat China telah melakukan inspeksi di sejumlah sentra batu bara besar. Otoritas pusat meminta pemerintah daerah melaporkan apakah tambang telah melampaui target produksi tahun 2024 hingga paruh pertama 2025. 

Inspeksi ini menjadi bagian dari strategi Beijing untuk mengendalikan kelebihan kapasitas di sektor batu bara dan menjaga stabilitas harga.

Hasil investigasi menunjukkan 15 tambang di Ordos melampaui kapasitas produksi lebih dari 10% pada semester I-2025. Tambang-tambang tersebut diperintahkan menghentikan operasi dan hanya diperbolehkan kembali berproduksi setelah lolos inspeksi dari regulator keselamatan daerah. 

Namun, dokumen resmi tidak menyebutkan jadwal pasti kapan pemeriksaan akan dilakukan, sehingga pasar masih memantau perkembangan lebih lanjut.

Selain langkah pemerintah daerah, harga batu bara juga terdorong oleh pernyataan Presiden Xi Jinping pada Senin, 15 September 2025. Presiden Xi menyerukan penghentian bertahap kapasitas produksi lama serta pembatasan persaingan harga yang tidak sehat di sektor batu bara. Pernyataan ini memberikan sinyal kuat bagi investor bahwa China akan lebih tegas mengatur pasokan domestik.

Kondisi ini berdampak langsung pada pasar global karena China merupakan konsumen batu bara terbesar di dunia. Penghentian sementara tambang dan kontrol kapasitas memicu penyesuaian pasokan yang akhirnya mendorong harga naik di pasar internasional. Pelaku pasar mencermati hal ini sebagai indikator bahwa permintaan tetap kuat meski pasokan sementara berkurang.

Para analis menilai bahwa kenaikan harga tiga hari berturut-turut juga didorong oleh ekspektasi bahwa produksi tambahan akan terbatas hingga regulasi baru diterapkan. “Pasar melihat langkah Beijing sebagai upaya menjaga harga tetap stabil dan mengurangi kelebihan pasokan,” kata seorang analis pasar komoditas.

Dalam jangka menengah, tren ini bisa memengaruhi harga batu bara di Indonesia, terutama bagi kontrak ekspor ke Eropa dan Asia. Pengusaha batu bara di Indonesia memantau kebijakan China karena negara tersebut menjadi salah satu pasar utama. Kenaikan harga Newcastle dan Rotterdam memberikan peluang bagi produsen lokal untuk menyesuaikan harga jual mereka.

Secara keseluruhan, reli harga batu bara yang terjadi sejak awal minggu dipicu oleh kombinasi faktor regulasi domestik China dan pernyataan kebijakan Presiden Xi. Penghentian tambang yang melampaui kuota dan inspeksi berkelanjutan menjadi katalis utama penguatan harga global. Pelaku pasar di berbagai negara kini menunggu langkah selanjutnya dari otoritas China untuk menentukan arah pergerakan harga berikutnya.

Terkini

Pertamina EP Prabumulih Raih 3 Platinum ENSIA 2025

Jumat, 19 September 2025 | 12:01:36 WIB

City Gas Tour 2025 Edukasi Warga Dumai dan Pekanbaru

Jumat, 19 September 2025 | 12:01:33 WIB

EMP Tingkatkan Produksi Minyak Blok Kampar Jadi 1.045 BPH

Jumat, 19 September 2025 | 12:01:31 WIB

Indonesia Tawarkan Potensi Migas Besar di APPEC 2025

Jumat, 19 September 2025 | 12:01:30 WIB