JAKARTA - PT United Tractors Tbk (UNTR), salah satu perusahaan terbesar di Indonesia yang berafiliasi dengan Grup Astra, terus melakukan langkah agresif untuk mendiversifikasi bisnisnya di sektor non-batubara. Fokus utama perusahaan ini adalah memperluas portofolio mineralnya, khususnya pada komoditas seperti nikel, emas, tembaga, dan perak, di samping mempertimbangkan peluang akuisisi di sektor bauksit dan pengembangan lithium. Langkah ini menjadi bagian dari strategi perusahaan untuk mengurangi ketergantungan pada industri batubara yang selama ini mendominasi bisnis mereka.
Direktur Utama United Tractors, Iwan Hadiantoro, menjelaskan bahwa saat ini perusahaan tengah fokus untuk memperluas jangkauannya ke sektor tambang mineral yang lebih beragam. “Kami terus melakukan kajian terkait peluang pertumbuhan jangka panjang, dan salah satu prioritas kami adalah ekspansi ke sektor mineral non-batubara. Kami percaya bahwa pengembangan sektor ini akan memberikan kontribusi yang signifikan bagi kinerja perusahaan dalam beberapa tahun mendatang,” ujar Iwan dalam pernyataan resminya.
Fokus pada Nikel, Emas, Tembaga, dan Perak
United Tractors secara eksplisit menargetkan untuk memperkuat kehadirannya di sektor nikel, emas, tembaga, dan perak sebagai bagian dari diversifikasi bisnis yang sedang dijalankan. Selain itu, mereka juga sedang menjajaki potensi di sektor bauksit dan lithium, yang diyakini akan menjadi komoditas penting seiring dengan berkembangnya industri energi terbarukan, terutama untuk produksi baterai kendaraan listrik.
“Saat ini, kami tengah memetakan beberapa proyek tambang mineral di dalam negeri, namun untuk alasan tertentu kami belum bisa mengungkapkan detail lebih lanjut tentang proyek tersebut,” ungkap Iwan, sembari menegaskan bahwa fokus utama perusahaan adalah memastikan setiap akuisisi dan pengembangan dilakukan dengan penuh pertimbangan dan mematuhi prinsip keberlanjutan.
Anggaran dan Akuisisi yang Agresif
Untuk mendukung upaya diversifikasi ini, United Tractors telah mengalokasikan anggaran tahunan yang cukup besar, yakni sekitar US$ 500 juta hingga US$ 1 miliar untuk menambah portofolio di sektor mineral non-batubara. Dana tersebut akan digunakan untuk akuisisi tambang mineral baru, pengembangan infrastruktur pertambangan, serta pembangunan fasilitas pengolahan.
Salah satu langkah besar yang telah dilakukan oleh UNTR adalah akuisisi tambang nikel yang terletak di Konawe Utara, Sulawesi Tenggara, yang dilakukan pada akhir tahun 2023. Melalui anak usaha PT Danusa Tambang Nusantara, UNTR membeli tambang nikel milik PT Stargate Pacific Resources dan PT Stargate Mineral Asia dengan nilai transaksi sebesar Rp 3,22 triliun. Langkah ini menunjukkan komitmen kuat UNTR untuk memperluas portofolio bisnisnya di sektor tambang non-batubara.
Selain itu, UNTR juga melakukan investasi strategis dengan membeli 19,99% saham di Nickel Industries Limited, perusahaan tambang nikel yang berbasis di Australia. Investasi ini memberikan UNTR akses yang lebih luas ke pasar global dan memperkuat posisinya sebagai pemain utama di industri nikel.
Target Pendapatan yang Seimbang pada 2030
Visi jangka panjang UNTR adalah mencapai keseimbangan antara kontribusi pendapatan dari sektor batubara dan non-batubara pada tahun 2030. Iwan menargetkan agar pendapatan dari kedua sektor ini dapat berimbang, dengan masing-masing memberikan kontribusi sebesar 50% terhadap total pendapatan perusahaan.
“Pada 2030, kami menargetkan sektor terkait batubara dan non-batubara dapat memberikan kontribusi yang seimbang. Dengan diversifikasi ini, kami berharap dapat mengurangi risiko ketergantungan terhadap fluktuasi harga batubara dan meningkatkan keberlanjutan bisnis dalam jangka panjang,” jelas Iwan.
Proyek Pengolahan Nikel: Smelter RKEF dan HPAL
Salah satu proyek utama dalam pengembangan sektor nikel adalah pembangunan fasilitas smelter Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) di tambang Stargate, yang terletak di Konawe Utara, Sulawesi Tenggara. Proyek smelter ini memiliki kapasitas produksi nickel pig iron (NPI) yang diperkirakan mencapai 13.000 ton per tahun. Smelter ini dijadwalkan akan mulai beroperasi pada 2027, dengan target produksi yang jauh lebih besar. Setelah smelter ini beroperasi, produksi tambang Stargate diperkirakan akan meningkat menjadi 3 juta ton ore nikel per tahun.
“Pembangunan smelter RKEF di Stargate ini akan menjadi langkah penting dalam memperkuat bisnis pertambangan nikel kami. Kami optimistis fasilitas ini akan memberikan nilai tambah yang besar, baik dari sisi produksi maupun pengolahan nikel berkualitas tinggi,” terang Iwan.
Selain pembangunan smelter RKEF, UNTR juga sedang melakukan studi kelayakan untuk pembangunan smelter High Pressure Acid Leach (HPAL) di wilayah yang sama. Smelter HPAL ini diharapkan dapat selesai pada 2025 dan akan meningkatkan kapasitas pengolahan nikel di area tersebut.
Prospek dan Tantangan ke Depan
Seiring dengan semakin pesatnya pengembangan sektor non-batubara, tantangan terbesar bagi United Tractors adalah bagaimana menjaga keberlanjutan dan efisiensi dalam pengelolaan sumber daya alam. Selain itu, perusahaan juga harus memperhatikan aspek lingkungan dan sosial, terutama dalam hal dampak yang ditimbulkan dari operasional pertambangan dan pengolahan nikel.
“Kami tidak hanya berfokus pada aspek bisnis, tetapi juga berkomitmen untuk menjalankan operasi kami dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan. Kami berharap dengan keberlanjutan ini, UNTR dapat terus tumbuh dan memberikan dampak positif bagi masyarakat sekitar,” ungkap Iwan.
Namun, meski tantangan cukup besar, langkah strategis UNTR untuk mengakuisisi tambang mineral dan memperkuat posisi mereka di sektor nikel dan logam lainnya memberikan prospek cerah bagi perusahaan di masa depan. Terlebih, dengan dukungan dari Grup Astra, UNTR memiliki sumber daya dan jaringan yang kuat untuk mempercepat proses ekspansi ini.