JAKARTA - Operasional truk angkutan tanah yang melintasi Desa Rancahilir, Kecamatan Pamanukan, Kabupaten Subang, telah mengganggu aktivitas sehari-hari dan kesehatan warga setempat. Menanggapi keluhan tersebut, Kepolisian Sektor Pamanukan mengambil langkah tegas dengan mengalihkan jalur truk angkutan tanah mulai Senin, 5 Mei 2025.

Keluhan Warga yang Meningkat

Warga Desa Rancahilir telah lama mengeluhkan dampak negatif dari aktivitas truk angkutan tanah yang melintasi jalan desa. Selain menyebabkan kerusakan pada infrastruktur jalan, keberadaan truk-truk tersebut juga menimbulkan polusi udara dan kebisingan yang mengganggu ketenangan warga. "Kami sudah tidak tahan lagi dengan suara bising dan debu yang ditimbulkan oleh truk-truk itu. Jalan desa kami jadi rusak parah," ungkap salah satu warga yang enggan disebutkan namanya.

Kepala Polsek Pamanukan, Ajun Komisaris Udin Awaludin, menjelaskan bahwa pihaknya telah melakukan mediasi dengan seluruh pihak terkait untuk mencari solusi terbaik. "Tadi sudah sepakat, kendaraan proyek akan melintasi jalan proyek, tidak akan melintasi jalan desa," kata Udin setelah pertemuan yang berlangsung pada Minggu, 4 Mei 2025.

Mediasi Antara Warga dan Pihak Pengelola

Pertemuan yang difasilitasi oleh Kapolsek Pamanukan ini diadakan beberapa hari sebelumnya dan dihadiri oleh perwakilan warga serta pihak pengelola truk. Dalam mediasi tersebut, terungkap bahwa truk-truk yang beroperasi di desa tersebut mengangkut tanah untuk proyek pembangunan Tol Patimban. Proyek ini merupakan salah satu inisiatif pemerintah untuk meningkatkan infrastruktur transportasi di wilayah tersebut.

"Setelah mendengar keluhan warga, kami berusaha mencari jalan tengah agar proyek tetap berjalan tanpa mengganggu aktivitas masyarakat. Kami berharap dengan pengalihan jalur ini, warga bisa kembali beraktivitas dengan tenang," tambah Udin.

Dampak Proyek Terhadap Masyarakat

Proyek Tol Patimban memang diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi perekonomian daerah, namun dampak negatif yang dirasakan oleh masyarakat setempat tidak bisa diabaikan. Warga mengharapkan agar pihak pengelola proyek dapat lebih memperhatikan dampak sosial yang ditimbulkan. "Kami mendukung pembangunan, tetapi kami juga berharap hak-hak kami sebagai warga diperhatikan. Jangan sampai proyek ini merugikan kami," ujar seorang perwakilan warga.

Pihak pengelola proyek juga diharapkan dapat berkomitmen untuk menjaga komunikasi yang baik dengan masyarakat. "Kami akan terus berkoordinasi dengan warga dan pihak kepolisian untuk memastikan bahwa proyek ini tidak mengganggu kehidupan sehari-hari mereka," kata seorang perwakilan dari pihak pengelola truk.

Langkah Selanjutnya dan Harapan Warga

Dengan pengalihan jalur truk angkutan tanah, diharapkan aktivitas warga Desa Rancahilir dapat kembali normal. Namun, warga juga berharap agar langkah ini bukan hanya sekadar solusi sementara. "Kami ingin ada kepastian bahwa truk-truk ini tidak akan kembali melintasi jalan desa. Kami butuh ketenangan dan kesehatan yang baik," ungkap salah satu warga.

Kepala Polsek Pamanukan menegaskan bahwa pihaknya akan terus memantau situasi di lapangan setelah pengalihan jalur dilakukan. "Kami akan melakukan pengawasan untuk memastikan bahwa kesepakatan ini dipatuhi. Jika ada pelanggaran, kami tidak akan segan untuk mengambil tindakan," tegas Udin.

Kasus gangguan yang dialami oleh warga Desa Rancahilir akibat operasional truk angkutan tanah menunjukkan pentingnya komunikasi dan mediasi antara pihak pengelola proyek dan masyarakat. Dengan pengalihan jalur truk yang telah disepakati, diharapkan kesejahteraan dan kenyamanan warga dapat terjaga. Proyek pembangunan infrastruktur seperti Tol Patimban memang penting, namun harus dilakukan dengan memperhatikan dampak sosial yang ditimbulkan.

Kepolisian Sektor Pamanukan berkomitmen untuk terus mendukung upaya menjaga ketertiban dan kenyamanan masyarakat, serta memastikan bahwa proyek pembangunan dapat berjalan dengan baik tanpa mengganggu kehidupan sehari-hari warga.