Bank

Bank DKI Siap Melantai di Bursa Efek Indonesia: Persaingan Ketat di Sektor Perbankan Daerah

Bank DKI Siap Melantai di Bursa Efek Indonesia: Persaingan Ketat di Sektor Perbankan Daerah
Bank DKI Siap Melantai di Bursa Efek Indonesia: Persaingan Ketat di Sektor Perbankan Daerah

JAKARTA - PT Bank DKI Jakarta (Bank DKI) tengah mempersiapkan langkah besar menuju pasar modal dengan rencana Initial Public Offering (IPO). Meskipun proses IPO belum dimulai, manajemen bank telah memberikan restu untuk melaksanakan aksi korporasi tersebut, dengan target pelaksanaan paling cepat lima bulan ke depan, yang berarti dapat berlangsung paling lambat dalam setahun ke depan.

Persaingan Ketat Bank Pembangunan Daerah

Saat ini, sudah ada tiga Bank Pembangunan Daerah (BPD) yang telah go public, yaitu PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk (BJTM), PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk (BJBR), serta PT Bank Banten (Perseroda) Tbk (BEKS). Dari segi pergerakan harga saham dan likuiditas, BJBR dan BJTM terbilang lebih baik dibandingkan BEKS, yang saat ini terjerembab di harga Rp28 per lembar dan masuk ke papan pemantauan khusus.

Kinerja Keuangan Bank DKI

Menurut laporan keuangan Bank DKI hingga kuartal pertama tahun ini, laba bersih berhasil tumbuh 14,86% secara tahunan (YoY) menjadi Rp215,34 miliar. Capaian laba yang positif didorong oleh pendapatan bunga yang meningkat 4,15% menjadi Rp1,36 triliun dan penurunan beban bunga dari Rp712,63 miliar menjadi Rp710,15 miliar. Alhasil, net interest income (NII) menjadi Rp708,73 miliar.

Perusahaan juga mencatat penurunan kerugian dari nilai wajar aset keuangan nyaris setengahnya, dari Rp1,93 triliun pada kuartal I/2024 menjadi Rp1,04 triliun pada kuartal I/2025. Impairment juga tercatat membaik dengan penurunan sampai 41,84%, sementara untuk Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) tercatat naik tipis 1,82% menjadi Rp2,37 triliun.

Dari sisi penyaluran kredit, Bank DKI terbilang masih belum terlalu ekspansif pada kuartal pertama ini, hanya tumbuh 3,36% YoY menjadi Rp52,23 triliun. Adapun, rasio kredit macet atau nonperforming loan (NPL) gross mencapai 2,74%, meningkat dari posisi Maret tahun lalu sebesar 2,01%.

Seiring dengan bank yang masih mode defensif alias tidak banyak menyalurkan kredit, Dana Pihak Ketiga (DPK) malah terkontraksi 4,93% YoY menjadi Rp59,08 triliun. Hal ini membuat margin bunga bersih (NIM) turun tipis dari 4,05% ke 4,01%, sementara itu likuiditas masih cenderung ketat dengan tingkat Loan to Deposit Ratio (LDR) sebanyak 99,4%.

Perbandingan Profitabilitas dengan BPD Lain

Jika dibandingkan dengan posisi bank daerah lainnya, Bank DKI ini masih di bawah dua emiten bank yang sudah listing, yaitu BJBR dan BJTM. Laba bersih BJBR masih menempati posisi teratas, diikuti BJTM. Untuk Bank DKI di posisi kelima dengan nilai laba bersih sepanjang 2024 sebanyak Rp779 miliar.

Dengan posisi Bank DKI yang lebih kecil size profitabilitas-nya, kami menilai dari segi market capitalization akan lebih kecil dari dua bank lainnya. Sebagai catatan, Bank DKI ini masuk ke dalam Kelompok Bank Mikro dan Kecil (KBMI II) dengan nilai aset sampai kuartal pertama tahun ini sebanyak Rp78,39 triliun.

Prospek Dividen Investing

Sama seperti bank daerah lain, Bank DKI nampaknya akan tampil dengan prospek dividen investing yang menarik. Biasanya BJBR dan BJTM menawarkan rata-rata yield lebih dari 6%. Ini melebihi tingkat bunga deposito, membuatnya cukup atraktif untuk dijadikan investasi.

Baru-baru ini, Bank DKI juga menyebutkan pembagian dividen dari hasil laba tahun buku 2024. Alokasi dividen yang diambil dari laba atau payout ratio tercatat sebanyak 32% setara Rp249,31 miliar. Dari nilai ini akan diberikan kepada shareholder dengan rincian, Rp249,26 miliar diberikan kepada Pemprov DKI Jakarta, dan Rp56 juta diberikan kepada Perumda Pasar Jaya. Sisa dari laba sebanyak 68% atau Rp529,79 miliar disimpan sebagai saldo laba untuk pengembangan usaha Bank DKI.

Tanggapan Regulator Terhadap IPO Bank DKI

Sementara itu, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebelumnya menyatakan belum menerima pengajuan IPO Bank DKI. Namun, Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae, mengatakan pihaknya senantiasa mendorong bank untuk terus memberikan nilai tambah strategis bagi seluruh stakeholders dan mendukung pendalaman pasar keuangan, salah satunya dengan melakukan penawaran umum perdana saham guna memperkuat permodalan dalam rangka pertumbuhan bisnis, meningkatkan transparansi dan tata kelola dengan status perusahaan terbuka.

"OJK akan mendorong semua BPD untuk bisa IPO ataupun menerbitkan obligasi," ujar Dian dalam keterangannya. Akan tetapi, ia melanjutkan dalam rangka suksesnya IPO tersebut dan perlindungan terhadap investor, seluruh BPD akan diarahkan untuk memenuhi prasyarat mendasar. Antara lain, disiplin fiskal pemerintah daerah, profesionalisme, tata kelola, rentabilitas dari bank, dan rating yang baik dari lembaga pemeringkat yang kredibel.

Terpisah, Staf Khusus Gubernur Wakil Gubernur DKI Jakarta, Cyril Raoul Hakim, mengatakan Bank DKI itu harus melakukan transformasi sepenuhnya terlebih dahulu IPO.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index