JAKARTA — Harga bahan bakar minyak (BBM) kembali mengalami penyesuaian pada awal bulan ini. Perusahaan migas swasta Shell Indonesia dan perusahaan BUMN PT Pertamina (Persero) secara serempak menurunkan harga berbagai jenis BBM non-subsidi, mulai berlaku hari ini, Rabu. Penyesuaian ini dilakukan di tengah dinamika harga minyak mentah dunia yang sedang stagnan dan kecenderungan pasar global yang lesu.
Berdasarkan pengumuman resmi di laman Shell Indonesia, harga BBM Shell Super mengalami penurunan dari sebelumnya Rp12.920 per liter menjadi Rp12.730 per liter. Penurunan juga terjadi pada seluruh lini produk BBM Shell lainnya.
Shell V-Power kini dijual seharga Rp13.170 per liter, turun Rp200 dari harga April sebesar Rp13.370. Sementara itu, Shell V-Power Diesel juga turun Rp250 menjadi Rp13.810 per liter dari sebelumnya Rp14.060 per liter. Adapun Shell V-Power Nitro+, yang merupakan varian dengan spesifikasi tertinggi, juga mengalami penurunan harga sebesar Rp190 menjadi Rp13.360 per liter.
Langkah Shell ini tampaknya mencerminkan respons terhadap dinamika harga minyak global serta upaya untuk tetap kompetitif di pasar domestik.
Harga BBM Pertamina Juga Turun di Beberapa Wilayah
Tak hanya Shell, PT Pertamina (Persero) juga turut menyesuaikan harga jual BBM non-subsidi yang berlaku mulai 1 Mei 2025. Mengacu pada situs resmi perusahaan, harga baru ini berlaku secara nasional dengan penyesuaian tertentu di tiap wilayah, termasuk Jabodetabek.
Penurunan harga paling signifikan terjadi pada Pertamax Turbo (RON 98) yang turun Rp500 menjadi Rp13.300 per liter dari sebelumnya Rp13.800. Dexlite (CN 51) juga mengalami penurunan Rp250, kini menjadi Rp13.350 per liter dari Rp13.600. Sementara Pertamina Dex (CN 53) turun Rp150 menjadi Rp13.750 dari sebelumnya Rp13.900 per liter.
Untuk Pertamax (RON 92), yang merupakan BBM pilihan masyarakat menengah ke atas, harga diturunkan sebesar Rp100 menjadi Rp12.400 per liter. Sedangkan Pertamax Green (RON 95) kini dihargai Rp13.150, turun dari Rp13.250 per liter.
BBM subsidi seperti Pertalite dan Biosolar tetap tidak mengalami perubahan harga. Pertalite masih dijual Rp10.000 per liter dan Biosolar tetap Rp6.800 per liter.
Penyebab Penurunan Harga BBM
Penyesuaian harga BBM ini terjadi di tengah stagnasi harga minyak mentah dunia, yang mencatat penurunan bulanan terbesar sejak 2021. Harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) diperdagangkan di kisaran US$58 per barel, sedangkan Brent berada di sekitar US$61 per barel.
Pengamat energi dari Universitas Indonesia, Dr. Hendra Nugraha, mengatakan bahwa tren penurunan harga BBM domestik mencerminkan kondisi pasar global. “Turunnya harga minyak dunia dan pelemahan permintaan global, termasuk dari sektor manufaktur China dan ekonomi AS yang melambat, memberikan ruang bagi penurunan harga BBM di dalam negeri,” ujar Hendra kepada media.
Kondisi ini juga diperkuat oleh pandangan analis dari Morgan Stanley yang mencatat bahwa permintaan minyak global stagnan di angka 102 juta barel per hari, tidak berubah dari tahun lalu. “Ketidakpastian terhadap prospek ekonomi kemungkinan menjadi penyebab stagnasi pertumbuhan, dengan impor nafta di Asia Timur — indikator utama permintaan industri — anjlok ke level terendah dalam lima tahun,” tulis Prateek Kedia dan Natasha Kaneva dalam laporan Morgan Stanley.
Respons Konsumen dan Imbas ke Pasar Domestik
Penurunan harga ini disambut baik oleh konsumen, terutama pengguna kendaraan pribadi dan pelaku industri logistik yang terdampak langsung oleh fluktuasi harga BBM. Di media sosial dan forum otomotif, banyak warganet menyatakan bahwa kebijakan ini membantu menurunkan biaya operasional harian mereka.
Selain itu, kompetisi antar penyedia BBM seperti Pertamina, Shell, BP, dan Vivo dinilai turut memberikan manfaat jangka panjang bagi konsumen, dengan pilihan harga dan kualitas bahan bakar yang lebih variatif.