PENDIDIKAN

BRIN Siapkan Sistem Pendidikan Vokasi Poltek Nuklir untuk Mendukung Kebutuhan Riset Nasional dan Global

BRIN Siapkan Sistem Pendidikan Vokasi Poltek Nuklir untuk Mendukung Kebutuhan Riset Nasional dan Global
BRIN Siapkan Sistem Pendidikan Vokasi Poltek Nuklir untuk Mendukung Kebutuhan Riset Nasional dan Global

JAKARTA - Politeknik Teknologi Nuklir Indonesia (Poltek Nuklir) menggelar pertemuan penting pada Jumat, 25 April 2025, di Kawasan Sains, Teknologi, dan Edukasi (KSTE) Achmad Baiquni, Babarsari, Yogyakarta, untuk membahas penguatan sistem pendidikan vokasi yang selaras dengan kebutuhan riset nasional. Pertemuan ini menjadi langkah strategis dalam upaya menciptakan sumber daya manusia (SDM) unggul di bidang nuklir, yang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan industri domestik maupun global.

Transformasi Pendidikan Vokasi di Poltek Nuklir

Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Laksana Tri Handoko, menegaskan bahwa transformasi pendidikan vokasi tidak hanya berfokus pada pembaruan kurikulum, tetapi juga pada kesiapan infrastruktur serta kualitas sumber daya pengajar. “Dukungan BRIN untuk kemajuan Poltek Nuklir nyata. Sejak awal, BRIN ingin meningkatkan dengan cepat kualitas Poltek Nuklir, diantaranya dengan mendukung infrastruktur sarana dan prasarana pendidikan serta riset,” ujar Handoko dalam pertemuan tersebut.

Handoko menjelaskan bahwa pendidikan vokasi yang sukses memerlukan kerjasama antara berbagai elemen pendukung, mulai dari fasilitas pembelajaran, peralatan laboratorium, hingga manajemen pendidikan. Ia menambahkan, “Infrastruktur pendidikan dan riset harus didukung oleh SDM yang relevan dan sistem pembelajaran yang terintegrasi. Tanpa itu, kualitas lulusan tidak akan maksimal, padahal tantangan industri saat ini sangat tinggi.”

Konsep 'Teaching Laboratory' untuk Lulusan Kompeten

Selain penguatan infrastruktur, Poltek Nuklir juga memperkenalkan kurikulum baru yang memadukan pembelajaran teoritis dengan praktek lapangan secara intensif. Konsep ini dikenal dengan nama "Teaching Laboratory", yang bertujuan menghasilkan lulusan yang tidak hanya kompeten secara teknis, tetapi juga memahami filosofi dan konteks saintifik dari teknologi nuklir yang mereka gunakan.

Handoko menambahkan, untuk menciptakan lulusan yang benar-benar siap menghadapi dunia kerja, pembelajaran di Poltek Nuklir harus lebih dominan pada aspek praktikum lapangan. “BRIN telah menyiapkan skema penugasan dosen peneliti serta pemanfaatan laboratorium riset BRIN sebagai bagian dari ruang mahasiswa belajar. Ini merupakan tantangan bagi dosen dan peneliti untuk menyusun modul pembelajaran dan praktek secara maksimal,” ujarnya.

Transformasi Pendidikan Vokasi Menuju Dunia Global

Deputi Bidang Sumber Daya Manusia Iptek BRIN, Edy Giri Rachman Putra, menyatakan bahwa transformasi pendidikan vokasi di Poltek Nuklir juga mencakup perubahan cara kerja institusi pendidikan. Penyesuaian proses bisnis dan tata kelola akademik menjadi prioritas utama. Edy menjelaskan, “Kurikulum saja tidak cukup. Kita juga harus ubah sistem kerja dan kolaborasi akademik antara Poltek Nuklir dengan berbagai unit riset di BRIN untuk menyelaraskan kebijakan dan penyelenggaraan pendidikan modern.”

Edy menambahkan bahwa penting untuk melibatkan unit-unit riset BRIN dalam pendidikan mahasiswa Poltek Nuklir. "Ke depan, perlu dilakukan penguatan kerja sama industri di bidang nuklir agar lulusan Poltek Nuklir tidak hanya memahami permasalahan tetapi juga dapat mencari solusi alternatif yang sesuai dengan perkembangan industri nuklir global,” ujar Edy.

Selain itu, ia menegaskan bahwa Yogyakarta difokuskan sebagai pusat pengembangan dan penguatan SDM di bidang nuklir melalui pendidikan, pelatihan, dan riset dasar, yang menjadi bentuk integrasi antara institusi pendidikan dengan pengelolaan fasilitas riset. Edy berharap, melalui proses transformasi yang dilakukan, Poltek Nuklir akan menghasilkan lulusan yang mampu bersaing di tingkat global.

Kolaborasi untuk Pendidikan yang Adaptif dan Tangguh

Direktur Poltek Nuklir, Zainal Arief, menyatakan bahwa penyusunan kurikulum Poltek Nuklir melibatkan tim dosen internal, praktisi, dan peneliti dari BRIN. Ia berharap kolaborasi ini akan menghasilkan lulusan yang tangguh, tidak hanya dari sisi teknis, tetapi juga adaptif terhadap perkembangan teknologi yang semakin kompleks. “Kolaborasi dosen dan peneliti sangat penting dalam memastikan kualitas modul yang aplikatif dan up-to-date,” ujar Zainal.

Zainal juga mengungkapkan harapannya agar mahasiswa Poltek Nuklir yang berada di tahun terakhir dapat terlibat langsung dalam kegiatan riset di BRIN sebagai Research Assistant (RA). Hal ini diharapkan dapat memberikan pengalaman langsung kepada mahasiswa dalam dunia riset nuklir, sekaligus menjembatani kebutuhan pasar tenaga kerja di bidang teknologi nuklir. “Mahasiswa tahun terakhir bisa bergabung dalam aktivitas riset di BRIN, sebagai bentuk integrasi pendidikan dan penelitian,” jelas Zainal.

Sinergi Lintas Unit untuk Keberhasilan Pendidikan Vokasi

Pentingnya sinergi antar unit di BRIN juga menjadi perhatian dalam pertemuan tersebut. Unit-unit teknis seperti Direktorat Pengelolaan Fasilitas Ketenaganukliran (DPFK) dan Direktorat Pengelolaan Laboratorium, Fasilitas Riset, dan Kawasan Sains dan Teknologi (DPLFRKST) telah berkontribusi dalam mendukung pendidikan di Poltek Nuklir. Penempatan staf dari unit-unit ini sebagai pengajar teori dan praktikum dinilai sangat mendukung kelancaran proses pendidikan.

Selain itu, pengelolaan peralatan dan logistik yang terus berkoordinasi juga memastikan bahwa kegiatan belajar mengajar di Poltek Nuklir tidak terganggu. Sinergi ini membuktikan bahwa pendidikan vokasi berbasis riset membutuhkan pendekatan lintas-unit yang solid dan terintegrasi.

Menjadi Role Model Pendidikan Vokasi Nuklir di Indonesia

Pertemuan tersebut diakhiri dengan penegasan bahwa seluruh perubahan yang dilakukan akan dimonitor secara berkala. Semua pihak yang terlibat dalam pendidikan vokasi nuklir ini diharapkan dapat berkontribusi maksimal untuk menciptakan sistem pendidikan yang relevan dengan kebutuhan riset nasional dan global. Poltek Nuklir diharapkan dapat menjadi role model pendidikan vokasi berbasis riset di Indonesia, khususnya dalam bidang teknologi nuklir yang semakin berkembang.

Dengan adanya transformasi ini, Poltek Nuklir dan BRIN berharap dapat mencetak lulusan yang siap menghadapi tantangan dunia industri nuklir dan riset, serta menjawab kebutuhan SDM berkualitas yang semakin dibutuhkan di pasar global.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index