UFC

Ilyas Khamzin Nilai Islam Makhachev Punya 60 Persen Peluang Kalahkan Jack Della Maddalena: Aturan UFC Jadi Penentu

Ilyas Khamzin Nilai Islam Makhachev Punya 60 Persen Peluang Kalahkan Jack Della Maddalena: Aturan UFC Jadi Penentu
Ilyas Khamzin Nilai Islam Makhachev Punya 60 Persen Peluang Kalahkan Jack Della Maddalena: Aturan UFC Jadi Penentu

JAKARTA - Petarung MMA asal Rusia, Ilyas Khamzin, meyakini bahwa kompatriotnya, Islam Makhachev, memiliki peluang sebesar 60 persen untuk menundukkan Jack Della Maddalena, penguasa divisi kelas welter UFC saat ini. Pernyataan tersebut mencuat di tengah wacana kemungkinan Makhachev naik kelas demi mengejar ambisi menjadi juara dua divisi, sebuah status prestisius yang sebelumnya pernah diraih sejumlah nama besar UFC.

Khamzin mengungkapkan keyakinannya bahwa kemampuan grappling dan kendali pertarungan yang dimiliki Makhachev akan menjadi ancaman nyata bagi Della Maddalena, meski pertarungan lintas divisi tak pernah mudah. Namun, ia juga menyoroti satu hal penting yang menurutnya bisa menghambat ambisi Makhachev, yakni aturan baru yang diterapkan UFC di bawah kepemimpinan Dana White.

"Islam punya peluang 60 persen untuk mengalahkan Maddalena. Tapi semuanya kembali ke kebijakan promotor. Sekarang aturan tidak seperti dulu lagi," ujar Ilyas Khamzin, dalam sebuah wawancara terbaru yang diunggah media Rusia.

Aturan UFC yang Kini Lebih Ketat

Menurut Khamzin, UFC kini tak lagi memberikan keleluasaan seperti dahulu kepada para juara untuk berpindah divisi atau mencoba peruntungan di kelas lain. Dulu, sejumlah petarung top pernah diberi kesempatan naik atau turun kelas dan tetap bisa mempertahankan status juara mereka di divisi awal. Namun kini, regulasi lebih ketat. UFC mengharuskan seorang petarung untuk meninggalkan sabuk lamanya lebih dulu sebelum bertarung di divisi baru.

Situasi ini tentu membuat perhitungan menjadi lebih rumit bagi petarung mana pun, termasuk Makhachev, yang saat ini mendominasi di kelas ringan (lightweight) dan dianggap sebagai salah satu petarung pound-for-pound terbaik di dunia.

“Dulu lebih fleksibel. Sekarang kamu harus benar-benar yakin sebelum pindah kelas karena sabukmu bisa dicopot,” kata Khamzin menyoroti kebijakan UFC.

Tren Double Champ Mulai Terkikis

Sebelumnya, sejarah UFC mencatat bahwa beberapa nama besar pernah menyandang gelar double champion, yaitu menyabet gelar di dua divisi berbeda secara bersamaan. Di antaranya adalah Conor McGregor, yang sukses menjadi juara di kelas featherweight dan lightweight, serta Daniel Cormier, yang menguasai kelas light heavyweight dan heavyweight.

Namun, dalam beberapa tahun terakhir, tren tersebut mulai meredup seiring berubahnya pendekatan UFC dalam menjaga konsistensi persaingan di masing-masing divisi. UFC tampaknya lebih memilih fokus pada stabilitas divisi daripada memberi ruang pada dominasi satu nama di dua kelas.

Khamzin menilai hal ini tidak sepenuhnya buruk, tetapi berdampak langsung pada karier petarung seperti Makhachev yang tengah berada di puncak performa dan memiliki potensi besar untuk mendominasi dua divisi sekaligus.

Gaya Bertarung Makhachev Cocok Hadapi Maddalena

Dari sisi teknis, Ilyas Khamzin percaya bahwa gaya bertarung Islam Makhachev sangat cocok untuk menghadapi petarung agresif seperti Jack Della Maddalena. Maddalena dikenal sebagai striker tajam dengan kekuatan pukulan mematikan, tetapi pertahanan gulatnya belum benar-benar diuji oleh grappler sekelas Makhachev.

Makhachev sendiri dikenal sebagai penerus gaya bertarung khas Dagestan—mengandalkan sambo, gulat, dan kendali ground—yang telah terbukti efektif saat ia menundukkan lawan-lawannya di kelas ringan. Strategi inilah yang diyakini Khamzin akan menjadi kunci bila keduanya bertemu di oktagon.

“Islam bukan hanya grappler. Dia petarung komplet. Jika dia bisa membawa pertarungan ke bawah, peluangnya lebih besar dari 60 persen,” tegas Khamzin.

Makhachev dan Tekad Naik Kelas

Islam Makhachev dalam beberapa kesempatan telah menyuarakan keinginannya untuk bertarung di kelas welter, terlebih setelah sukses mempertahankan gelar ringan dari lawan-lawan kuat seperti Charles Oliveira, Alexander Volkanovski, dan Dustin Poirier.

Petarung berusia 33 tahun itu merasa tidak banyak lagi tantangan signifikan yang tersisa di kelas ringan. Naik kelas ke welter menjadi opsi logis untuk mencari lawan baru dan mencetak sejarah sebagai juara dua divisi.

Namun, rencana tersebut tidak semudah yang dibayangkan. Selain persoalan teknis seperti penyesuaian bobot, perbedaan kekuatan lawan, dan dinamika gaya bertarung, tantangan administratif dari UFC bisa menjadi hambatan besar.

Della Maddalena: Raja Baru Divisi Welter

Jack Della Maddalena saat ini menjadi nama yang disegani di kelas welter UFC. Petarung asal Australia ini tampil impresif sepanjang tahun 2024 dengan rangkaian kemenangan KO dan TKO atas lawan-lawannya. Ia dikenal memiliki kombinasi pukulan cepat dan akurat, serta daya tahan tinggi di atas oktagon.

Bila duel antara Maddalena dan Makhachev benar-benar terjadi, maka itu akan menjadi pertarungan dua dunia: grappling elite vs striking kelas dunia. UFC tentu tak akan menyia-nyiakan potensi pertarungan besar ini, apalagi jika Makhachev bersedia naik kelas secara permanen.

Dukungan Komunitas MMA Rusia

Pernyataan Khamzin turut memperkuat gelombang dukungan dari komunitas MMA Rusia terhadap langkah Islam Makhachev. Mereka ingin melihat lebih banyak petarung Rusia bersinar di divisi atas UFC dan membawa pulang lebih banyak gelar dunia ke tanah kelahirannya.

Selain Makhachev, Rusia memiliki beberapa petarung top seperti Magomed Ankalaev dan Askar Askarov yang juga bersaing di papan atas. Semangat kolektif ini menandakan bahwa MMA Rusia terus berkembang dan tidak lagi hanya bergantung pada satu bintang.

Dengan segala potensi dan catatan prestasi yang dimiliki Islam Makhachev, keinginannya untuk menantang Jack Della Maddalena di kelas welter adalah langkah besar menuju sejarah baru. Namun seperti disampaikan Ilyas Khamzin, keberhasilan mewujudkan ambisi ini tidak hanya bergantung pada teknik dan kemampuan, tetapi juga pada regulasi dan kebijakan UFC yang saat ini lebih ketat dibanding masa lalu.

“Jika diberi kesempatan yang adil, saya percaya Islam bisa jadi juara di dua divisi. Tapi semua tergantung pada UFC,” tutup Khamzin.

Dengan sorotan dunia kini tertuju pada langkah Makhachev selanjutnya, pertanyaan besar kini muncul: akankah UFC mengizinkan duel besar ini terjadi, atau akan terus menahan perubahan demi stabilitas divisi? Yang jelas, dunia MMA menantikan jawabannya.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index