JAKARTA - PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) terus memperkuat perannya dalam mendukung ketahanan energi nasional melalui berbagai inovasi. Salah satu terobosan terbaru yang tengah diupayakan PHR adalah implementasi proyek Simple Surfactant Flood (SSF) Stage-1 yang saat ini berjalan di Lapangan Balam South, Zona Rokan, Riau. Melalui proyek ini, PHR menargetkan peningkatan produksi minyak nasional dengan metode yang lebih efisien dan efektif.
Inovasi SSF yang dikembangkan PHR merupakan bagian dari upaya sistematis Pertamina untuk menjaga keberlanjutan produksi minyak nasional. Mengingat kontribusi Lapangan Rokan terhadap produksi minyak nasional sangat signifikan, berbagai upaya terus dilakukan guna meningkatkan efisiensi produksi tanpa harus melakukan investasi besar terhadap infrastruktur yang ada.
Senior Vice President Technology Innovation PT Pertamina (Persero), Oki Muraza menegaskan bahwa proyek SSF menjadi salah satu langkah konkret PHR dalam menjawab tantangan produksi migas nasional. Menurutnya, terobosan semacam ini menjadi sangat penting untuk menjaga stabilitas energi Indonesia di tengah meningkatnya kebutuhan energi dalam negeri.
“PHR menjadi salah satu tumpuan Pertamina untuk meningkatkan produksi migas nasional. Besar harapan kami untuk terus mencoba berbagai inovasi teknologi agar produksi terus meningkat,” ujar Oki Muraza.
Teknologi Injeksi Surfaktan Tingkatkan Efisiensi
Metode Simple Surfactant Flood sendiri merupakan teknologi injeksi surfaktan berkonsentrasi rendah yang disuntikkan langsung ke dalam sumur minyak. Keunggulan utama dari metode ini adalah efisiensi biaya dan waktu karena tidak memerlukan modifikasi besar terhadap fasilitas produksi yang sudah ada.
Teknologi ini menggunakan surfaktan atau bahan kimia khusus yang diformulasikan untuk meningkatkan efisiensi perolehan minyak dari sumur tua. Dengan metode konvensional, peningkatan produksi biasanya membutuhkan perubahan besar pada fasilitas produksi atau pembangunan infrastruktur baru. Namun, melalui SSF, proses peningkatan produksi dapat dilakukan dengan cara yang lebih sederhana namun tetap efektif.
Inovasi ini tidak hanya sekadar hasil pengembangan internal PHR, melainkan merupakan hasil kolaborasi dari berbagai entitas di bawah naungan Pertamina Group. Kolaborasi tersebut melibatkan PT Pertamina Hulu Rokan, Pertamina Lubricants, Elnusa Petrofin (EPN), serta tim Technology Innovation (TI) PT Pertamina (Persero).
“Ini bukti nyata komitmen kami untuk mengaplikasikan teknologi inovatif yang berdampak langsung pada peningkatan produksi migas. Kolaborasi ini memaksimalkan keahlian seluruh entitas di Pertamina Group demi mencapai target produksi migas nasional,” tegas General Manager Zona Rokan, Andre Wijanarko.
Bukti Kemandirian Teknologi Anak Bangsa
Salah satu nilai tambah dari proyek SSF adalah pemanfaatan bahan kimia hasil formulasi dalam negeri. Surfaktan yang digunakan dalam proyek ini dikembangkan secara khusus oleh tim riset Pertamina agar sesuai dengan karakteristik sumur minyak di Lapangan Balam South. Hal ini merupakan langkah nyata Pertamina dalam mendukung program peningkatan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) di sektor energi.
Dengan mengandalkan hasil karya anak bangsa, proyek SSF sekaligus menjadi bagian dari upaya Pertamina untuk memperkuat ketahanan energi nasional secara berkelanjutan. Selain meningkatkan produksi, penggunaan teknologi dalam negeri juga mampu mendorong pertumbuhan industri kimia nasional.
“Kami tidak hanya fokus pada aspek teknis peningkatan produksi minyak, tetapi juga memastikan bahwa inovasi yang diterapkan mendukung kemandirian industri dalam negeri,” tambah Andre.
Progres Positif Implementasi Proyek SSF
Hingga pertengahan 2025, implementasi proyek SSF telah menunjukkan perkembangan yang positif. Injeksi surfaktan pertama dilakukan pada sumur BLSO 075 dan telah rampung pada 19-30 Maret 2024. Kemudian, injeksi kedua dilaksanakan di sumur BLSO 330 yang dimulai pada 28 Mei 2025 dan direncanakan berlangsung hingga 3 Juni 2025.
Adapun untuk injeksi ketiga, rencananya akan dilakukan pada akhir Juni 2025 di sumur BLSO 353. Dengan tahapan implementasi yang berjalan lancar sejauh ini, PHR menargetkan pengembangan proyek SSF untuk diterapkan pada lebih dari 20 sumur injeksi lainnya yang berada di Lapangan Balam South.
“Kami optimistis implementasi proyek ini akan memberikan hasil yang positif. Ke depan, kami berpeluang untuk mempercepat replikasi inisiatif ini ke lapangan-lapangan minyak lain yang punya karakteristik serupa,” lanjut Andre Wijanarko.
Dalam pelaksanaan proyek SSF, PHR juga secara intensif berkoordinasi dengan SKK Migas, baik terkait aspek teknis, perencanaan, maupun regulasi. Salah satu fokus kerja sama dengan SKK Migas adalah memastikan adanya payung regulasi yang mendukung kelanjutan proyek SSF hingga tahap berikutnya.
Target Jangka Panjang: Kontribusi untuk Ketahanan Energi Nasional
Proyek SSF merupakan salah satu langkah PHR dalam memastikan produksi migas Indonesia dapat terus tumbuh secara berkelanjutan di tengah tantangan global. Dengan mempertimbangkan tingginya kebutuhan energi nasional serta semakin berkurangnya produksi dari sumur-sumur tua, teknologi seperti SSF menjadi solusi yang relevan.
“Implementasi SSF adalah langkah awal dari berbagai inisiatif yang akan kami jalankan. Kami berkomitmen untuk terus mendukung pemerintah dalam upaya menjaga ketahanan energi nasional,” tambah Andre.
PHR menargetkan agar keberhasilan proyek SSF ini menjadi referensi untuk diterapkan di lapangan-lapangan minyak lain milik Pertamina, khususnya yang memiliki karakteristik serupa dengan Lapangan Rokan. Apabila teknologi ini dapat direplikasi secara masif, diharapkan kontribusinya terhadap produksi minyak nasional akan semakin signifikan.
Komitmen Berkelanjutan PHR untuk Produksi Migas Nasional
Sebagai salah satu andalan Pertamina dalam menjaga produksi migas nasional, PHR memang dituntut untuk terus berinovasi. Upaya pengembangan teknologi seperti SSF menjadi bukti bahwa Pertamina, melalui anak usahanya, tidak hanya berpangku tangan pada metode konvensional semata.
Di tengah tren global yang mengarah pada transisi energi, peningkatan efisiensi produksi migas tetap menjadi kebutuhan mendesak bagi Indonesia. Apalagi, produksi minyak nasional menjadi salah satu tumpuan utama dalam mendukung pembiayaan berbagai program pembangunan nasional serta menjaga stabilitas ekonomi.
Melalui proyek SSF, PHR juga ingin membuktikan bahwa industri migas Indonesia memiliki kapasitas untuk mengembangkan teknologi yang sesuai dengan kebutuhan lapangan domestik. Dengan kolaborasi lintas anak perusahaan dan dukungan penuh dari Pertamina Group, PHR optimistis inovasi ini dapat menjadi tonggak penting dalam perjalanan sektor energi Indonesia.
Dengan implementasi berkelanjutan dan kerja sama lintas institusi, PHR berharap teknologi SSF tidak hanya menjadi solusi jangka pendek, tetapi juga sebagai bagian dari strategi besar nasional dalam memperkuat kemandirian energi Indonesia.
“Keberhasilan proyek ini akan menjadi tonggak baru dalam pengelolaan sumur-sumur tua yang tersebar di berbagai wilayah kerja Pertamina. Kami percaya kolaborasi dan inovasi menjadi kunci dalam meningkatkan produksi minyak nasional,” tutup Andre Wijanarko.