LOGISTIK

Warga Korban Banjir di Kendari Alami Sakit, Keluhkan Kekurangan Obat dan Logistik

Warga Korban Banjir di Kendari Alami Sakit, Keluhkan Kekurangan Obat dan Logistik
Warga Korban Banjir di Kendari Alami Sakit, Keluhkan Kekurangan Obat dan Logistik

JAKARTA - Setelah beberapa hari tinggal di pengungsian akibat banjir yang melanda kawasan Kelurahan Lepo Lepo, Kecamatan Baruga, Kota Kendari, Sulawesi Tenggara, warga terdampak kini mulai mengalami gangguan kesehatan. Situasi ini memunculkan kekhawatiran baru di tengah krisis banjir yang belum sepenuhnya usai.

Banjir yang terjadi beberapa hari terakhir telah memaksa puluhan hingga ratusan warga meninggalkan rumah mereka. Sejumlah titik pengungsian dibuka, namun kondisi darurat dan keterbatasan fasilitas membuat banyak pengungsi mulai mengeluhkan penurunan kondisi fisik, terutama di kalangan anak-anak, lansia, dan ibu hamil.

Meski bantuan mulai berdatangan dari berbagai pihak, kebutuhan mendesak seperti layanan kesehatan, obat-obatan, sanitasi, dan air bersih masih menjadi tantangan besar. Situasi di lapangan menunjukkan bahwa selain kerusakan fisik dan kerugian materiil, dampak kesehatan akibat banjir menjadi perhatian utama yang harus segera direspons oleh pemerintah dan otoritas terkait.

Banjir Berkepanjangan Perparah Kondisi Warga

Banjir yang melanda Kelurahan Lepo Lepo disebabkan oleh hujan deras yang mengguyur Kota Kendari selama beberapa hari berturut-turut. Debit air sungai yang meningkat dan sistem drainase yang tidak mampu menampung curah hujan berujung pada meluapnya air ke permukiman warga.

Sejumlah rumah terendam, jalan-jalan tergenang, dan aktivitas masyarakat lumpuh. Pemerintah setempat mengevakuasi warga ke tempat yang lebih aman, seperti masjid, sekolah, dan aula kantor kelurahan. Namun kondisi di pengungsian jauh dari ideal.

Menurut laporan di lapangan, banyak warga mulai menderita batuk, flu, demam, infeksi kulit, hingga gangguan pencernaan. Kondisi ini diperparah oleh kurangnya fasilitas MCK (mandi, cuci, kakus) yang layak dan terbatasnya suplai air bersih, yang menyebabkan sanitasi lingkungan sangat buruk.

Anak-anak dan Lansia Paling Rentan

Dalam situasi bencana seperti ini, kelompok rentan menjadi yang paling terdampak. Anak-anak yang berada di lokasi pengungsian tampak tidak hanya kehilangan tempat tinggal, tetapi juga berisiko tinggi mengalami gangguan kesehatan serius karena imunitas tubuh mereka belum optimal.

Lansia dan penderita penyakit kronis juga menghadapi tantangan besar. Ketidaktersediaan obat rutin dan makanan bergizi menjadi ancaman tambahan. Ibu-ibu menyusui dan ibu hamil pun mulai mengeluhkan gangguan kesehatan akibat stres, kelelahan, dan minimnya asupan gizi.

Sejumlah relawan kemanusiaan yang turun ke lokasi menyampaikan bahwa banyak pengungsi tidur berdesakan, dengan ventilasi buruk dan tempat tidur darurat seadanya. Risiko penularan penyakit infeksi, termasuk penyakit saluran pernapasan akut dan diare, menjadi lebih tinggi dalam kondisi seperti ini.

Respons Pemerintah: Puskesmas dan Posko Kesehatan Diaktifkan

Menyikapi situasi ini, pemerintah daerah melalui Dinas Kesehatan Kota Kendari mulai mengaktifkan layanan kesehatan darurat di posko pengungsian. Petugas puskesmas dikerahkan untuk memantau kondisi warga setiap hari.

Beberapa posko kesehatan sementara juga telah didirikan untuk memberikan pengobatan gratis, terutama bagi mereka yang mengalami keluhan ringan hingga sedang. Obat-obatan dan tim medis mulai disalurkan, meski masih terbatas untuk menangani semua pengungsi secara maksimal.

Sementara itu, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Kendari bersama instansi terkait terus melakukan pendataan warga terdampak dan kebutuhan mendesak yang harus segera dipenuhi.

Namun sejumlah warga mengungkapkan bahwa bantuan belum merata. “Kami butuh dokter yang datang langsung ke tenda-tenda, karena banyak yang sudah lemas, demam, dan sakit kulit,” ujar salah satu warga pengungsi yang enggan disebutkan namanya.

Bantuan Terus Mengalir, Tapi Koordinasi Masih Jadi Tantangan

Bantuan dari berbagai lembaga kemanusiaan, relawan, dan masyarakat umum terus mengalir ke lokasi terdampak. Sembako, pakaian layak pakai, perlengkapan bayi, dan air minum dalam kemasan menjadi komoditas utama yang dikirim.

Namun dalam situasi darurat, koordinasi antarinstansi dan antarposko sering kali menjadi kendala utama. Penyaluran bantuan tidak merata dan beberapa pos pengungsian mengaku belum menerima layanan medis secara menyeluruh.

Situasi ini menunjukkan perlunya sistem koordinasi tanggap darurat yang lebih terstruktur, dengan pemetaan kebutuhan secara real-time dan distribusi logistik yang adil serta cepat.

Seruan untuk Tanggap Darurat Kesehatan Lingkungan

Para pemerhati kebencanaan dan kesehatan masyarakat menyerukan agar pemerintah tidak hanya fokus pada penanggulangan banjir secara fisik, tetapi juga memperhatikan aspek kesehatan lingkungan dan pemulihan pascabencana.

Menurut praktisi kesehatan masyarakat, genangan air yang tidak segera surut dapat menjadi sarang penyakit seperti leptospirosis, demam berdarah, hingga infeksi saluran cerna. Penyediaan disinfektan, sabun antiseptik, dan edukasi cuci tangan menjadi langkah sederhana namun krusial untuk mencegah wabah.

Lebih lanjut, edukasi kesehatan kepada pengungsi perlu dilakukan secara masif. Pemerintah disarankan menyebarkan informasi mengenai gejala penyakit yang perlu diwaspadai dan cara penanganan darurat sebelum mendapatkan perawatan medis lebih lanjut.

Kesehatan Tak Bisa Menunggu

Banjir di Kelurahan Lepo Lepo mungkin akan surut dalam beberapa hari ke depan, namun dampaknya terhadap kesehatan warga bisa berlangsung lebih lama jika tidak ditangani dengan cepat dan tepat. Pengalaman dari bencana-bencana sebelumnya menunjukkan bahwa fase pascabencana sering kali lebih berbahaya jika aspek kesehatan diabaikan.

Situasi pengungsian yang padat dan minim fasilitas kesehatan menjadi ladang subur bagi penyebaran penyakit. Karena itu, penanganan kesehatan harus menjadi prioritas, bersamaan dengan upaya evakuasi dan pemulihan infrastruktur.

Kini, harapan warga tertumpu pada kerja cepat pemerintah, respons para tenaga kesehatan, serta solidaritas masyarakat untuk bersama-sama menjaga sesama di tengah situasi darurat ini.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index