ERICK THOHIR

Bertahan di Tengah Badai Digital, Warisan Keluarga Thohir Masih Tegak Berdiri

Bertahan di Tengah Badai Digital, Warisan Keluarga Thohir Masih Tegak Berdiri
Bertahan di Tengah Badai Digital, Warisan Keluarga Thohir Masih Tegak Berdiri

JAKARTA - Ketika banyak perusahaan media cetak rontok diterpa gelombang digitalisasi yang semakin deras, PT Mahaka Media Tbk (ABBA) justru tetap berdiri, mempertahankan eksistensinya sebagai salah satu entitas media nasional yang memiliki akar kuat di industri ini. Perusahaan yang lahir dan besar di era kejayaan media cetak ini tidak hanya menyimpan cerita tentang perubahan lanskap industri, tapi juga tentang jaringan bisnis keluarga berpengaruh di Indonesia.

Mahaka Media dikenal luas sebagai bagian dari grup usaha keluarga Thohir, salah satu dinasti bisnis yang memiliki keterkaitan kuat antara sektor media, energi, hingga pemerintahan. Dengan struktur pemegang saham utama PT Beyond Media yang menguasai 40,5%, perusahaan ini masih berada di bawah kendali keluarga besar Thohir—dengan figur-figur sentral seperti Erick Thohir, Menteri BUMN sekaligus sosok penting di dunia media dan olahraga, serta Boy Thohir, tokoh di sektor tambang yang dikenal sebagai pemilik PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO).

Di balik layar perusahaan media yang terus mencari pijakan di era digital, Mahaka Media menyimpan cerita panjang tentang adaptasi, koneksi kekuasaan, dan ketahanan bisnis.

Sejarah Panjang Mahaka dan Transformasi Industri

Didirikan pada masa ketika surat kabar dan majalah mendominasi ruang informasi publik, Mahaka Media menjadi pemain penting dalam industri pers Indonesia. Portofolionya meliputi sejumlah nama besar media cetak dan elektronik yang pada masanya menjadi rujukan utama masyarakat urban Indonesia, terutama di segmen anak muda dan profesional.

Namun seperti banyak perusahaan media lain, Mahaka menghadapi tantangan serius sejak era internet dan media sosial mengubah cara masyarakat mengonsumsi informasi. Satu demi satu lini bisnis cetak menghadapi penurunan tajam, dan pertanyaannya kemudian adalah: bertahan atau lenyap?

Mahaka memilih untuk bertahan—dan bahkan mencoba bertransformasi.

Di Balik Struktur Saham: Nama-nama Besar di Panggung Nasional

Apa yang membuat Mahaka Media tetap relevan dan hidup hingga hari ini tidak lepas dari siapa yang berada di belakangnya. PT Beyond Media sebagai pengendali utama memegang 40,5% saham, dan entitas ini berada di orbit bisnis keluarga Thohir.

Nama Erick Thohir menjadi tokoh sentral. Selain menjabat sebagai Menteri BUMN, Erick juga dikenal sebagai pengusaha media, olahraga, dan kini politikus papan atas. Ia tercatat sebagai pendiri Mahaka Group, yang membawahi Mahaka Media dan berbagai anak usahanya.

Sementara Boy Thohir, kakak dari Erick, merupakan tokoh bisnis besar yang mengendalikan kerajaan tambang lewat Adaro Energy (ADRO). Keduanya membentuk jaringan kekuatan ekonomi yang terintegrasi, meliputi sektor energi, infrastruktur, olahraga, dan media.

Keterlibatan mereka bukan hanya simbolik. Dalam banyak keputusan strategis perusahaan, pengaruh keluarga Thohir sangat terasa. Ini membuat Mahaka Media tetap menjadi entitas yang tidak bisa diremehkan, meski valuasi dan kapitalisasi pasar perusahaan di bursa tidak sebesar masa jayanya.

Bertahan di Tengah Gempuran Digital

Lanskap media Indonesia mengalami pergeseran besar dalam dua dekade terakhir. Platform digital, media sosial, dan algoritma mesin pencari telah merebut ruang informasi dari media konvensional. Perusahaan media dituntut tidak hanya kreatif, tapi juga cepat, adaptif, dan efisien.

Mahaka mencoba berbagai strategi untuk beradaptasi. Meski belum seagresif media digital murni seperti detikcom, Kumparan, atau Narasi, Mahaka mulai mengembangkan kanal-kanal digital melalui anak usaha dan unit media seperti JakTV dan jaringan radio Gen FM yang menyasar milenial dan Gen Z.

Transformasi ini tidak berjalan tanpa tantangan. Pendapatan iklan yang sempat anjlok, biaya operasional tinggi, hingga kebutuhan investasi teknologi menjadi beban tersendiri. Namun Mahaka terus bergerak, setidaknya untuk mempertahankan ruangnya dalam ekosistem media nasional yang semakin padat.

Relevansi Politik dan Akses Kekuasaan

Keterkaitan antara bisnis dan kekuasaan sering menjadi sorotan dalam konteks Mahaka Media. Dengan Erick Thohir yang kini menjabat sebagai Menteri BUMN, banyak pihak menilai Mahaka memiliki privilege tertentu dalam hal akses ke pemerintah atau proyek-proyek strategis.

Namun, publik juga harus mencermati bahwa Mahaka tidak serta-merta menerima keuntungan instan dari koneksi ini. Dalam banyak laporan keuangan, tantangan finansial masih menghantui perusahaan, terutama dari segi pertumbuhan dan likuiditas.

Namun tidak bisa dimungkiri bahwa koneksi politik tetap menjadi aset tak kasat mata. Dengan jejaring kuat di pemerintahan dan korporasi BUMN, Mahaka memiliki peluang besar untuk membangun kemitraan strategis, terutama dalam sektor konten, digitalisasi layanan publik, hingga proyek edukasi masyarakat.

Masa Depan Mahaka Media: Bertahan atau Berevolusi?

Pertanyaan besar bagi Mahaka Media hari ini adalah: ke mana arah perusahaan ini akan dibawa? Apakah akan terus mempertahankan format media tradisional, atau bertransformasi penuh menjadi perusahaan konten digital dan teknologi media?

Pilihan ini tidak mudah. Mahaka memiliki legacy yang kuat di media cetak, tetapi juga tidak bisa menutup mata terhadap kenyataan bahwa masa depan media adalah digital. Perusahaan seperti KG Media, Emtek Group, hingga MNC Group telah melakukan diversifikasi ke teknologi dan streaming. Mahaka harus segera menentukan arah, jika tak ingin tertinggal lebih jauh.

Beberapa pengamat menilai Mahaka punya peluang berkembang di bidang audio digital, produksi konten pendek, dan kanal-kanal edukatif berbasis digital. Dengan dukungan jaringan bisnis keluarga Thohir, serta potensi kemitraan strategis lintas sektor, Mahaka memiliki peluang untuk merombak ulang wajah bisnisnya.

PT Mahaka Media Tbk (ABBA) mungkin bukan lagi raksasa media seperti pada awal 2000-an. Namun, keberadaannya hari ini tetap relevan—bukan hanya karena sejarah panjangnya di industri pers, tapi juga karena koneksi kuat yang dimiliki para tokoh di balik perusahaan ini.

Sebagai bagian dari jaringan bisnis keluarga Thohir, Mahaka berada dalam posisi unik: punya modal sosial dan akses kekuasaan, tapi juga dituntut untuk membuktikan daya tahan bisnisnya di era disrupsi digital.

Apakah Mahaka akan bertahan sebagai penjaga tradisi media cetak, atau menjelma menjadi pemain utama di era konten digital? Waktu yang akan menjawab. Namun yang pasti, Mahaka telah dan masih menjadi bagian dari narasi besar tentang pergeseran industri media dan dinamika kekuasaan ekonomi-politik di Indonesia.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index