Industri

Tantangan Netral Karbon Industri Peternakan Australia

Tantangan Netral Karbon Industri Peternakan Australia
Tantangan Netral Karbon Industri Peternakan Australia

JAKARTA - Industri peternakan Australia, yang selama ini menjadi sorotan global sebagai salah satu penghasil emisi metana terbesar, baru-baru ini mengambil langkah mundur dari ambisi mencapai netral karbon pada tahun 2030. Meat & Livestock Australia (MLA), badan yang mewakili pelaku industri ini, mengumumkan bahwa target penurunan emisi untuk mencapai netral karbon pada 2030 tidak lagi tercantum dalam strategi jangka panjang mereka. Keputusan ini menandai perubahan besar dalam arah komitmen lingkungan di sektor yang selama ini berupaya menerapkan inovasi demi mengurangi jejak karbonnya.

Komitmen untuk mencapai netral karbon pertama kali diperkenalkan oleh MLA pada 2017 dengan tujuan ambisius mengurangi emisi metana dan mengimbangi emisi tersisa lewat penyerapan karbon dari tanah atau tanaman. Namun kini, Managing Director MLA, Michael Crowley, secara terbuka menyatakan bahwa target tersebut sulit untuk direalisasikan dalam jangka waktu yang telah ditetapkan. “Kami memerlukan waktu yang lebih banyak, dukungan yang lebih besar, dan investasi lebih tinggi untuk mencapai target tersebut,” ujarnya.

Langkah mundur MLA ini juga diikuti oleh Australia's Red Meat Advisory Council, dewan penasihat sektor daging merah, yang pekan lalu memutuskan meninggalkan target netral karbon pada 2030. Keputusan ini mencerminkan kecenderungan mundurnya komitmen iklim dari berbagai pihak di Australia, baik pemerintah maupun korporasi, dalam beberapa tahun terakhir.

Sektor peternakan memang dikenal sebagai kontributor utama emisi metana, gas rumah kaca yang kekuatannya dalam menjebak panas mencapai 80 kali lipat dibandingkan karbon dioksida dalam jangka waktu 20 tahun. Emisi ini dihasilkan dari proses pencernaan ternak, khususnya sapi dan domba, yang jumlahnya mencapai puluhan juta di Australia. Meski demikian, berbagai inovasi sudah ditempuh oleh industri untuk menurunkan jejak karbonnya, mulai dari pengembangan ternak dengan emisi metana lebih rendah, pemanfaatan suplemen pakan seperti rumput laut yang dapat menghambat produksi metana dalam usus, hingga peningkatan teknik penangkapan karbon di tanah.

Namun, menurut data badan riset ilmiah Australia, CSIRO, penurunan emisi yang dicatat pada tahun 2021 mencapai 78% dibandingkan proyeksi 2025 lebih banyak disebabkan oleh berkurangnya pembukaan lahan dan pengurangan populasi ternak, bukan penurunan emisi metana secara langsung. Hal ini menandakan bahwa meskipun ada kemajuan dalam pengelolaan peternakan, tantangan untuk memangkas emisi metana tetap besar.

Crowley menegaskan bahwa sejumlah hasil riset yang dikembangkan selama beberapa tahun terakhir kini mulai memasuki tahap implementasi. Ia percaya bahwa industri masih dapat mencapai 80 hingga 90 persen dari target netral karbon 2030 jika adopsi teknologi dan praktik berkelanjutan dapat diperluas secara signifikan. “Yang kami perlukan saat ini adalah mendorong adopsi secara luas,” katanya.

MLA telah mendorong investasi lebih dari A$100 juta (sekitar US$66 juta) dalam bidang keberlanjutan sejak target 2030 pertama kali diumumkan. Sebagai lembaga riset dan pemasaran di sektor peternakan, MLA berkomitmen terus meningkatkan efisiensi produksi sekaligus menurunkan emisi bersih per kilogram daging yang dihasilkan.

Australia sendiri merupakan salah satu eksportir daging merah terbesar di dunia, dengan populasi ternak sekitar 30 juta sapi dan lebih dari 70 juta domba. Kondisi ini menempatkan sektor peternakan sebagai komponen penting dalam ekonomi, sekaligus sebagai tantangan utama dalam upaya mitigasi perubahan iklim.

Dalam konteks global, keputusan Australia ini menunjukkan dilema yang dihadapi negara-negara produsen komoditas besar, antara menjaga keberlanjutan ekonomi sekaligus memenuhi target lingkungan yang ketat. Industri peternakan yang padat modal dan sangat bergantung pada sumber daya alam menghadapi kendala teknis dan finansial untuk mempercepat transisi menuju praktik rendah karbon.

Meski demikian, Michael Crowley menekankan bahwa meskipun target netral karbon 2030 tidak lagi menjadi fokus utama, MLA dan industri tetap berkomitmen untuk menurunkan emisi dan meningkatkan keberlanjutan. Hal ini menjadi bukti bahwa meskipun target waktu mundur, usaha menuju praktik yang lebih ramah lingkungan tidak berhenti.

Keputusan ini juga menggarisbawahi perlunya dukungan dan investasi lebih besar dari pemerintah dan sektor swasta agar inovasi teknologi dapat lebih cepat diadopsi. Tanpa itu, ambisi penurunan emisi yang drastis akan sulit terwujud dalam waktu singkat.

Dengan posisi Australia sebagai pemain kunci di pasar daging global, langkah yang diambil oleh MLA ini dapat mempengaruhi dinamika industri peternakan dunia dan upaya global dalam mengurangi emisi gas rumah kaca, terutama dari sektor agrikultur. Di sisi lain, hal ini juga menimbulkan pertanyaan tentang bagaimana negara dan industri lain akan menanggapi tantangan serupa dalam mencapai target iklim yang telah disepakati.

Dalam perjalanan menuju masa depan yang lebih hijau, langkah realistis dan terukur seperti yang diambil MLA bisa menjadi contoh bagaimana strategi keberlanjutan perlu terus disesuaikan dengan kondisi lapangan, teknologi yang tersedia, dan dukungan yang memadai.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index