JAKARTA - Seleksi kru kapal penyeberangan di lingkungan PD Pelayaran Sitaro telah memasuki tahap akhir dengan hasil yang menggembirakan. Sebanyak 38 peserta dinyatakan lolos dan siap bergabung menjadi bagian penting dari sistem transportasi laut di wilayah tersebut. Proses ini bukan sekadar rekrutmen biasa, melainkan rangkaian tahapan berstandar tinggi yang mengutamakan profesionalisme, keselamatan, serta integritas kru yang akan bertugas.
Dalam beberapa waktu terakhir, PD Pelayaran Sitaro melakukan rekrutmen kru kapal penyeberangan dengan mengacu pada ketentuan regulasi nasional. Proses ini berjalan ketat dan transparan, melibatkan lembaga teknis dari Kementerian Perhubungan, baik Direktorat Jenderal Perhubungan Laut maupun Darat. Tujuannya tidak lain adalah memastikan bahwa setiap calon kru benar-benar memenuhi standar nasional maupun internasional dalam dunia pelayaran.
Rekrutmen ini juga menjadi implementasi nyata dari ketentuan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 26 Tahun 2022 tentang Standar Pengawakan Minimum Kapal Niaga dan Penumpang. Selain itu, proses ini mengacu pula pada Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, yang menekankan pentingnya keselamatan dan keamanan dalam operasional transportasi laut.
Seluruh rangkaian seleksi dilaksanakan secara sistematis, dimulai dari tahapan administrasi yang mencermati kelengkapan dokumen dan sertifikasi. Setelah melewati tahap ini, para peserta dihadapkan pada tahapan assessment terbuka. Penilaian ini dilakukan secara langsung dan menyeluruh terhadap kompetensi teknis dan non-teknis para calon kru.
Yang menarik, proses seleksi tidak hanya menekankan pada aspek kemampuan teknis semata. Kriteria penilaian mencakup beberapa elemen penting, seperti kepemimpinan, penguasaan sistem manajemen kapal, pemahaman terhadap protokol keselamatan seperti SOLAS (Safety of Life at Sea) dan STCW (Standards of Training, Certification, and Watchkeeping), serta kesiapan menghadapi kondisi darurat. Bahkan aspek kedisiplinan, loyalitas, etika kerja, dan kemampuan komunikasi menjadi bagian penting dalam menentukan kelulusan.
“Proses ini kami rancang agar bisa menghadirkan kru kapal yang tidak hanya cakap secara teknis, tapi juga punya integritas dan tanggung jawab moral,” demikian penjelasan salah satu perwakilan dari tim teknis yang terlibat dalam penilaian. Ia menambahkan bahwa evaluasi dilakukan secara objektif untuk memastikan hasil akhir yang berkualitas.
Salah satu ketentuan penting yang ditekankan kepada peserta yang lolos adalah kemampuan dalam mengimplementasikan International Safety Management (ISM) Code. Para kru diwajibkan tidak hanya memahami teori dan protokol ISM, namun juga menerapkannya secara aktif dan terdokumentasi selama bertugas di atas kapal.
Penerapan ISM Code menjadi sangat penting, mengingat ini merupakan bagian dari sistem manajemen keselamatan kapal yang diakui secara internasional. Dengan kata lain, kru yang terpilih dituntut untuk bisa menjalankan tanggung jawab sesuai standar internasional yang menjamin keamanan pelayaran dan perlindungan terhadap lingkungan laut.
Komitmen ini diperkuat oleh harapan dari manajemen PD Pelayaran Sitaro yang menekankan pentingnya peran kru kapal dalam menjaga kualitas pelayanan publik. Mereka bukan hanya operator teknis, tetapi juga representasi profesionalisme dan etika kerja dari perusahaan di mata masyarakat.
“Kami berharap para kru ini nantinya bisa menjadi ujung tombak pelayanan transportasi laut yang andal, aman, dan manusiawi. Kapal penyeberangan adalah jembatan penghubung masyarakat antarwilayah, dan di sinilah para kru akan memainkan peran vital,” ujar salah satu pejabat PD Pelayaran Sitaro.
Seleksi yang berhasil menjaring 38 peserta ini diyakini akan membawa angin segar bagi upaya modernisasi dan peningkatan layanan transportasi laut di daerah. Apalagi, kebutuhan akan kru profesional sangat tinggi mengingat tantangan pelayaran di Indonesia, yang merupakan negara kepulauan dengan lintasan laut yang luas dan beragam kondisi alam.
Dalam pelaksanaan tugas nantinya, para kru akan ditempatkan di berbagai armada kapal penyeberangan milik PD Pelayaran Sitaro yang melayani rute-rute penting di kawasan tersebut. Mereka akan bertanggung jawab terhadap kelancaran operasi kapal, keamanan penumpang dan barang, serta menjadi garda terdepan dalam menghadapi situasi darurat yang mungkin terjadi selama pelayaran.
Dengan hasil seleksi ini, PD Pelayaran Sitaro tidak hanya merekrut pekerja, tetapi juga berinvestasi dalam membangun fondasi sumber daya manusia maritim yang berkualitas. Inilah upaya kolektif untuk mewujudkan transportasi laut yang tidak hanya aman dan efisien, tetapi juga berorientasi pada pelayanan publik yang unggul.
Langkah ini sejalan pula dengan visi nasional dalam membangun sektor maritim yang berdaya saing tinggi. Rekrutmen semacam ini memperlihatkan bahwa pembinaan SDM pelayaran bukan hanya soal memenuhi kuota atau angka, tetapi lebih kepada menyiapkan insan pelayaran yang tangguh secara karakter dan kompeten dalam pelaksanaan tugasnya.
Dengan telah diumumkannya 38 nama peserta yang lolos, proses berikutnya akan difokuskan pada pemantapan kompetensi melalui pelatihan lanjutan dan penempatan di armada yang sesuai dengan kualifikasi masing-masing kru. Langkah ini menjadi penentu akhir dari kesiapan mereka untuk menghadapi dunia kerja yang penuh tantangan, namun juga menjanjikan kontribusi besar bagi keselamatan dan konektivitas antarpulau di tanah air.
Sebagai penutup, seleksi kru kapal penyeberangan yang telah diselenggarakan ini menjadi contoh bagaimana proses rekrutmen bisa menjadi sarana pembentukan karakter sekaligus peningkatan kualitas pelayanan publik. PD Pelayaran Sitaro telah membuktikan bahwa dengan seleksi yang transparan, objektif, dan berbasis regulasi, transportasi laut Indonesia bisa memiliki masa depan yang lebih cerah dan berkelas dunia.