BYD

Pasar Lesu, BYD Melesat di Tengah Gempuran Mobil China

Pasar Lesu, BYD Melesat di Tengah Gempuran Mobil China
Pasar Lesu, BYD Melesat di Tengah Gempuran Mobil China

JAKARTA - Meskipun pasar otomotif nasional masih dibayangi perlambatan pada semester pertama 2025, kehadiran dua merek mobil asal China—BYD dan Chery—menunjukkan gebrakan baru yang patut dicermati. Dalam kondisi pasar yang lesu, keduanya berhasil masuk ke dalam daftar 10 besar merek mobil terlaris di Indonesia, menggusur posisi merek lain yang sebelumnya langganan di papan atas.

Secara keseluruhan, industri kendaraan roda empat atau lebih di Indonesia menunjukkan angka distribusi mobil baru dari pabrik ke dealer (wholesales) sebanyak 374.740 unit sepanjang Januari. Angka ini mengalami penurunan 8,6 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, di mana jumlah distribusi mencapai 410.020 unit.

Tak hanya pada sisi distribusi, penjualan ritel yang mencerminkan pembelian mobil secara langsung oleh konsumen juga mengalami penurunan. Selama semester I tahun ini, penjualan ritel tercatat sebanyak 390.467 unit, atau turun 9,7 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Tren penurunan ini bukan hal baru, sebab pada paruh pertama 2024, wholesales juga sempat merosot hampir 20 persen dibandingkan 2023, dengan penurunan penjualan ritel lebih dari 14 persen.

Di tengah tekanan tersebut, dominasi Toyota tetap tak tergoyahkan. Merek asal Jepang ini masih memimpin pasar dengan distribusi wholesales mencapai 123.846 unit, meskipun jumlah ini juga turun 4,6 persen dari periode yang sama tahun lalu. Toyota masih memegang pangsa pasar sekitar sepertiga dari total pasar mobil nasional.

Sementara itu, Daihatsu menyusul di posisi kedua dengan jumlah wholesales sebanyak 64.405 unit. Namun, angka tersebut menunjukkan penurunan yang signifikan, yaitu 24,6 persen dari pencapaian tahun sebelumnya yang mencapai 85.434 unit. Honda, yang berada di posisi ketiga, mencatat penurunan lebih dalam. Dari semula 47.589 unit, angka distribusi Honda kini hanya menyentuh 32.681 unit, melemah sebesar 31,3 persen.

Beberapa merek lain seperti Mitsubishi Motors dan Suzuki juga tidak luput dari tren penurunan ini. Masing-masing mencatat koreksi penjualan sekitar 15 persen dan 18 persen. Hyundai masih mampu bertahan dalam jajaran 10 besar, meskipun harus menerima kenyataan penurunan penjualan sebesar 7,1 persen.

Namun sorotan utama datang dari dua pemain baru asal Tiongkok, yaitu BYD dan Chery. Keduanya mencatat capaian yang cukup impresif di tengah kondisi pasar yang lesu. BYD berhasil mencatat distribusi sebanyak 14.092 unit dan langsung menempati posisi keenam dalam daftar wholesales nasional. Sedangkan Chery menyusul di posisi ke-10 dengan 10.283 unit.

Kehadiran dua merek China ini sekaligus mendepak Wuling dari posisi papan atas. Padahal, pada semester I tahun lalu, Wuling masih secara konsisten berada di antara merek-merek terlaris di Indonesia. Fenomena ini memperkuat sinyal bahwa produsen asal China mulai mendapatkan tempat di hati konsumen Tanah Air, terutama dengan penawaran teknologi dan harga yang kompetitif.

Jika melihat dari sisi penjualan ritel, komposisinya relatif tidak jauh berbeda. Toyota tetap memimpin dengan 126.893 unit, diikuti oleh Daihatsu (66.716 unit) dan Honda (39.193 unit). Mitsubishi Motors membuntuti dengan 32.445 unit, disusul Suzuki (27.769 unit) dan BYD (13.705 unit) yang juga berhasil masuk 10 besar untuk penjualan ritel. Namun, Chery dengan penjualan 9.812 unit belum cukup untuk menembus daftar ritel terlaris.

Berikut adalah rincian lengkap distribusi dan penjualan mobil di semester I/2025:

Wholesales (Distribusi Pabrik ke Dealer):

Toyota: 123.846 unit

Daihatsu: 64.405 unit

Honda: 32.681 unit

Mitsubishi Motors: 31.081 unit

Suzuki: 27.180 unit

BYD: 14.092 unit

Mitsubishi Fuso: 11.442 unit

Isuzu: 11.275 unit

Hyundai: 11.188 unit

Chery: 10.283 unit

Retail Sales (Pembelian Konsumen):

Toyota: 126.893 unit

Daihatsu: 66.716 unit

Honda: 39.193 unit

Mitsubishi Motors: 32.445 unit

Suzuki: 27.769 unit

BYD: 13.705 unit

Mitsubishi Fuso: 11.640 unit

Hyundai: 11.583 unit

Isuzu: 11.294 unit

Hino: 10.301 unit

Melihat dinamika ini, pasar otomotif nasional jelas masih mengalami tekanan yang cukup kuat, namun tetap menarik karena adanya pergeseran kekuatan antar merek. Penetrasi produsen China menjadi sinyal bagi para pemain lama untuk semakin berinovasi dan menjaga kualitas pelayanan mereka.

Di sisi lain, tantangan ekonomi makro seperti suku bunga tinggi, inflasi, serta tekanan terhadap nilai tukar rupiah juga turut mempengaruhi daya beli masyarakat terhadap kendaraan baru. Para pelaku industri pun diharapkan mampu membaca arah perubahan pasar dan adaptif terhadap preferensi konsumen yang makin dinamis.

Menariknya, jika tren pertumbuhan merek-merek seperti BYD dan Chery terus berlanjut, bukan tidak mungkin peta kekuatan pasar otomotif nasional akan mengalami pergeseran lebih besar dalam beberapa tahun ke depan. Keduanya kini tengah menguji loyalitas konsumen Indonesia dengan strategi harga bersaing dan inovasi teknologi, termasuk elektrifikasi kendaraan yang menjadi sorotan global.

Dengan semester kedua yang masih menyisakan waktu dan potensi program insentif, pelaku industri berharap ada kebangkitan pasar dalam waktu dekat. Namun untuk sementara, semester I/2025 menunjukkan bahwa pertarungan belum selesai—dan panggung otomotif Indonesia sedang berubah wajahnya.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index