UFC

Ada Duel UFC yang Dinilainya Selevel McGregor vs Khabib

Ada Duel UFC yang Dinilainya Selevel McGregor vs Khabib
Ada Duel UFC yang Dinilainya Selevel McGregor vs Khabib

JAKARTA - Dalam jagat Ultimate Fighting Championship (UFC), pertarungan antara Conor McGregor dan Khabib Nurmagomedov pada tahun 2018 tak pernah kehilangan gaungnya. Duel tersebut bukan hanya dianggap sebagai pertarungan paling ikonik, tetapi juga sebagai simbol dari intensitas, rivalitas, serta drama di dalam dan luar oktagon. Namun kini, Presiden UFC, Dana White, mengungkap bahwa ada satu pertarungan lain yang ia nilai setara bahkan mampu menyaingi daya tarik McGregor vs Khabib.

Pernyataan Dana White ini sontak memantik spekulasi dan rasa penasaran para penggemar MMA di seluruh dunia. Bukan hanya soal nama besar, tapi juga tentang bagaimana sebuah pertarungan bisa menjadi peristiwa monumental — tidak semata-mata karena teknis bertarung, tetapi karena latar belakang emosional dan personal yang menyertainya.

“Sejujurnya, saya melihat ada satu duel yang punya tensi dan daya tarik sekelas McGregor melawan Khabib,” ujar Dana White, dalam sebuah wawancara baru-baru ini.

Pernyataan ini menjadi titik masuk penting untuk memahami bagaimana UFC, sebagai organisasi olahraga tarung terbesar di dunia, membentuk narasi pertarungan menjadi tontonan epik yang berdampak luas — bukan hanya pada bisnis, tetapi juga terhadap kultur pop modern.

Kilasan Rivalitas McGregor vs Khabib: Lebih dari Sekadar Duel

Sebelum menelisik pertarungan yang dimaksud Dana White, tak ada salahnya mengingat kembali duel Conor McGregor vs Khabib Nurmagomedov di UFC 229 yang digelar pada Oktober 2018. Laga ini menjadi salah satu yang paling laris ditonton dalam sejarah UFC, dengan lebih dari 2,4 juta pembelian pay-per-view (PPV).

Namun, alasan utama duel ini begitu dikenang tak lepas dari rivalitas yang sangat personal. McGregor, dengan gaya bicaranya yang provokatif, memanaskan suasana lewat ejekan terhadap keluarga, agama, dan bangsa Khabib. Sementara Khabib, yang selama ini dikenal tenang, akhirnya membalas di oktagon — bahkan sampai melompati pagar oktagon usai menang, untuk menyerang tim McGregor di luar arena.

Ketegangan itu membuat duel ini seperti lebih dari pertarungan biasa. Ada semacam dimensi ideologis yang membuat publik menyaksikannya tidak hanya sebagai tontonan, tetapi juga sebagai konflik besar antarpribadi dan budaya.

Duel Setara: Teka-Teki yang Mulai Terkuak

Lantas, pertarungan manakah yang dimaksud Dana White sebagai duel yang selevel? Meski tidak menyebut secara eksplisit dalam wawancara tersebut, sejumlah pengamat menyebut bahwa kemungkinan besar yang dimaksud adalah pertarungan Islam Makhachev vs Charles Oliveira, atau Sean O’Malley vs Ilia Topuria, dua calon megafight yang saat ini tengah ramai diperbincangkan di kalangan penggemar MMA.

Keduanya punya elemen menarik: Islam adalah pewaris spiritual Khabib, dengan rekor luar biasa dan teknik grappling elite, sementara Oliveira punya kisah comeback yang dramatis dan gaya bertarung agresif. Di sisi lain, O’Malley dan Topuria dikenal sebagai petarung flamboyan dengan daya tarik media sosial dan karakter yang kuat.

Namun yang pasti, menurut Dana White, faktor penting yang membuat sebuah pertarungan layak disejajarkan dengan McGregor vs Khabib adalah kombinasi antara kualitas atletik, ketegangan pribadi, dan antisipasi publik.

“Yang membuat laga besar bukan hanya nama besar, tapi juga konflik dan cerita di baliknya. Itu yang membedakan pertarungan biasa dengan pertarungan legendaris,” tutur White.

Strategi UFC: Membuat Drama Jadi Nilai Tambah

Sebagai promotor, Dana White memang dikenal lihai membaca pasar. Ia paham betul bahwa selain kemampuan teknis para petarung, penonton juga mencari cerita, tensi, dan dramatisasi. Duel McGregor-Khabib menjadi template kesuksesan — dan sejak saat itu, UFC tak henti membangun narasi personal antar petarung.

Kini, dengan banyaknya bintang baru di UFC, Dana berupaya membangun kembali sebuah pertarungan yang bisa “meledak” secara komersial dan emosional, sebagaimana halnya pertarungan 2018 itu. Ini menjadi langkah penting, terutama dalam upaya UFC untuk mempertahankan daya tarik mereka di tengah munculnya berbagai kompetisi baru seperti PFL dan ONE Championship.

Fan Base dan Warisan Emosional

Faktor fan base juga berperan besar. McGregor membawa fanatik dari Irlandia dan pengikut globalnya, sementara Khabib didukung kuat oleh komunitas Dagestan dan umat muslim dunia. Kombinasi ini menjadikan UFC 229 sebagai pertemuan dua dunia yang sangat kontras, namun penuh gairah.

Kini, UFC berusaha menghidupkan kembali atmosfer seperti itu. Dalam lanskap MMA modern, nama-nama seperti Paddy Pimblett, Khamzat Chimaev, Alex Pereira, atau bahkan Tom Aspinall digadang-gadang bisa membawa dinamika serupa. Namun, Dana White tampaknya sangat selektif dalam memilih pertarungan yang benar-benar “sekelas” McGregor vs Khabib.

“Saya tidak gampang menyebut sebuah duel sebagai yang terbaik, tapi yang satu ini punya potensi luar biasa,” ujar White penuh keyakinan.

 UFC Mencari Momen Ikonik Berikutnya

Pernyataan Dana White bukan hanya nostalgia, tapi juga strategi. UFC kini berada pada fase transisi generasi petarung. Setelah era McGregor, Khabib, dan Jon Jones, promotor butuh sosok dan pertarungan baru yang mampu menghidupkan kembali semangat dan antusiasme global terhadap olahraga ini.

Meskipun belum diumumkan secara pasti siapa yang dimaksud dalam pernyataannya, satu hal jelas: UFC sedang menyiapkan duel monumental berikutnya — dan ketika Dana White menyamakan sebuah pertarungan dengan McGregor vs Khabib, itu artinya ekspektasi publik akan sangat tinggi.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index