Panas Bumi

Panas Bumi Dongkrak Ekonomi Lokal Masyarakat

Panas Bumi Dongkrak Ekonomi Lokal Masyarakat
Panas Bumi Dongkrak Ekonomi Lokal Masyarakat

JAKARTA - Transformasi energi tak lagi sebatas soal pembangkitan listrik. Di balik kepulan uap dari Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP), tersimpan peluang besar untuk membangun ekonomi lokal. Inilah semangat baru yang digaungkan oleh Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) saat menyoroti pemanfaatan langsung energi panas bumi.

Bukan sekadar sumber daya untuk menghasilkan listrik, panas bumi kini mulai dimanfaatkan secara kreatif dan produktif. Salah satu contohnya adalah inovasi dari PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) Tbk Area Kamojang yang sukses mengubah fluida sisa panas bumi menjadi sumber energi pengeringan kopi. Upaya ini tidak hanya menghasilkan produk bernilai ekspor, tapi juga memperkuat posisi energi bersih sebagai penggerak ekonomi masyarakat sekitar.

Direktur Jenderal EBTKE, Prof. Eniya Listiani Dewi, menyampaikan dukungannya terhadap praktik pemanfaatan langsung panas bumi. Menurutnya, pemanfaatan seperti ini menjadi contoh konkret bagaimana energi terbarukan bisa berdampak langsung dan luas bagi masyarakat.

“Saya sangat mendukung pemanfaatan langsung panas bumi. Ini adalah bentuk nyata energi terbarukan yang memberikan nilai tambah bagi komoditas lokal dan membuka peluang bagi industri berbasis masyarakat,” ujar Eniya dalam acara Panen Bersama dan Launching Ekspor Perdana Geothermal Coffee Process di Kamojang.

Eniya menilai, pendekatan inovatif yang dilakukan oleh PGE Kamojang patut diapresiasi karena mampu mengintegrasikan aspek energi bersih, efisiensi teknologi, dan dampak ekonomi lokal. Dengan memanfaatkan panas sisa dari PLTP, PGE menciptakan sistem pengeringan kopi berbasis greenhouse dengan teknologi pengatur suhu otomatis. Teknologi ini memungkinkan biji kopi dikeringkan secara optimal, menjaga kualitas, mempercepat proses, sekaligus menekan biaya produksi.

Hasilnya adalah produk kopi berkualitas tinggi bernama "CANAYA", yang kini telah menembus pasar ekspor. Kopi ini tidak hanya mengusung nilai rasa dan aroma, tapi juga narasi keberlanjutan dan pemberdayaan masyarakat. Inovasi ini sekaligus menjadi bukti bahwa energi terbarukan mampu menggerakkan sektor pertanian dan UMKM secara bersamaan.

“Kami terus mendorong agar perusahaan tidak hanya berhenti pada operasional biasa, tapi juga terus berinovasi dan menciptakan dampak nyata, khususnya bagi ekonomi lokal,” tambah Eniya.

Tidak hanya dari pemerintah pusat, dukungan juga datang dari pemerintah daerah. Gubernur Sumatera Barat, Mahyeldi Ansharullah, yang turut hadir dalam acara tersebut, menyampaikan kekagumannya terhadap langkah PGE. Ia menganggap terobosan ini mampu memberi semangat baru bagi masyarakat, khususnya di daerahnya yang juga memiliki potensi panas bumi.

“Ini adalah terobosan luar biasa. Menggabungkan kekayaan alam seperti kopi dan panas bumi menjadi produk unggulan ekspor. Manfaatnya terasa bukan hanya untuk masyarakat sekitar, tapi juga mendorong kemajuan sektor panas bumi nasional,” kata Mahyeldi.

Bagi PT Pertamina Geothermal Energy, pendekatan ini bukan sekadar aktivitas CSR atau inovasi sesaat. Direktur Utama PGE, Julfi Hadi, menjelaskan bahwa masyarakat sekitar merupakan bagian penting dari rantai nilai bisnis mereka. PGE tidak hanya menyediakan energi bersih untuk sistem kelistrikan nasional, tetapi juga menciptakan pusat-pusat ekonomi baru melalui pemanfaatan energi secara langsung.

“Panas bumi memang digunakan untuk listrik, tapi ada pemangku kepentingan yang lebih dekat: masyarakat sekitar. Ini adalah tonggak penting bagi PGE dan Kamojang memulai ekspor sekaligus membangkitkan industri lokal,” jelas Julfi.

Langkah PGE sejalan dengan upaya pemerintah yang kini tengah menyiapkan regulasi khusus. Direktorat Jenderal EBTKE sedang merancang Rancangan Peraturan Menteri (Permen) ESDM tentang Pemanfaatan Langsung Panas Bumi. Regulasi ini bertujuan memberikan kepastian hukum bagi pelaku usaha dan memastikan bahwa pemanfaatan dilakukan secara aman, berkelanjutan, serta tetap memperhatikan kelestarian lingkungan.

Eniya menekankan bahwa seluruh inisiatif pengembangan panas bumi harus mengutamakan prinsip manfaat sebesar-besarnya untuk masyarakat. Untuk itu, sinergi antara pemerintah, pelaku industri, dan lembaga riset menjadi sangat penting dalam menciptakan ekosistem pengembangan panas bumi yang inklusif dan berorientasi jangka panjang.

“Untuk mempercepat pengembangan panas bumi di Indonesia, dibutuhkan sinergi antara pemerintah, pelaku bisnis, dan dunia riset. Dengan dukungan kebijakan yang tepat, panas bumi bisa menjadi pilar penting dalam transisi energi bersih dan memberi manfaat nyata bagi masyarakat luas,” pungkas Eniya.

Ekspor perdana kopi geothermal seperti yang dilakukan oleh PGE Kamojang menjadi lebih dari sekadar pencapaian bisnis. Ini merupakan simbol integrasi antara energi ramah lingkungan, teknologi inovatif, dan semangat pemberdayaan masyarakat. Model seperti inilah yang diharapkan dapat direplikasi di berbagai wilayah Indonesia yang kaya potensi panas bumi, sehingga energi tidak hanya menyala di kabel-kabel, tetapi juga menyalakan harapan dan kesejahteraan di desa-desa terpencil.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index