Transportasi

Transformasi Transportasi Lewat AI Transjakarta

Transformasi Transportasi Lewat AI Transjakarta
Transformasi Transportasi Lewat AI Transjakarta

JAKARTA - Inovasi berbasis kecerdasan buatan kini menjadi tulang punggung modernisasi transportasi publik di Jakarta. PT Transportasi Jakarta (Transjakarta) mengambil langkah strategis dengan mengembangkan tiga teknologi berbasis artificial intelligence (AI) demi menciptakan sistem layanan yang semakin responsif dan terintegrasi. Langkah ini sekaligus menunjukkan keseriusan Transjakarta dalam mewujudkan layanan transportasi publik masa depan yang cerdas, efisien, dan adaptif terhadap kebutuhan pelanggan.

Raditya Maulana Rusdi, Direktur Sistem Teknologi Informasi dan Pelayanan Transjakarta, mengungkapkan bahwa teknologi AI tidak hanya diadopsi untuk mengikuti tren global, tetapi juga sebagai upaya menciptakan layanan yang lebih personal dan aman. Hal itu disampaikannya saat menjadi pembicara dalam ajang Digital CIO Indonesia 2025 yang berlangsung di JW Marriott Hotel, Jakarta.

“Kami sedang mengembangkan sistem layanan berbasis AI untuk memastikan setiap pelanggan mendapatkan pengalaman yang lebih cepat, personal, dan aman. Teknologi ini akan menjadi fondasi penting menuju transportasi publik masa depan yang terintegrasi dan berkelanjutan,” ujar Raditya.

Transformasi digital yang dilakukan Transjakarta saat ini berfokus pada tiga pilar teknologi AI utama. Ketiganya dirancang untuk mendukung kinerja operasional, mempermudah interaksi dengan pelanggan, serta mendukung pengambilan keputusan berbasis data secara presisi. Ketiga teknologi itu antara lain:

1. AI Text: Layanan Interaktif Melalui AI Agent

Melalui teknologi generative AI, Transjakarta mengembangkan sistem AI Agent yang memungkinkan interaksi langsung dengan pelanggan secara alami. Teknologi ini tidak hanya sekadar chatbot yang menjawab pertanyaan standar, namun didesain sebagai agentic AI—yakni sistem yang mampu memahami konteks pembicaraan, membuat keputusan secara mandiri, dan memberikan informasi secara proaktif.

Dengan kemampuan text-to-speech dan pemrosesan bahasa alami, pelanggan akan dapat memperoleh informasi seperti jadwal kedatangan bus, rute tercepat, hingga bantuan terkait barang hilang hanya melalui obrolan digital. Teknologi ini diharapkan dapat memangkas waktu tunggu informasi sekaligus menciptakan pengalaman pelanggan yang lebih intuitif.

2. AI Vision: Optimalkan Pemantauan Lewat Data Visual

Langkah digitalisasi operasional diwujudkan melalui teknologi AI Vision, yang memanfaatkan jaringan CCTV untuk analisis visual secara real-time. Sistem ini mampu menghitung jumlah pelanggan di halte, mengamati pola kepadatan, hingga mengawasi performa armada di lapangan.

Salah satu aplikasi penting dari teknologi ini adalah sistem Driver Monitoring System (DMS). Teknologi ini memungkinkan pemantauan perilaku pengemudi secara langsung, mulai dari deteksi kelelahan, penggunaan ponsel saat mengemudi, hingga kepatuhan terhadap rambu. Tujuannya jelas—menjaga keselamatan penumpang sekaligus memastikan kualitas layanan tetap prima sepanjang waktu.

3. Recommendation Engine: Analitik Data untuk Pengambilan Keputusan

Pengembangan sistem rekomendasi cerdas menjadi langkah berikutnya yang tak kalah penting. Teknologi ini menganalisis big data dari berbagai aspek layanan, seperti pola perjalanan pelanggan, waktu sibuk, dan tingkat kepadatan rute. Hasil analisis kemudian digunakan untuk memberikan rekomendasi strategis yang bermanfaat bagi pengelolaan layanan.

Rekomendasi tersebut dapat mencakup penyesuaian frekuensi armada pada jam-jam tertentu, pembukaan rute baru berdasarkan kebutuhan pengguna, hingga pemetaan peluang kolaborasi bisnis. Dengan sistem ini, pengambilan keputusan tidak lagi berdasarkan asumsi, melainkan berbasis data aktual yang akurat.

Raditya menegaskan bahwa inovasi ini tidak hanya soal menghadirkan sistem canggih, tetapi juga tentang kesiapan internal, terutama dalam hal sumber daya manusia. Menurutnya, pengembangan teknologi harus berjalan seiring dengan transformasi budaya organisasi.

“Kami percaya adopsi AI bukan sekadar implementasi sistem, tetapi juga transformasi budaya kerja. Kami membangun ekosistem internal yang memahami dan mampu memanfaatkan peran data serta AI untuk menciptakan layanan publik yang unggul dan adaptif,” ucapnya.

Langkah ini menunjukkan bahwa digitalisasi di tubuh Transjakarta bukan hanya wacana, melainkan strategi konkret yang menyasar berbagai aspek—dari interaksi pelanggan, monitoring armada, hingga pengambilan keputusan manajerial.

Seiring meningkatnya ekspektasi masyarakat terhadap layanan transportasi publik, kehadiran teknologi AI menjadi faktor penting dalam meningkatkan kepuasan pelanggan. Transjakarta sebagai operator transportasi terbesar di ibu kota, dituntut untuk tidak hanya mengangkut penumpang, tetapi juga menciptakan pengalaman yang aman, nyaman, dan efisien.

Ketiga teknologi AI yang sedang dikembangkan ini menjadi fondasi penting dalam mewujudkan sistem transportasi yang mampu menjawab tantangan perkotaan masa depan seperti kemacetan, keterbatasan informasi, serta kebutuhan layanan yang lebih personal.

Dengan komitmen terhadap digitalisasi dan peningkatan layanan berbasis teknologi, Transjakarta bukan sekadar operator bus, melainkan pionir transportasi publik yang mendorong ekosistem mobilitas cerdas di Indonesia. Transformasi ini sekaligus menjadi langkah menuju sistem transportasi publik yang terintegrasi, berkelanjutan, dan selaras dengan visi kota cerdas (smart city).

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index