Petani

Petani Muda Malang Sukses Budidaya Melon Hidroponik

Petani Muda Malang Sukses Budidaya Melon Hidroponik
Petani Muda Malang Sukses Budidaya Melon Hidroponik

JAKARTA - Di tengah tren anak muda berlomba-lomba mencari pekerjaan formal di kota, sekelompok pemuda di desa Bedali, Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang, justru mengambil langkah berani dan berbeda. Mereka menapaki jalan sunyi sebagai petani milenial, mengembangkan budidaya melon dengan sistem hidroponik dalam greenhouse. Pilihan ini bukan hanya sekadar upaya bertahan hidup, tapi juga sebagai bentuk keberanian menciptakan lapangan kerja sendiri.

Dari awal, perjalanan mereka tidak mudah. Merintis dari nol, kelompok petani muda ini membuktikan bahwa pertanian tidak harus selalu identik dengan lumpur dan kerja kasar. Mereka tak hanya fokus pada proses penanaman, tetapi juga memikirkan strategi pemasaran dan cara memperkenalkan produk mereka langsung ke konsumen.

Saya mengikuti langsung bagaimana perjuangan mereka merintis usaha ini. Dunia pertanian tidak semudah rumus hitungan bisnis. Ada masa gagal panen yang menyakitkan, tapi juga masa panen berlimpah yang membahagiakan. Yang luar biasa adalah bagaimana mereka tetap teguh bertahan di jalur ini, meski banyak tantangan yang menghadang.

Di luar sana, tak sedikit pemuda yang rela antre panjang dan berdesak-desakan hanya untuk memperebutkan sedikit lowongan kerja. Di sisi lain, para pemuda ini justru menciptakan peluangnya sendiri. Mereka berani memilih jalan bertani, yang selama ini kurang dilirik oleh generasi muda.

Padahal peran petani sangat krusial bagi ketahanan pangan nasional. Tanpa petani, tidak akan ada pasokan bahan pangan. Namun sayangnya, masih ada anggapan yang memandang pekerjaan petani dengan sebelah mata. Pekerjaan ini dianggap kuno dan tidak bergengsi, apalagi bagi generasi muda yang lebih tertarik pada profesi yang berbau teknologi atau perkantoran.

Budidaya melon secara hidroponik yang mereka lakukan dijalankan di bawah struktur greenhouse yang modern dan higienis. Dari luar, kegiatan mereka terlihat sangat profesional. Sistem yang diterapkan pun jauh dari kesan tradisional. Ini bisa menjadi contoh bahwa bertani bisa sejalan dengan inovasi dan teknologi.

Perubahan pola pikir terhadap dunia pertanian menjadi krusial. Pemerintah sendiri melalui Kementerian Pertanian aktif mendorong generasi muda untuk masuk ke sektor pertanian melalui berbagai pelatihan, pendidikan, dan juga dukungan pembiayaan. Tujuannya jelas, untuk melahirkan lebih banyak petani milenial yang mandiri, kreatif, dan melek teknologi.

Menariknya, apa yang dilakukan oleh anak-anak muda di kebun Puspa Agraria ini ternyata telah menarik perhatian banyak pihak, termasuk lembaga pendidikan. Tidak jarang siswa SMK dan mahasiswa dari berbagai daerah datang untuk melakukan magang dan belajar langsung dari para petani muda ini.

Program wisata petik melon yang mereka buka setiap kali musim panen datang menjadi salah satu bentuk edukasi dan promosi yang efektif. Melalui kegiatan ini, masyarakat dapat lebih dekat dengan dunia pertanian sekaligus menikmati pengalaman memetik buah secara langsung. Para pengunjung datang dari berbagai daerah di Jawa Timur, membuktikan bahwa inisiatif sederhana bisa berdampak besar jika dijalankan dengan konsisten.

Fajar Anam, salah satu petani milenial yang menjadi pengelola kebun Puspa Agraria, menjelaskan bahwa para siswa dan mahasiswa yang datang magang tidak hanya belajar soal cara menanam, tapi juga bagaimana menangani panen dan memasarkan hasil produksi mereka. Dengan demikian, mereka tidak hanya diajarkan untuk menjadi petani, tetapi juga wirausahawan yang memahami rantai nilai pertanian secara utuh.

“Di kebun Puspa Agraria ini siswa tidak hanya belajar bertani saja. Tapi juga penanganan pasca panen hingga proses pemasaran dan penjualan melon ke konsumen,” ujar Fajar Anam.

Ia menambahkan, saat ini kebun mereka menjadi tempat magang bagi siswa dan mahasiswa dari empat lembaga pendidikan yaitu SMKN 1 Malang, SMKN Purwosari Pasuruan, Universitas Brawijaya Malang, dan Institut Pertanian Yogyakarta.

Ary Setyowati, guru pembimbing dari SMKN 1 Malang, menilai bahwa keberadaan petani milenial seperti Fajar Anam dan rekan-rekannya sangat relevan dengan kompetensi yang harus dimiliki siswa jurusan Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura (ATPH). Ia berharap semangat kewirausahaan yang dimiliki petani muda ini dapat ditularkan ke para siswa agar lebih tertarik masuk ke dunia pertanian.

“Keberadaan kebun melon Puspa Agraria ini relate dengan kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa. Harapannya petani milenial pengelola kebun bisa menularkan jiwa-jiwa wirausaha dan semangat sebagai petani milenial,” kata Ary.

Saat ini, kebun tersebut sedang memasuki panen ke-8. Tiga varietas melon siap dipanen, yaitu sweet lavender, adinda, dan devina. Untuk merayakan masa panen ini, mereka kembali membuka wisata petik melon untuk masyarakat umum. Selama tiga hari, pengunjung bisa langsung datang ke kebun tanpa perlu membayar tiket masuk dan menikmati pengalaman memetik melon sendiri.

Kisah petani milenial dari Lawang ini menjadi bukti nyata bahwa pertanian bisa menjadi pilihan hidup yang menjanjikan dan membanggakan. Ketekunan, kolaborasi, dan inovasi menjadi kunci utama yang mengantarkan mereka pada kesuksesan, sembari membuka peluang baru bagi generasi muda lainnya untuk ikut berkarya di sektor pertanian.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index