KULINER

Festival Kuliner Minangkabau Pikat Warga Bogor

Festival Kuliner Minangkabau Pikat Warga Bogor
Festival Kuliner Minangkabau Pikat Warga Bogor

JAKARTA - Gelombang semangat budaya Minangkabau kembali menyapa warga Kota Bogor lewat kemeriahan Festival Sumarak Minangkabau yang berlangsung di pusat perbelanjaan Botani Square. Tak sekadar menjadi ajang promosi budaya, festival ini berubah menjadi ruang ekspresi penuh warna bagi kuliner, kesenian, dan semangat tradisi yang membentuk identitas Minang.

Setiap sudut area pameran dipenuhi aroma khas masakan Minang yang menggoda. Mulai dari rendang legendaris hingga kue basah nan manis, para pengunjung diajak menelusuri kekayaan cita rasa Sumatera Barat tanpa harus menempuh perjalanan panjang ke kampung asalnya. Dari pagi hingga malam, antrean panjang tampak di setiap gerai makanan yang menjajakan berbagai penganan tradisional seperti lapek bugih, onde-onde ketan hitam, serta katupek gulai paku.

Namun, festival ini bukan sekadar pesta perut. Lantunan musik tradisional Minang, lenggak-lenggok tari piring, hingga penampilan kesenian randai menjadi sajian utama yang menyemarakkan suasana. Para seniman dari berbagai sanggar tampil bergantian menyuguhkan pertunjukan terbaik mereka. Sorak sorai penonton menjadi bukti nyata betapa budaya Minangkabau masih mampu memikat, bahkan di tengah masyarakat urban yang serba cepat.

Acara ini menjadi momen penting bagi masyarakat Minang di perantauan untuk menyatu kembali dengan akar budayanya. Tidak sedikit pengunjung yang hadir mengenakan pakaian adat, berswafoto di booth dekorasi khas rumah gadang, atau ikut larut dalam pertunjukan seni. Semua tampak menyatu dalam suasana penuh kekeluargaan dan kebanggaan terhadap warisan budaya.

Menurut penyelenggara, tujuan utama festival ini adalah memperkenalkan lebih luas budaya Minangkabau kepada masyarakat Indonesia, khususnya generasi muda. Budaya tidak hanya sekadar dikenang, tetapi harus terus dihidupkan melalui kegiatan yang bisa dinikmati semua kalangan. Dalam konteks ini, kuliner menjadi pintu masuk yang efektif untuk menarik minat, sementara kesenian berperan menjaga identitas dan nilai-nilai leluhur.

Salah satu pengunjung, Lestari (42), mengungkapkan kekagumannya atas keberagaman sajian di festival ini. “Saya asli Jawa, tapi jatuh cinta dengan masakan dan seni Minang. Setiap datang ke acara seperti ini, saya merasa seperti belajar sesuatu yang baru dari saudara sebangsa saya,” ujarnya. Hal serupa juga dirasakan Arif, mahasiswa asal Padang yang sedang menempuh studi di Bogor. “Rasanya seperti pulang kampung. Apalagi bisa makan rendang dan dendeng balado seperti buatan ibu di rumah,” katanya dengan mata berbinar.

Kehadiran festival ini juga memberi dampak positif bagi pelaku UMKM. Para pedagang kuliner Minang yang tergabung dalam komunitas kuliner tradisional mengaku mengalami lonjakan penjualan selama acara berlangsung. Salah satu pemilik stan, Uni Rina, menyebutkan bahwa semua stok rendang buatannya habis terjual hanya dalam dua hari. “Kami sangat bersyukur karena acara seperti ini bukan hanya soal budaya, tapi juga memberi ruang ekonomi bagi kami,” tuturnya.

Dari sisi promosi pariwisata, Festival Sumarak Minangkabau diharapkan mampu menjadi jembatan untuk memperkenalkan destinasi-destinasi unggulan Sumatera Barat. Melalui rasa dan seni, pengunjung dapat tergugah untuk merasakan langsung keindahan alam dan keramahan budaya Minang di tempat asalnya.

Tak hanya itu, panitia juga menggandeng sejumlah pelaku industri kreatif, mulai dari perajin songket, pembuat kerajinan perak, hingga komunitas penulis aksara Arab-Melayu atau Jawi. Ini menandakan bahwa festival tidak terbatas pada makanan dan tarian saja, melainkan juga menyasar sisi intelektual dan warisan budaya tak benda.

Meski digelar di pusat kota, festival ini mampu menghadirkan atmosfer kampung halaman yang kental. Suara talempong yang mengalun, tenda-tenda berhias ornamen kain songket, serta aroma daun pisang yang melingkupi kue-kue tradisional membentuk pengalaman multisensori yang sulit dilupakan.

Penyelenggara berharap kegiatan serupa bisa digelar rutin di berbagai kota besar lainnya. Dengan begitu, budaya Minangkabau tidak hanya menjadi milik masyarakatnya, tetapi juga menjadi bagian dari kebudayaan Indonesia yang kaya dan majemuk.

Festival ini juga menjadi ajang edukatif untuk memperkenalkan sejarah dan filosofi budaya Minang, seperti nilai adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah yang menekankan pentingnya keharmonisan antara agama dan adat. Dalam beberapa sesi, diadakan pula diskusi singkat tentang peran perempuan Minang dalam menjaga tradisi, serta nilai-nilai kepemimpinan dalam sistem kekerabatan matrilineal yang unik.

Pada akhirnya, Festival Sumarak Minangkabau bukan hanya tentang keramaian, tetapi tentang penyambung rasa dan identitas. Ia hadir sebagai ruang kolektif yang mengingatkan bahwa meski berbeda asal dan budaya, setiap warga negara memiliki peran dalam menjaga dan merayakan keberagaman.

Dengan mengangkat kembali budaya lokal ke panggung nasional, festival seperti ini menjadi contoh konkret bagaimana pelestarian budaya bisa bersanding dengan promosi ekonomi kreatif dan pariwisata. Dan di tengah hiruk-pikuk kota, secuil Minangkabau telah membawa pulang rindu, aroma kampung, dan semangat untuk terus melestarikan warisan nenek moyang.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index