JAKARTA - Gagasan bahwa keluarga tidak harus dibentuk oleh hubungan darah kembali diangkat ke layar lebar melalui film terbaru produksi Visinema, Panggil Aku Ayah. Disutradarai oleh Benni Setiawan, film ini menghadirkan cerita menyentuh tentang kedekatan emosional dan pengorbanan, dalam balutan drama keluarga yang menggugah hati.
Panggil Aku Ayah merupakan adaptasi dari film Korea Selatan berjudul Pawn, namun dengan pendekatan lokal yang lebih relevan bagi penonton Indonesia. Bukan hanya sekadar remake, film ini mengusung nilai-nilai khas masyarakat Indonesia yang hangat dan membumi, terutama dalam urusan keluarga, cinta, dan kepedulian.
Sutradara Benni Setiawan mengungkapkan ketertarikannya pada proyek ini karena kekuatan emosi dalam cerita serta bagaimana kisahnya sangat dekat dengan realitas sosial yang sering dijumpai. Meski dikenal lewat film-film serius, Benni menjadikan Panggil Aku Ayah sebagai debutnya dalam menggarap genre drama komedi keluarga.
- Baca Juga Empat Shio Beruntung Sebelum Agustus
“Saya ingin membawa kehangatan khas Indonesia ke dalam film ini. Mulai dari latar tempat yang sederhana, karakter yang terasa seperti orang-orang di sekitar kita, sampai nilai-nilai kekeluargaan yang tumbuh dari hal-hal kecil. Semoga penonton bisa merasakan kedekatan itu,” ujar Benni.
Cerita yang Mengalir dari Hati ke Hati
Film ini mengangkat kisah Rosa, diperankan oleh Sita Nursanti, seorang ibu yang terdesak secara ekonomi hingga harus menitipkan anaknya, Intan (diperankan oleh Tissa Biani versi remaja dan Myesha Lin versi anak-anak), kepada dua penagih utang Dedi (Ringgo Agus Rahman) dan Tatang (Boris Bokir)—sebagai jaminan.
Apa yang awalnya merupakan transaksi pragmatis berubah menjadi kisah penuh empati dan perubahan. Dedi dan Tatang, dua karakter dengan latar kehidupan keras, perlahan menunjukkan sisi manusiawi mereka saat tumbuh menjadi figur ayah bagi Intan. Tanpa direncanakan, mereka menjadi pelindung dan pendamping bagi gadis kecil yang tak bersalah itu.
Anggia Kharisma, produser sekaligus Chief Content Officer Visinema Studios, menegaskan bahwa film ini mengusung pesan universal tentang pentingnya kepedulian, kasih sayang, dan keluarga yang terbentuk dari ikatan emosional, bukan sekadar genetik.
“Panggil Aku Ayah membawa pesan kuat bahwa keluarga bisa terbentuk dari rasa peduli dan ketulusan, bukan hanya karena ikatan biologis. Saya rasa ada nilai dan benang merah yang tidak akan pernah lekang oleh waktu yaitu adalah cinta itu sendiri. Dimanapun, kapanpun, kita bisa merasakan bahwa ketulusan dan kasih sayang itu tidak selalu datang dari yang sedarah,” ungkap Anggia.
Sebuah Proses Pribadi yang Menyentuh
Lebih dari sekadar proyek profesional, Panggil Aku Ayah juga memiliki arti personal bagi Anggia. Ia mengaku bahwa film ini menjadi bagian dari proses penyembuhan atas kepergian ayahandanya. Cerita dalam film membuatnya merenungkan kembali relasi orang tua dan anak dari sudut yang lebih dalam dan penuh pemaknaan.
“Saya ternyata baru sadar bahwa film ini juga membantu saya memaafkan diri dan berdamai dengan perasaan bahwa mungkin kita tidak pernah cukup sebagai anak dalam mencintai orang tua. Saya harap film ini bisa menjadi bagian dari proses kita bersama dalam menjalani duka, karena duka adalah proses seumur hidup,” katanya menyentuh.
Proses kreatif yang dijalani pun bukan hanya soal teknis produksi, tapi juga perjalanan emosi. Setiap elemen dalam film, mulai dari akting para pemain, musik pengiring, hingga sinematografi, dirancang untuk menciptakan pengalaman sinematik yang membekas.
Deretan Pemeran dan Jadwal Tayang
Untuk mendukung kedalaman cerita, film ini didukung oleh jajaran aktor dan aktris berbakat. Ringgo Agus Rahman dan Boris Bokir tampil sebagai duet unik yang membawa dinamika antara kejenakaan dan kedewasaan emosional. Sita Nursanti tampil kuat sebagai ibu yang penuh dilema, sementara Tissa Biani dan Myesha Lin memberikan energi emosional yang kuat dalam memerankan sosok Intan di dua fase usia.
Film ini dijadwalkan tayang serentak di bioskop Indonesia mulai 7 Agustus 2025. Visinema berharap, film ini tidak hanya menjadi hiburan, tetapi juga cermin bagi banyak keluarga Indonesia untuk lebih memahami nilai kehangatan dalam rumah tangga, meski tanpa hubungan darah.
Karya yang Menghidupkan Harapan
Lewat Panggil Aku Ayah, Visinema memperlihatkan konsistensinya dalam menghadirkan film yang bukan hanya menghibur, tapi juga menyentuh dan merefleksikan nilai-nilai luhur keluarga. Cerita sederhana tentang orang biasa yang menemukan kasih sayang di tempat tak terduga, membuktikan bahwa makna menjadi seorang ayah bisa datang dari siapa pun yang memilih untuk peduli dan mencintai tanpa syarat.
Bagi penonton yang rindu tontonan berkualitas dengan nuansa haru yang tulus, Panggil Aku Ayah bisa menjadi salah satu film keluarga paling relevan tahun ini.