JAKARTA - Meski gagal membawa pulang trofi ASEAN Cup U-23 2025, semangat juang yang ditunjukkan para pemain timnas U-23 Indonesia menuai apresiasi tinggi dari Ketua Umum PSSI, Erick Thohir. Kekalahan dari Vietnam dalam laga final di Stadion Utama Gelora Bung Karno tak menghapus kerja keras dan dedikasi Garuda Muda sepanjang turnamen.
Dalam pertandingan yang berjalan ketat, Indonesia harus mengakui keunggulan Vietnam dengan skor tipis 0-1. Satu-satunya gol yang tercipta dalam laga itu datang dari kaki Nguyen Cong Phuong pada menit ke-37. Kekalahan ini sekaligus menjadi kegagalan kedua Indonesia dalam dua edisi final berturut-turut, setelah sebelumnya juga dikalahkan Vietnam pada ajang serupa dua tahun lalu di Thailand melalui adu penalti.
Meski hasil akhir mengecewakan, Erick Thohir menegaskan bahwa para pemain sudah memberikan segalanya di atas lapangan. Menurutnya, skuad asuhan Gerald Vanenburg tampil maksimal dalam setiap pertandingan dan patut mendapat pujian, bukan cibiran.
- Baca Juga Erick Thohir Bawa Turnamen ke Medan
“Anak-anak bermain maksimal, tapi memang tadi yang seperti saya bilang, fokus 90 menit,” ujar Erick. “Ada satu momen ya kita kecolongan. Dan ada beberapa kali kita juga tadi momentumnya bagus belum bisa cetak gol.”
Statistik pertandingan memang mencerminkan kesulitan yang dialami Indonesia dalam membongkar pertahanan Vietnam. Data dari Lapang Bola menunjukkan bahwa Indonesia hanya mampu melepaskan tujuh tembakan sepanjang laga, angka terendah dibandingkan dengan empat pertandingan sebelumnya yang mencatatkan rata-rata 17,25 tembakan per laga. Penurunan ini cukup signifikan dan menjadi sorotan penting pasca-pertandingan.
Erick juga mencatat bagaimana tim tetap berani menghadapi permainan keras yang diperagakan Vietnam. Ia menilai para pemain Indonesia tidak gentar dan terus berusaha memberikan perlawanan sepanjang 90 menit.
“Jadi, tapi apa pun hasilnya saya apresiasi dengan tim nasional kita,” kata Erick. “Dia sudah berbuat maksimal dan tadi ketika Vietnam main keras, kita juga berani main. Dan saya rasa inilah mereka coba terus fight, fight, fight, cuman ya hasilnya kalah 1-0.”
Salah satu tantangan yang dihadapi Indonesia pada laga final ini adalah absennya beberapa pemain kunci sejak menit awal. Dua nama yang menjadi perhatian adalah Arkhan Fikri dan Tony Firmansyah, yang tidak diturunkan sejak awal karena belum sepenuhnya pulih dari cedera. Absennya keduanya berdampak pada keseimbangan permainan Indonesia, terutama di lini tengah.
Arkhan baru masuk pada menit-menit akhir babak kedua, sedangkan Tony hanya duduk di bangku cadangan sepanjang laga. Keduanya terakhir kali bermain penuh ketika Indonesia menghadapi Malaysia pada laga pamungkas Grup A yang berakhir imbang tanpa gol.
Erick menyadari dampak dari absennya kedua pemain tersebut. Meski begitu, ia menegaskan bahwa hal itu tidak bisa dijadikan alasan utama atas kekalahan tim.
“Dengan Arkhan dan Tony tidak bisa, ya memang keseimbangan lapangan tengah kita tidak bisa maksimal,” jelas Erick.
Namun demikian, fokus utama kini telah bergeser ke agenda selanjutnya: kualifikasi Piala Asia U-23 2026. Erick menyatakan bahwa tim akan langsung mengalihkan perhatian untuk bersiap menghadapi fase penting ini yang akan digelar di Sidoarjo.
Indonesia tergabung di Grup J bersama tiga negara lainnya: Korea Selatan, Laos, dan Makau. Persaingan di grup ini diprediksi akan berlangsung ketat, terutama dengan kehadiran Korea Selatan sebagai kekuatan utama di level Asia. Meski demikian, peluang Garuda Muda tetap terbuka, apalagi dengan dukungan suporter di kandang sendiri.
“Dan kita sekarang fokus dengan tim yang ada untuk persiapan kualifikasi Piala Asia U-23 di bulan tentu September ini di Sidoarjo,” ucap Erick.
Dalam format kualifikasi, hanya 11 juara grup dan empat peringkat kedua terbaik yang berhak lolos ke putaran final, bergabung dengan tuan rumah Arab Saudi. Artinya, Indonesia harus tampil konsisten dan tak boleh melakukan kesalahan jika ingin mengamankan tiket ke ajang utama.
Erick juga mengisyaratkan kemungkinan untuk meminta dukungan dari klub-klub agar bersedia melepas pemain terbaiknya ke timnas untuk memperkuat skuad dalam kualifikasi tersebut.
“Saya yakin mungkin ada beberapa pemain yang kita akan coba minta klub untuk support,” tutupnya.
Kegagalan meraih gelar ASEAN Cup memang menyakitkan, namun perjalanan panjang Garuda Muda sejauh ini tetap layak diapresiasi. Penampilan mereka tak hanya menunjukkan potensi besar, tapi juga semangat juang tinggi yang menjadi cerminan masa depan sepak bola Indonesia. Perjuangan belum berakhir, dan harapan tetap menyala di tengah semangat yang tak padam.