JAKARTA - Di tengah dinamika pasar global yang masih fluktuatif, BNI Sekuritas memproyeksikan adanya peluang rebound teknikal bagi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Meskipun tekanan dari eksternal masih terasa, terutama dari arah kebijakan bank sentral Amerika Serikat (AS), analisis teknikal menunjukkan bahwa pasar domestik memiliki ruang untuk pemulihan terbatas, setidaknya dalam jangka pendek.
Fanny Suherman, Head of Retail Research BNI Sekuritas, dalam riset hariannya menyatakan bahwa IHSG berpeluang mengalami teknikal rebound. Hal ini menjadi sinyal positif bagi investor yang menanti peluang masuk ke pasar saham setelah beberapa hari terakhir mengalami tekanan yang cukup dalam.
Namun, dalam analisanya, Fanny tetap memberikan batasan teknikal yang ketat. BNI Sekuritas menurunkan estimasi batas bawah IHSG menjadi di kisaran 7.480 hingga 7.520. Sementara itu, batas atas IHSG diproyeksikan bergerak di area 7.580 hingga 7.620. Penurunan batas bawah ini merefleksikan kehati-hatian pelaku pasar terhadap potensi koreksi lanjutan yang masih mungkin terjadi, terutama jika tekanan eksternal belum mereda.
- Baca Juga 3 Ide Bisnis Modal Kecil untuk Anak Muda
Salah satu faktor eksternal yang memberi tekanan pada bursa global termasuk IHSG adalah pernyataan terbaru dari Ketua The Federal Reserve, Jerome Powell. Dalam pidatonya, Powell memutuskan untuk menahan suku bunga acuan AS. Meskipun keputusan ini sejatinya telah diantisipasi oleh pasar, implikasi jangka panjang terhadap kebijakan moneter tetap menjadi perhatian.
Menanggapi keputusan tersebut, bursa saham utama AS bergerak variatif. Indeks S&P 500 tercatat turun 0,12 persen, Dow Jones Industrial Average melemah 0,38 persen, sementara Nasdaq Composite justru menguat tipis sebesar 0,15 persen. Pergerakan ini mencerminkan ketidakpastian pasar terhadap arah kebijakan moneter AS ke depan, terutama dalam menanggapi kondisi inflasi dan pertumbuhan ekonomi.
Dari kawasan Asia, situasi juga tidak jauh berbeda. Bursa utama regional ditutup bervariasi, mencerminkan adanya ketidakpastian global yang turut membayangi sentimen pasar Asia. Indeks Nikkei 225 di Jepang turun tipis 0,05 persen, sementara indeks Topix menguat 0,4 persen. Di Korea Selatan, indeks Kospi naik 0,74 persen, namun Kosdaq justru melemah 0,1 persen.
Sementara itu, indeks S&P/ASX 200 di Australia mencatat kenaikan sebesar 0,59 persen. Bursa Hong Kong mengalami koreksi cukup dalam, dengan Hang Seng turun 1,36 persen. Sebaliknya, Taiex Taiwan berhasil mencatatkan penguatan sebesar 1,12 persen. Kondisi yang beragam ini turut menjadi pertimbangan investor domestik dalam merancang strategi investasi mereka.
Dalam risetnya, Fanny Suherman tidak hanya memberikan pandangan terhadap arah IHSG secara makro, namun juga merekomendasikan beberapa saham yang layak dicermati oleh investor. Beberapa emiten direkomendasikan dalam kategori “Spec Buy”, dengan area beli dan batas cutloss yang telah ditentukan secara ketat.
Rekomendasi pertama adalah saham WIFI, dengan area beli di kisaran 2.800–2.870. Investor disarankan untuk melakukan cutloss jika harga turun di bawah 2.800. Target jangka pendek untuk saham ini diperkirakan berada di level 2.970 hingga 3.000.
Saham kedua yang direkomendasikan adalah CUAN, dengan area beli 1.560–1.570. Cutloss disarankan di bawah 1.545, dengan target harga dalam waktu dekat di kisaran 1.590–1.620.
BKSL juga masuk dalam radar saham layak pantau. Area beli untuk saham ini ditetapkan di 148–152, dengan cutloss jika harga turun di bawah 146. Target harga terdekat berada pada kisaran 158–167.
Selanjutnya, saham DEWA dianalisis memiliki area akumulasi beli di 226–232. Strategi cutloss sebaiknya dilakukan jika harga jatuh di bawah 226. Target jangka pendek saham ini berada di area 236–250.
Saham properti SSIA juga direkomendasikan untuk dibeli di area 2.670–2.700, dengan cutloss di bawah 2.610. Target terdekat berada di kisaran 2.750–2.800.
Terakhir, saham media SCMA direkomendasikan dengan area beli di 190–193. Cutloss sebaiknya dilakukan jika harga menembus ke bawah 188, dan target harga berada di kisaran 196–204.
Rekomendasi saham ini mencerminkan strategi BNI Sekuritas yang fokus pada pendekatan teknikal jangka pendek, terutama dalam kondisi pasar yang masih fluktuatif dan rentan terhadap isu global. Dengan memperhatikan level support dan resistance secara detail, investor diharapkan bisa lebih waspada dan terarah dalam mengambil keputusan.
Kondisi pasar yang tidak menentu saat ini memang menuntut kehati-hatian ekstra. Terlebih, pengaruh kebijakan bank sentral negara maju serta potensi perubahan geopolitik masih menjadi sentimen yang kuat dalam membentuk arah pasar saham global dan domestik.
Untuk itu, investor disarankan untuk tetap melakukan diversifikasi dan tidak terpaku hanya pada satu sektor atau saham tertentu. Memantau perkembangan kebijakan moneter, baik dari dalam negeri maupun luar negeri, akan menjadi kunci dalam menyusun strategi yang adaptif terhadap volatilitas pasar.
Dengan pendekatan teknikal yang matang seperti yang disajikan oleh BNI Sekuritas, diharapkan pelaku pasar dapat menangkap peluang secara lebih bijak, tanpa mengabaikan risiko yang masih membayangi.