JAKARTA - Untuk mengejar pertumbuhan ekonomi nasional hingga delapan persen dalam lima tahun ke depan, pemerintah Indonesia tak hanya mengandalkan proyeksi makroekonomi semata, tetapi juga menempatkan transformasi industri berbasis investasi berkualitas sebagai motor utama penggeraknya. Target ambisius ini membutuhkan strategi besar, termasuk pengumpulan investasi hingga Rp13 ribu triliun selama periode 2025–2029.
Hal tersebut ditegaskan oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, dalam pernyataannya pada gelaran Indonesia Mining Forum 2025. Ia menjelaskan bahwa Kementerian Investasi memegang peran sentral dalam mengejar target investasi tersebut.
“Ini PR-nya Menteri Investasi, di mana investasi diharapkan bisa mencapai Rp13 ribu triliun di periode 2025–2029. Artinya, di tahun depan angka investasi itu sudah di angka Rp2.100 triliun, tahun ini sekitar Rp1.900 triliun,” ujar Airlangga.
Sektor Energi dan Pertambangan Menjadi Ujung Tombak
Dalam kerangka besar pertumbuhan tersebut, sektor pertambangan dan energi disebut sebagai salah satu pendorong utama. Pemerintah telah menyiapkan sejumlah proyek strategis di berbagai daerah, dengan fokus pada optimalisasi sumber daya alam yang dimiliki, terutama komoditas batu bara.
Airlangga menggarisbawahi pentingnya hilirisasi batu bara sebagai langkah krusial untuk meningkatkan nilai tambah, sekaligus menjaga daya saing Indonesia dalam perdagangan global.
“Artinya, batu bara ini kalau kita mencapai net zero emission, tetap kita bisa ekspor batubara ini. Jadi, Indonesia sebagai salah satu negara yang mempunyai cadangan besar dari batu bara, tentu juga melihat alternatif selain kebutuhan energi untuk dilakukan hilirisasi,” jelasnya.
Dengan cadangan batu bara yang melimpah, pemerintah tidak semata melihatnya sebagai komoditas energi, tetapi juga sebagai bahan baku strategis untuk industri kimia, logam, hingga energi alternatif. Hal ini selaras dengan strategi jangka panjang menuju ekonomi yang lebih hijau dan berkelanjutan.
Investasi Berkualitas, Bukan Sekadar Nilai
Namun, Airlangga juga menekankan bahwa besarnya angka investasi yang ditargetkan bukanlah satu-satunya indikator utama. Lebih penting dari itu adalah kualitas proyek yang masuk, serta kesesuaian proyek dengan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan.
“Pertumbuhan ekonomi tidak hanya bergantung pada nilai investasi, tetapi juga pada kualitas proyek,” tegasnya.
Dalam konteks ini, proyek-proyek yang dikembangkan harus mampu memenuhi standar lingkungan, sosial, dan tata kelola (Environmental, Social, and Governance/ESG). Pemerintah menekankan bahwa transformasi industri ke arah yang ramah lingkungan akan menjadi kunci untuk menjaga keberlanjutan sekaligus menarik lebih banyak investor berkualitas.
“Pemerintah juga terus mendorong kegiatan hilirisasi minerba dengan mengedepankan prinsip environment, social, and governance (ESG). ESG ini menjadi satu tantangan juga bagi industri agar good mining practice dan juga green mining practice ini bisa terus didorong,” jelas Airlangga.
Teknologi dan Energi Terbarukan Jadi Andalan Baru
Dalam mendukung visi pertumbuhan ekonomi tinggi yang berkelanjutan, pemerintah telah menyusun portofolio proyek unggulan yang berbasis pada teknologi bersih dan transisi energi. Di antaranya adalah pengembangan teknologi batu bara bersih, serta sistem penangkapan dan penyimpanan karbon (carbon capture storage) yang bekerja sama dengan perusahaan global seperti ExxonMobil dan BP Tangguh.
Selain itu, pembangunan industri baterai kendaraan listrik di Morowali terus digenjot sebagai bagian dari langkah besar menuju elektrifikasi transportasi dan hilirisasi mineral strategis seperti nikel dan kobalt. Tak hanya itu, Indonesia juga mulai memproduksi panel surya berbasis silika lokal untuk memperkuat kapasitas energi terbarukan nasional.
Langkah ini bukan hanya menegaskan komitmen Indonesia terhadap net zero emission tahun 2060, tapi juga membuka peluang ekonomi baru yang berbasis industri hijau dan teknologi canggih.
Posisikan Indonesia di Rantai Pasok Global
Pemerintah meyakini bahwa keberhasilan transisi menuju ekonomi hijau dan teknologi tinggi tidak hanya berdampak pada pencapaian target pertumbuhan ekonomi domestik, tetapi juga memperkuat daya tawar Indonesia dalam rantai pasok global.
Dengan semakin banyaknya negara yang menetapkan standar ESG dalam investasi internasional, Indonesia berupaya memosisikan diri sebagai mitra strategis yang andal dan progresif. Ini berarti tak hanya menarik modal asing dalam jumlah besar, tapi juga mendorong masuknya investor yang berorientasi jangka panjang dan bertanggung jawab secara sosial maupun lingkungan.
PR Besar Menuju 2029
Meski target pertumbuhan ekonomi delapan persen terlihat menantang, pemerintah yakin bahwa dengan kerja sama lintas sektor dan akselerasi investasi di sektor prioritas, Indonesia bisa menjadikannya sebagai tujuan realistis.
Keberhasilan ini akan sangat ditentukan oleh kecepatan eksekusi proyek, konsistensi kebijakan, dan kemampuan mengatasi hambatan regulasi dan birokrasi, terutama yang berkaitan dengan perizinan investasi dan infrastruktur pendukung.
Seiring dengan penguatan iklim investasi dan pengembangan infrastruktur industri hijau, pemerintah juga membuka ruang bagi peningkatan keterlibatan swasta dan dunia usaha dalam proyek strategis nasional.
Di tengah transformasi global menuju energi bersih dan ekonomi berkelanjutan, Indonesia menegaskan komitmennya untuk tidak tertinggal dalam perlombaan. Lewat agenda ambisius ini, pertumbuhan ekonomi yang inklusif, berkualitas, dan berwawasan lingkungan bukan sekadar retorika, melainkan strategi kebijakan jangka panjang yang terukur.