Kredit Bank

Kredit Bank IBK Tumbuh Pesat

Kredit Bank IBK Tumbuh Pesat
Kredit Bank IBK Tumbuh Pesat

JAKARTA - Kinerja perbankan nasional sepanjang semester I-2025 menunjukkan dinamika yang tidak ringan, dengan tekanan dari sisi likuiditas hingga suku bunga yang cenderung fluktuatif. Namun di tengah situasi tersebut, Bank IBK Indonesia berhasil membuktikan kemampuannya menjaga stabilitas dan pertumbuhan, khususnya dalam fungsi intermediasi.

Dipimpin oleh Direktur Utama Oh In Taek, bank ini justru mencatatkan lonjakan penyaluran kredit dan dana pihak ketiga (DPK) yang jauh melampaui rata-rata industri perbankan umum, mengukuhkan posisinya sebagai salah satu pemain yang resilien di tengah ketatnya pasar dana.

Berdasarkan laporan keuangan publikasi yang dirilis, DPK Bank IBK Indonesia hingga 2025 mencapai Rp10,60 triliun, mencatat pertumbuhan tahunan sebesar 9,92 persen (yoy). Angka ini tercatat lebih tinggi dibanding rata-rata pertumbuhan industri yang hanya 6,96 persen, sebagaimana dilaporkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Salah satu faktor pendorong peningkatan DPK tersebut adalah pertumbuhan tajam dari dana giro yang naik sebesar 39,98 persen menjadi Rp1,30 triliun, serta kenaikan deposito sebesar 16,49 persen menjadi Rp6,41 triliun. Meskipun segmen tabungan mengalami penurunan 9,99 persen, struktur DPK bank tetap menunjukkan arah positif dengan peningkatan dana murah.

Pertumbuhan DPK tersebut memperkuat kapasitas Bank IBK Indonesia dalam menjalankan fungsi intermediasi. Dalam periode yang sama, penyaluran kredit tumbuh impresif sebesar 31,71 persen yoy, mencapai Rp13,29 triliun. Capaian ini jauh di atas pertumbuhan kredit rata-rata industri yang tercatat 7,77 persen.

Tak hanya agresif menyalurkan kredit, kualitas portofolio pembiayaan juga tetap dijaga. Hal ini tercermin dari penurunan rasio kredit bermasalah atau Non-Performing Loan (NPL) gross dari 2,44 persen menjadi 2,13 persen, sementara NPL net turun dari 1,70 persen menjadi 1,46 persen. Keduanya masih jauh di bawah ambang batas yang ditetapkan regulator, yaitu 5 persen, menandakan kemampuan manajemen risiko yang solid.

Namun, di balik pencapaian tersebut, Bank IBK Indonesia juga harus berhadapan dengan dinamika pasar dana yang ketat. Beban bunga tercatat turun drastis 49,12 persen menjadi Rp391,14 miliar, seiring dengan penurunan pendapatan bunga sebesar 34,53 persen menjadi Rp684,36 miliar. Meskipun begitu, pendapatan bunga bersih bank masih mampu tumbuh 6,01 persen menjadi Rp293,22 miliar, menunjukkan keberhasilan menjaga margin keuntungan.

Net Interest Margin (NIM) hanya sedikit terkoreksi dari 2,97 persen menjadi 2,91 persen, yang mencerminkan ketahanan bank dalam menjaga efisiensi margin di tengah tekanan suku bunga.

Sementara itu, laba bersih Bank IBK Indonesia tercatat menurun 6,88 persen menjadi Rp105,65 miliar. Penurunan ini dipicu oleh peningkatan beban operasional lainnya, yang melonjak 16,93 persen menjadi Rp165,28 miliar. Meski demikian, efisiensi operasional tetap terjaga dengan perbaikan rasio BOPO (Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional), dari 88,15 persen menjadi 83,30 persen.

Perbaikan ini memperlihatkan bahwa bank mulai mampu menekan biaya sambil tetap menjaga produktivitas operasional. Rasio BOPO yang semakin mendekati level ideal (85 persen) menjadi sinyal positif terhadap keberlanjutan efisiensi bank ke depan.

Dari sisi neraca, total aset Bank IBK Indonesia naik 8,65 persen menjadi Rp21,74 triliun, sejalan dengan peningkatan kredit dan DPK. Sementara itu, modal inti meningkat moderat sebesar 3,68 persen menjadi Rp5,59 triliun, dengan rasio kecukupan modal (CAR) tetap sangat kuat di level 35,98 persen, jauh di atas batas minimum yang ditentukan otoritas.

Namun, tantangan utama ke depan terletak pada tingginya rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) yang mencapai 125,44 persen. Angka ini jauh melampaui batas ideal (78–92 persen) dan menandakan bahwa ekspansi kredit berjalan sangat agresif. Situasi tersebut berpotensi menekan likuiditas dan perlu mendapat perhatian khusus dari manajemen dalam menjaga keseimbangan antara penyaluran kredit dan penghimpunan dana.

Meski demikian, secara umum Bank IBK Indonesia tetap menunjukkan fundamental keuangan yang kuat. Di tengah tekanan global maupun domestik, bank ini mampu menjaga momentum pertumbuhan dan efisiensi tanpa mengorbankan kualitas aset.

Kinerja positif pada semester pertama 2025 ini memberikan fondasi kuat bagi Bank IBK Indonesia dalam menyusun strategi untuk paruh kedua tahun ini. Dengan penyaluran kredit yang melesat, pengelolaan risiko yang baik, serta upaya menjaga efisiensi, bank ini diyakini memiliki peluang besar untuk terus bertumbuh secara berkelanjutan di tengah iklim ekonomi yang masih penuh tantangan.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index