JAKARTA - Menyambut Hari Ulang Tahun ke‑80 Republik Indonesia, PT Freeport Indonesia membawa perayaan kemerdekaan ke level yang berbeda: ketinggian 2.400 meter di Ridge Camp, Distrik Tembagapura, Papua Tengah. Ribuan karyawan dan komunitas perusahaan melaksanakan “Parade Budaya Indonesia”, menampilkan keberagaman budaya dari Sabang sampai Merauke.
Executive Vice President Site Operations/Kepala Teknik Tambang PTFI, Carl Tauran, menyatakan bahwa melalui parade ini, keberagaman menjadi kekuatan pemersatu. “Keberagaman yang dimiliki Indonesia adalah kekuatan yang harus dirangkul. Melalui Parade Budaya Indonesia, keberagaman menjadi alasan kuat yang mempersatukan karyawan dan komunitas PTFI untuk saling menghormati dan bekerja sama.”
Parade di puncak Ridge Camp ini mengusung tema “miniatur Indonesia”. Setiap komunitas mewakili seni dan budaya tradisional berbagai daerah, termasuk Jawa Timur, Papua, Kalimantan Selatan, Maluku, Bali, dan Nusa Tenggara Timur. Mereka berjalan mengitari area persegi, berjalan dengan mengenakan busana adat lengkap dan membawa kerajinan khas daerah masing-masing diiringi alunan gamelan Bali, Reog Ponorogo, Sape, dan musik tradisional lainnya.
- Baca Juga Pelni Ambon Sampai Bitung
Rode Ajomi, Ketua Panitia HUT ke‑80 RI di PTFI, menjelaskan pentingnya lokasi Ridge Camp lokasi yang bukan hanya markas operasional, tetapi juga tempat tinggal bagi sekitar 12.000 karyawan. Di sanalah festival budaya ini berlangsung, mencerminkan harmoni antara aktivitas profesional dan semangat kebangsaan.
Parade itu juga menjadi wadah bagi komunitas internal untuk mengekspresikan warisan budaya mereka. Divisi Geo Engineering & Environmental bersama komunitas Bali menampilkan falsafah Tri Hita Karana. Sementara, Divisi Central Services bersama komunitas Flobamora menghadirkan replika Komodo—lambang kekuatan dan ketahanan.
Apa yang ditampilkan Divisi Mining Safety bersama PKBT (Perkumpulan Keluarga Batak Tembagapura) pun unik: “Owlie Ulos” maskot burung hantu dengan kain Ulos. Maskot ini menjadi simbol keselamatan berbasis kearifan lokal Batak.
Di segi tim Grasberg Earthworks, kolaborasi dengan Paguyuban Papua menghadirkan busana adat Papua serta kerajinan Noken, simbol kebersamaan dan ketangguhan. “Noken bukan sekadar kain anyaman, tetapi cerminan kebersamaan, kerja sama, dan kesabaran,” ungkap peserta.
Menurut Ida Nekwek dari Grasberg Earthworks, parade ini bukan sekadar perayaan budaya tetapi refleksi hormat atas keberagaman dan peta kedaulatan Indonesia dari bumi Papua.
Selama bulan Agustus, Freeport memperluas semangat nasionalisme lewat berbagai aktivitas di lima lokasi: Tembagapura, Kuala Kencana, Nabire, Gresik, dan Jakarta. Di Tembagapura, lomba dan pentas budaya digelar bersama warga Kampung Banti. Di Nabire, Freeport menyelenggarakan operasi katarak dan edukasi mata untuk 1.000 anak sekolah. Gresik menjadi ajang donor darah, pelatihan digital UMKM, serta konser “Melodi Tembaga Nusantara”.
Puncaknya dirayakan serempak dengan upacara kemerdekaan di lima lokasi kerja PTFI—semuanya sebagai wujud syukur dan nasionalisme. Freeport menekankan bahwa rangkaian acara ini dipenuhi semangat gotong royong, kebersamaan, dan kerja sama dengan masyarakat lokal.