JAKARTA - Pemerintah Provinsi Papua Tengah terus berupaya memperkuat konektivitas wilayahnya melalui jalur udara. Salah satu langkah strategis yang ditempuh adalah menjalin komunikasi intensif dengan maskapai nasional Garuda Indonesia, guna membuka rute penerbangan baru dari dan menuju Bandar Udara Douw Aturure di Nabire.
Langkah awal koordinasi ini ditandai dengan pertemuan antara manajemen Garuda Indonesia dan jajaran Pemerintah Provinsi Papua Tengah yang berlangsung di Kantor Dinas Perhubungan Papua Tengah, Nabire, pada Kamis, 7 Agustus 2025. Pertemuan tersebut berlangsung dari pukul 09.27 hingga 11.22 WIT dan membahas potensi pembukaan layanan penerbangan reguler oleh maskapai pelat merah tersebut.
General Manager Garuda Indonesia Kantor Cabang Mimika, Kharisma Pujangga, menyatakan bahwa kunjungan ini merupakan bagian dari proses awal untuk menyiapkan kemungkinan beroperasinya Garuda di wilayah Papua Tengah, khususnya Nabire.
"Pertemuan itu untuk membangun koordinasi dengan Pemprov Papua Tengah, terutama terkait rencana Garuda Indonesia buka akses ke Nabire," kata Kharisma.
Ia menegaskan bahwa ini merupakan tahapan awal dalam perencanaan, sehingga belum bisa memastikan kapan layanan penerbangan resmi dimulai.
“Jadi ini, masih tahap perencanaan, sehingga kita belum dulu bisa pastikan kapan beroperasi,” ujar Kharisma.
Meski demikian, ia tidak menutup kemungkinan bahwa Garuda Indonesia akan membuka rute ke Nabire jika mendapat lampu hijau dari pemerintah daerah serta pihak otoritas bandara.
"Apabila Pemprov Papua Tengah dan pihak bandara memberikan akses, maka ke depan, maskapai ini siap untuk membuka akses pelayanan," tambahnya.
Upaya membuka jalur udara yang lebih luas ke Nabire dinilai strategis oleh pemerintah daerah, mengingat pentingnya aksesibilitas bagi konektivitas antarwilayah dan juga pengembangan ekonomi di Papua Tengah.
Plt Kepala Dinas Perhubungan Papua Tengah, Ewonggen Kogoya, menyatakan dukungan penuhnya terhadap langkah Garuda Indonesia yang berencana membuka akses penerbangan ke wilayah tersebut.
"Tapi, proses yang akan dijalani masih membutuhkan waktu," ujar Ewonggen dalam kesempatan yang sama.
Menurutnya, kehadiran Garuda Indonesia di Nabire akan membawa dampak positif terhadap akses transportasi dan percepatan pembangunan daerah.
“Saya sangat tertarik jika Garuda masuk di Nabire, karena itu akan lebih menunjang akses transportasi,” ungkapnya.
Ia menambahkan bahwa pembahasan dengan pihak Garuda Indonesia ini merupakan langkah awal dari proses panjang yang diharapkan bisa membuahkan hasil pada tahun mendatang.
"Jadi, kami baru mulai membangun koordinasi. Kemungkinan operasinya tahun depan," pungkasnya.
Sebagai informasi, Bandar Udara Douw Aturure Nabire merupakan bandara utama di Papua Tengah yang diharapkan mampu menjadi penghubung strategis antarwilayah, baik dalam Provinsi Papua Tengah sendiri maupun dengan provinsi lainnya di wilayah timur Indonesia.
Keberadaan bandara ini sangat penting dalam membuka isolasi beberapa wilayah pegunungan dan pesisir Papua, serta memperkuat arus logistik, perdagangan, dan mobilitas masyarakat.
Adapun rencana masuknya maskapai nasional seperti Garuda Indonesia ke Nabire menambah optimisme tersendiri bagi masyarakat dan pemerintah daerah, terutama dalam mendorong pertumbuhan sektor ekonomi, pariwisata, dan layanan publik di kawasan ini.
Dari sisi maskapai, peluang ekspansi ke wilayah baru seperti Papua Tengah juga merupakan bagian dari strategi jangka panjang Garuda Indonesia dalam memperluas jaringan domestik, khususnya ke wilayah Indonesia Timur yang masih memiliki tantangan dalam konektivitas transportasi udara.
Sebagai maskapai milik negara, Garuda Indonesia memang memiliki peran strategis untuk melayani rute-rute yang bersifat mendukung pembangunan nasional, termasuk menjangkau daerah-daerah yang belum terlayani oleh maskapai swasta secara optimal.
Langkah awal yang diambil di Nabire ini juga selaras dengan tren peningkatan kebutuhan akses transportasi udara di wilayah Papua, terutama sejak terbentuknya sejumlah provinsi baru seperti Papua Tengah, Papua Selatan, dan Papua Pegunungan, yang memerlukan konektivitas antar-ibu kota provinsi dan pusat pertumbuhan baru.
Garuda Indonesia sendiri telah berpengalaman melayani rute-rute perintis dan terpencil di wilayah Indonesia Timur, termasuk ke sejumlah kota di Papua seperti Jayapura, Timika, dan Merauke. Kehadiran di Nabire akan memperkuat portofolio layanan maskapai di kawasan timur Indonesia.
Meski demikian, seperti diungkapkan Kharisma, dibutuhkan berbagai tahapan persiapan, termasuk alokasi armada dan analisis kelayakan bisnis, sebelum keputusan akhir terkait pembukaan rute ini ditetapkan.
Sementara itu, Pemerintah Provinsi Papua Tengah terus menunjukkan komitmennya untuk mendukung segala proses administratif dan teknis yang dibutuhkan, termasuk membuka ruang diskusi lanjutan dengan kementerian terkait, otoritas bandara, dan pihak Garuda Indonesia agar rencana tersebut dapat direalisasikan dalam waktu yang tidak terlalu lama.
Pertemuan antara kedua pihak ini menjadi sinyal positif bahwa Nabire dan Papua Tengah perlahan mulai menarik minat pelaku industri transportasi nasional untuk berinvestasi dalam pengembangan jalur udara. Bagi warga Papua Tengah, kehadiran maskapai besar seperti Garuda Indonesia tentu menjadi harapan baru akan layanan transportasi yang aman, nyaman, dan terjangkau.