Batu Bara

Harga Batu Bara Menguat, Didukung Kabar dari China

Harga Batu Bara Menguat, Didukung Kabar dari China
Harga Batu Bara Menguat, Didukung Kabar dari China

JAKARTA - Pasar batu bara kembali menunjukkan tren positif pada awal September 2025. Harga batu bara Newcastle dan Rotterdam mengalami penguatan, terdorong oleh kabar terbaru dari China terkait pengetatan regulasi keselamatan di tambang-tambang kokas. Berita mengenai inspeksi ketat, produksi menurun, dan penurunan impor membuat pasar optimistis terhadap stabilitas harga batu bara global.

Untuk kontrak batu bara Newcastle, harga September 2025 naik US$ 0,3 menjadi US$ 109,9 per ton, sedangkan kontrak Oktober menguat US$ 0,35 menjadi US$ 110,8 per ton. November 2025 juga naik US$ 0,4 menjadi US$ 111,9 per ton. Sementara di Eropa, harga batu bara Rotterdam untuk September 2025 meningkat US$ 0,25 menjadi US$ 96,45 per ton, Oktober naik US$ 0,15 menjadi US$ 97,35, dan November terkerek US$ 0,35 menjadi US$ 98,4 per ton.

Menurut Bigmint, pasar batu bara kokas China tengah dilanda kekhawatiran terkait isu keselamatan. Shanxi, provinsi penghasil batu bara terbesar di negeri tirai bambu itu, menerapkan inspeksi keselamatan yang lebih ketat. Gangguan produksi terjadi akibat inspeksi maupun kendala teknis di tambang, meski dampaknya tidak separah yang dikhawatirkan pelaku pasar.

Survei Mysteel Global menunjukkan, hingga 27 Agustus 2025, 54 dari 153 tambang batu bara kokas di Shanxi mengurangi atau menghentikan produksi. Kapasitas yang menganggur mencapai 61,1 juta ton per tahun, atau 34,7% dari total, namun hanya seperempatnya akibat inspeksi keselamatan; sisanya karena masalah teknis tambang.

Salah satu insiden besar terjadi pada 26 Agustus, ketika atap tambang batu bara Du’erping di Lvliang runtuh, menewaskan dua pekerja. Meski kabar mengenai penutupan semua tambang di Lvliang dibantah Mysteel, sehari kemudian sebuah tambang berkapasitas 5 juta ton per tahun di Taiyuan dihentikan sementara oleh otoritas karena pelanggaran keselamatan.

Inspeksi keselamatan paling ketat berlangsung di Linfen, selatan Shanxi, dengan delapan tambang (kapasitas 12,8 juta ton per tahun) diperintahkan menghentikan operasi 4–10 hari. Sebaliknya, sebagian besar tambang di Lvliang, Changzhi, dan Jinzhong belum menerima instruksi resmi, meski ada penghentian sukarela akibat masalah tambang.

Mysteel mencatat beberapa tambang di bawah Huozhou Coal Electricity, anak usaha Shanxi Coking Coal Group, memangkas hari kerja wajib dari 330 menjadi 276 hari pada awal Agustus. Namun, kebijakan ini belum menyebar secara nasional.

Pasokan Batu Bara Masih Tertekan

Ke depan, pasokan batu bara kokas dari Shanxi diperkirakan tetap menyusut dalam sepekan mendatang. Beberapa tambang di Taiyuan dan Jinzhong berencana menghentikan produksi sementara untuk menjaga keselamatan, sedangkan tambang di Linfen akan menutup operasi 1–2 hari secara singkat.

Periode 21–27 Agustus 2025 mencatat tingkat utilisasi kapasitas 523 tambang kokas yang disurvei Mysteel turun menjadi 84,04% dari 85,21% pekan sebelumnya. Produksi harian batu bara mentah juga terkoreksi 1,4% menjadi 1,89 juta ton.

Sementara itu, menurut Reuters, raksasa energi China, Shenhua Energy Co Ltd, memproyeksikan pertumbuhan produksi domestik akan melambat pada paruh kedua 2025, sedangkan impor diperkirakan terus menurun dibanding periode sama tahun lalu.

Dalam laporan tengah tahunnya, Jumat, 29 Agustsu 2025, Shenhua menyebut sejak Juli pemerintah mulai membatasi produksi untuk menahan kejatuhan harga. Pemeriksaan ketat juga dilakukan untuk memastikan tambang tidak melebihi kuota produksi yang ditetapkan.

Jika harga batu bara pulih, daya saing impor akan semakin tertekan. Pada paruh pertama tahun ini, impor batu bara China sudah turun 13% year-on-year, dan ke depan keunggulan harga impor diperkirakan makin menyempit.

Shenhua, anak usaha China Energy Investment Corp. yang merupakan produsen batu bara terbesar di negeri itu, mencatat laba bersih turun 12% year-on-year menjadi 24,64 miliar yuan (setara US$ 3,46 miliar) pada Januari–Juni 2025 akibat harga batu bara yang lebih rendah.

Kombinasi faktor pengetatan regulasi keselamatan, penurunan produksi, dan pengurangan impor di China menjadi penggerak utama penguatan harga batu bara pada awal September 2025. Sementara pasar global mencermati pasokan yang terbatas, investor memperkirakan tren harga batu bara tetap menguat dalam beberapa pekan mendatang. Kebijakan pemerintah China dan langkah produsen besar seperti Shenhua menjadi kunci untuk menjaga keseimbangan pasar, serta mempengaruhi harga batu bara Newcastle dan Rotterdam secara global.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index