JAKARTA - Pasar modal Indonesia menunjukkan performa yang kuat dan stabil, tercermin dari catatan positif Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) serta penguatan pasar obligasi dan industri pengelolaan investasi. Fundamental ekonomi domestik yang solid, didukung ekspektasi penguatan pasar keuangan global, menjadi faktor utama yang mendorong optimisme investor di tengah kondisi ekonomi regional dan global yang dinamis.
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK, Inarno Djajadi, menjelaskan bahwa IHSG pada akhir Agustus 2025 ditutup di level 7.830, meningkat 4,63 persen secara month-to-date (mtd) dan 10,60 persen year-to-date (ytd). Kapitalisasi pasar tercatat sebesar Rp14.182 triliun, menandai kepercayaan investor yang terus meningkat terhadap pasar saham domestik.
“Pada 28 Agustus 2025, IHSG sempat menyentuh titik tertinggi di level 8.022,76 dan mencatatkan all-time high dengan kapitalisasi pasar Rp14,377 triliun,” kata Inarno dalam konferensi pers. Catatan ini menegaskan posisi pasar saham Indonesia sebagai salah satu pasar dengan pertumbuhan paling solid di kawasan Asia Tenggara.
Dari sisi likuiditas, rata-rata nilai transaksi harian (RNTH) hingga Agustus 2025 tercatat Rp14,32 triliun, meningkat dibandingkan bulan sebelumnya Rp13,42 triliun dan lebih tinggi dibandingkan rata-rata tahun 2024 sebesar Rp12,85 triliun. Secara year-to-date, RNTH tumbuh 11,42 persen, menunjukkan tingginya minat investor dalam bertransaksi di bursa domestik.
Selain itu, minat investor asing juga mulai menunjukkan tren positif. Pada Agustus 2025, terjadi inflow sebesar Rp10,96 triliun ke pasar saham Indonesia. Meskipun secara akumulatif year-to-date masih tercatat net sell sebesar Rp50,95 triliun, angka inflow bulanan ini mencerminkan kepercayaan global terhadap prospek ekonomi Indonesia yang semakin baik, sejalan dengan pertumbuhan ekonomi yang stabil dan reformasi struktural yang sedang berjalan.
Di sisi pasar obligasi, penguatan juga terlihat signifikan. Indeks Harga Obligasi Korporasi Indonesia (ICBI) naik 1,62 persen (mtd) dan 8,40 persen (ytd) ke level 425,63, mencerminkan permintaan yang tinggi dari investor domestik maupun asing terhadap surat utang korporasi yang relatif aman dan menawarkan imbal hasil menarik.
Sementara itu, industri pengelolaan investasi juga mencatatkan pertumbuhan positif. Asset Under Management (AUM) pada Agustus 2025 mencapai Rp885,95 triliun, naik 3,42 persen secara mtd dan 5,80 persen year-to-date. Kenaikan ini menunjukkan optimisme investor dalam menempatkan dana melalui reksa dana maupun produk investasi lain, sekaligus mencerminkan kepercayaan terhadap pengelola investasi profesional yang mampu memanfaatkan kondisi pasar yang dinamis.
Kinerja positif ini tidak lepas dari upaya OJK dalam menjaga stabilitas pasar modal, termasuk penerapan regulasi yang transparan dan pengawasan ketat terhadap aktivitas perdagangan serta pengelolaan aset. Inarno menekankan bahwa kombinasi fundamental ekonomi domestik yang kuat, likuiditas pasar yang tinggi, serta penguatan pasar obligasi memberikan fondasi yang kokoh bagi pertumbuhan pasar modal jangka panjang.
Pertumbuhan pasar modal ini juga berdampak positif terhadap perekonomian secara luas. Kenaikan IHSG dan minat investor terhadap obligasi serta reksa dana mendorong aliran modal yang dapat digunakan perusahaan untuk ekspansi usaha, meningkatkan kapasitas produksi, dan membuka lapangan kerja baru. Selain itu, penguatan pasar modal meningkatkan peluang pembiayaan bagi proyek-proyek infrastruktur dan sektor strategis lainnya, sejalan dengan target pemerintah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi inklusif.
Dengan pencapaian all-time high IHSG dan penguatan di pasar obligasi maupun AUM, pasar modal Indonesia menunjukkan ketahanan dan daya tarik yang kuat bagi investor domestik maupun global. Tren ini juga menjadi sinyal positif bagi pemerintah, regulator, dan pelaku pasar bahwa reformasi struktural dan stabilitas makroekonomi berhasil menciptakan iklim investasi yang kondusif.
Ke depan, OJK terus mendorong pengembangan pasar modal, termasuk perluasan instrumen keuangan, peningkatan transparansi, dan edukasi investor agar pertumbuhan pasar dapat berkelanjutan. Dukungan terhadap inovasi keuangan, termasuk produk derivatif dan bursa karbon, juga menjadi fokus untuk menarik lebih banyak investor serta memperkuat posisi Indonesia di peta pasar modal global.
Kinerja pasar modal yang solid ini menunjukkan bahwa Indonesia berada pada jalur yang tepat dalam membangun ekosistem keuangan yang sehat, likuid, dan menarik bagi investor. Dengan fondasi yang kuat, pasar saham, obligasi, dan industri pengelolaan investasi dapat terus menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi nasional, sekaligus memberikan manfaat nyata bagi investor dan masyarakat secara luas.