JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali mendapat sorotan pasar menjelang pembukaan perdagangan Kamis 26 JUNI 2025. BNI Sekuritas secara konsisten memperkirakan adanya potensi penguatan secara teknikal pada IHSG, asalkan indeks utama bursa dalam negeri tersebut berhasil mempertahankan level support di kisaran 6.780.
Dalam riset harian yang dipublikasikan Rabu malam, Fanny Suherman, Head of Retail Research BNI Sekuritas, menegaskan pentingnya level 6.780 sebagai titik kritis bagi IHSG. Menurutnya, selama indeks bertahan di rentang tersebut, kemungkinan lanjutan tren kenaikan terbuka lebar.
“Support IHSG di level 6.750‑6.780 hingga resistence pada level 6.900‑6.950,”
tulis Fanny Suherman dalam laporan riset perdagangan Kamis 26 JUNI 2025.
Level Support dan Resistance sebagai Tolok Ukur Kekuatan IHSG
Dalam berbagai metode analisis teknikal, rentang support dan resistance menjadi level kunci untuk mengukur tekanan beli-masuk (buying interest) dan tekanan jual (selling pressure). Fanny menyebutkan bahwa kekuatan IHSG cukup solid selama tetap berada di atas area support 6.750–6.780. Di sisi lain, pergerakan kenaikan cenderung menghadapi hambatan jika mencapai level resistance di kisaran 6.900–6.950.
Support (rentang bawah): 6.750–6.780
Resistance (rentang atas): 6.900–6.950
Jika breakout atas level resistensi tersebut terjadi, IHSG bisa melesat melewati 6.950, sesuai analisis tim riset BNI Sekuritas.
Konteks Pergerakan IHSG dalam Beberapa Perdagangan Terakhir
IHSG sempat mengalami tekanan korektif dalam beberapa minggu terakhir seiring dengan tekanan global dan profit taking investor setelah rally cukup tajam sebelumnya. Namun, menurut data harian, pergerakan indeks cukup terbatas dengan fluktuasi di sekitar kisaran 6.800, mencerminkan sentimen wait-and-see dari pelaku pasar.
Faktor eksternal seperti volatilitas pasar global, kebijakan moneter bank sentral di Amerika Serikat, serta data ekonomi makro domestik turut mempengaruhi pergerakan IHSG. Di dalam negeri, pelaku pasar juga mencermati prospek kinerja emiten triwulan II 2025, serta kabar pembatasan impor dan stimulus fiskal.
Faktor Penguat Potensial IHSG
Data Ekonomi Domestik yang Memadai
Beberapa indikator ekonomi domestik terbaru, seperti pertumbuhan kredit perbankan dan belanja modal pemerintah, menunjukkan sinyal stabilitas. Ini dapat berpotensi mendukung sentimen positif.
Insentif Fiskal dan Kebijakan Pemerintah
Rencana relaksasi fiskal dan strategi pembangunan infrastruktur bisa menjadi katalis bagi sektor konstruksi dan komoditas — dua sektor yang berpengaruh terhadap pergerakan IHSG.
Sentimen Global Positif
Meredanya inflasi di Amerika Serikat dan sinyal pelonggaran kebijakan moneter oleh The Fed (Federal Reserve) dapat memperkuat arus modal menuju pasar negara berkembang, termasuk Indonesia.
Laporan Kinerja Emiten Triwulan II-2025
Data keuangan emiten, khususnya yang terkait sektor perbankan, consumer goods, dan infrastruktur, tengah disoroti pelaku pasar. Kinerja yang melebihi ekspektasi bisa menjadi pemicu beli.
Skenario IHSG ke Depan Menurut BNI Sekuritas
Skenario bullish teknikal:
Apabila IHSG mampu mempertahankan level support di kisaran 6.780–6.750, dan mendapat katalis dari laporan emiten atau stimulus fiskal, indeks berpotensi memecah level resistance di area 6.900–6.950.
Skenario koreksi terbatas:
Bila tekanan jual semakin meningkat dan IHSG melemah di bawah 6.780, indeks bisa terkoreksi menuju zona support berikutnya di bawah 6.750. Kondisi ini bisa memicu aksi antisipatif di antara investor ritel maupun institusi.
Breakout berkelanjutan:
Jika breakout terjadi di atas resistance 6.950, IHSG kemungkinan menguji level psikologis penting berikutnya di 7.000. Namun, pergerakan tersebut sangat bergantung pada arus modal asing (foreign inflow), data ekonomi, dan sentimen makro global.
Arah Strategi untuk Investor Ritel dan Institusi
Investor Ritel
Fanny mengingatkan pentingnya mengawasi volume dan sentimen pasar. Strategi “buy on dip” (beli saat koreksi ringan) di dekat area support bisa menjadi peluang, selama manajemen risiko diterapkan dengan stop-loss ketat di bawah 6.750–6.780.
Investor Institusional
Investor besar umumnya mencermati laporan kinerja emiten triwulan II dan kebijakan fiskal jangka menengah. Alokasi portofolio terhadap sektor-sektor defensif seperti consumer goods, perbankan, dan infrastruktur bisa menjadi strategi yang bijak.
Short-Term Traders
Bagi trader jangka pendek, fluktuasi di kisaran resistance 6.900–6.950 memberi peluang untuk mengambil untung dalam rentang range-bound. Tapi jika breakout terjadi, strategi breakout momentum menjadi pilihan menarik.
Perkiraan Hingga Akhir Kuartal II-2025
BNI Sekuritas memandang bahwa IQHSG berpotensi menutup kuartal kedua dengan konsolidasi positif, terutama jika didukung oleh data ekonomi domestik yang stabil dan arus modal kembali. Support di 6.750–6.780 dan resistance di 6.900–6.950 menjadi tolok ukur teknikal utama.
Dengan asumsi tak ada gejolak global tajam seperti lonjakan inflasi atau konflik geopolitik yang memicu flight to safety, optimisme pasar masih dapat dipertahankan. Namun, tetap perlu diingat bahwa volatilitas masih akan terasa, sehingga manajemen risiko menjadi aspek krusial.
Rekomendasi Pasar
Inti dari proyeksi BNI Sekuritas: Selama IHSG bertahan di atas level 6.780, ada potensi kenaikan menuju resistance 6.900–6.950, bahkan lebih jika breakout terjadi.
Strategi diversifikasi: Mulai dari beli saat koreksi (dip buying) di sekitar support, hingga profit taking pada resistance — semua bisa jadi strategi baik tergantung profil risiko.
Faktor mata uang dan arus modal: Nilai tukar rupiah terhadap dolar dan tren arus modal asing juga harus dipantau secara intensif.
Fanny Suherman menekankan bahwa level teknikal ini tidak bisa dilepaskan dari analisis fundamental dan sentimen global. Dia menyimpulkan bahwa kestabilan IHSG dalam kisaran kritis tersebut layak diwaspadai, namun membuka ruang besar bagi pergerakan menguat jika seluruh faktor mendukung.