Prabowo Tegaskan Swasembada Energi Tercapai dalam 5 Sampai 6 Tahun

Senin, 30 Juni 2025 | 07:49:38 WIB
Prabowo Tegaskan Swasembada Energi Tercapai dalam 5 Sampai 6 Tahun

JAKARTA - Presiden Prabowo Subianto menegaskan bahwa Indonesia mampu mencapai swasembada energi dalam waktu relatif singkat, yakni dalam kurun lima hingga enam tahun ke depan. Hal ini disampaikan dalam pidatonya saat menghadiri peletakan batu pertama Proyek Ekosistem Industri Baterai Kendaraan Listrik Terintegrasi di Karawang, Jawa Barat, Minggu 29 JUNI 2025.

Dalam pernyataannya, Prabowo menyampaikan rasa optimis terhadap kemampuan bangsa Indonesia untuk mandiri dalam urusan energi. Ia menyebut keyakinannya berdasarkan masukan para pakar serta hasil analisis berbagai data.

“Saya diberitahu oleh para pakar bahwa bangsa kita ini sungguh-sungguh bisa swasembada energi. Dan hitungan saya tidak lama, tidak lama. Lima tahun, paling lambat enam tahun, kita bisa swasembada energi,” tegas Presiden Prabowo dalam pidatonya.

Fokus Strategis pada Hilirisasi Energi: Proyek Baterai Terbesar di Asia Tenggara

Proyek yang diresmikan oleh Prabowo merupakan salah satu proyek industri baterai kendaraan listrik terintegrasi terbesar di Asia Tenggara. Dikerjakan oleh konsorsium antara PT Aneka Tambang Tbk (ANTAM), Indonesia Battery Corporation (IBC), serta mitra asing dari China yang terdiri dari CATL, Brunp, dan Lygend, proyek ini digadang-gadang sebagai pendorong utama hilirisasi energi dan transisi menuju energi hijau.

Dengan total investasi mencapai antara USD 5,9 miliar hingga USD 6 miliar (sekitar Rp 96 triliun), proyek ini menjadi bagian dari Proyek Strategis Nasional (PSN) yang didorong pemerintah untuk mempercepat transformasi sektor energi nasional. Area pengembangan proyek mencapai 3.023 hektar dan ditargetkan dapat menyerap sekitar 8.000 tenaga kerja langsung.

Prabowo menjelaskan bahwa proyek ini mencakup rantai pasok secara penuh dari hulu ke hilir. Mulai dari proses penambangan, pemurnian melalui fasilitas smelter dan HPAL (High Pressure Acid Leaching), produksi prekursor dan katoda, hingga manufaktur baterai siap pakai.

“Ini adalah proyek dari hulu ke hilir. Tambang, smelter, HPAL, lalu prekursor, katoda, hingga baterai jadi. Ini strategi yang telah lama digaungkan sejak masa Presiden Soekarno, dan kini kita mulai wujudkan,” ujar Prabowo.

Target Produksi: 15 GWh di 2028, 100 GWh Jadi Ambisi Nasional

Tahap awal proyek ini direncanakan menghasilkan kapasitas produksi baterai sebesar 6,9 GWh (gigawatt hour) per tahun pada 2026. Kapasitas itu akan ditingkatkan menjadi 15 GWh pada tahun 2028. Meski demikian, Presiden Prabowo menyatakan bahwa Indonesia sebetulnya membutuhkan kapasitas produksi jauh lebih besar untuk mencapai kemandirian energi secara menyeluruh.

“Hari ini kita saksikan, laporannya menyebutkan produksi awal mencapai 15 gigawatt. Tapi untuk benar-benar mandiri, kita perlu mungkin 100 gigawatt,” jelasnya.

Capaian tersebut, menurut Prabowo, akan sangat bergantung pada konsistensi investasi, dukungan infrastruktur, dan kemampuan SDM nasional dalam mengelola serta menyerap teknologi yang digunakan.

Dampak Ekonomi: Hemat USD 58 Miliar dan Tambahan Nilai Hingga 48 Miliar Dolar

Salah satu alasan kuat di balik dorongan menuju swasembada energi adalah efisiensi anggaran negara. Menurut Prabowo, jika Indonesia berhasil mencapai kemandirian energi, maka negara dapat menghemat hingga USD 58 miliar setiap tahun dari pengurangan subsidi energi dan impor bahan bakar.

Tak hanya itu, proyek industri baterai ini juga diperkirakan mampu menciptakan nilai tambah ekonomi mencapai USD 48 miliar. Angka ini delapan kali lipat dari nilai investasi awal, menunjukkan betapa besar dampak ekonomi yang dapat dihasilkan.

“Proyek ini adalah proyek terobosan. Akan menghasilkan nilai sekitar 48 miliar dolar, delapan kali dari investasi awalnya,” tegas Prabowo.

Baterai dan Energi Surya: Kombinasi Menuju Swasembada

Lebih lanjut, Prabowo menekankan bahwa langkah menuju swasembada energi tidak bisa dilepaskan dari pengembangan sumber energi terbarukan, khususnya tenaga surya. Namun demikian, ia mengingatkan bahwa energi surya hanya akan efektif bila disertai dengan sistem penyimpanan baterai berskala besar (Battery Energy Storage System/BESS).

“Salah satu jalan kita menuju swasembada energi adalah listrik, terutama dari tenaga surya. Dan kunci dari tenaga surya adalah baterai. Tanpa baterai, tenaga surya tidak bisa diandalkan secara penuh,” terang Prabowo.

Indonesia, menurutnya, memiliki potensi yang sangat besar dalam pengembangan energi surya, terutama karena intensitas cahaya matahari yang melimpah sepanjang tahun. Dengan dukungan baterai berteknologi tinggi, sumber daya ini bisa menjadi penopang utama sistem energi nasional.

Tantangan Implementasi: Teknologi, Infrastruktur, dan Ketergantungan Asing

Meski penuh harapan, sejumlah tantangan masih mengintai implementasi penuh proyek dan target swasembada energi. Di antaranya adalah:

Distribusi energi yang belum merata, khususnya di wilayah luar Jawa.

Ketergantungan teknologi pada negara lain, terutama dalam hal manufaktur komponen baterai dan panel surya.

Ketersediaan energi dasar (base-load) yang dapat diandalkan secara stabil, seperti geothermal, air, dan nuklir.

Sejumlah pengamat energi menyarankan agar pemerintah juga mempercepat pengembangan pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTPB) dan tenaga nuklir (PLTN), sebagai komponen stabil dari sistem energi nasional.

Dalam forum diskusi publik, disebutkan bahwa PLTN dan PLTPB dinilai sebagai sumber daya yang paling stabil untuk menopang kebutuhan energi di pulau-pulau besar di Indonesia.

Menanggapi tantangan ini, Prabowo mengaku telah menjajaki kerja sama internasional, termasuk dengan Brazil, untuk pengembangan teknologi reaktor nuklir modular sebagai bagian dari strategi jangka panjang Indonesia.

Arah Jelas Menuju Energi Mandiri

Peletakan batu pertama proyek ekosistem baterai listrik di Karawang menjadi titik awal penting dalam perjalanan Indonesia menuju kemandirian energi. Dalam lima hingga enam tahun ke depan, proyek ini diharapkan bisa memberikan kontribusi nyata, tidak hanya dalam hal produksi energi, tetapi juga membuka ribuan lapangan pekerjaan, mengurangi subsidi, serta mendorong transformasi industri nasional.

Target swasembada energi yang dicanangkan Presiden Prabowo menunjukkan adanya komitmen politik yang kuat dalam mengakselerasi transisi energi hijau. Meski tantangannya tidak ringan, arah dan strategi yang telah digariskan membuka peluang besar bagi Indonesia untuk menjadi kekuatan energi mandiri di kawasan bahkan dunia.

“Kalau kita kerja keras, disiplin, dan bersatu, tidak ada yang tidak mungkin. Saya percaya, dalam lima sampai enam tahun, kita bisa mandiri energi,” tutup Presiden Prabowo dengan penuh keyakinan.

Apabila Anda memerlukan versi berita ini dalam format HTML, PDF, atau untuk kebutuhan publikasi media, saya bisa bantu konversi sesuai kebutuhan.

Terkini