MINYAK

Berpotensi Guncang Ekonomi Indonesia: Ancaman Ketidakstabilan Global Meningkat

Berpotensi Guncang Ekonomi Indonesia: Ancaman Ketidakstabilan Global Meningkat
Berpotensi Guncang Ekonomi Indonesia: Ancaman Ketidakstabilan Global Meningkat

JAKARTA - Ketegangan yang terus berlanjut antara Iran dan Israel diprediksi dapat memberikan dampak serius terhadap ekonomi Indonesia. Konflik yang kian memanas ini tidak hanya menjadi isu geopolitik kawasan Timur Tengah, tetapi juga berisiko menimbulkan ketidakstabilan ekonomi global yang berimbas pada berbagai sektor penting di Indonesia, mulai dari energi, perdagangan, hingga fiskal nasional.

Peneliti dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Ahmad Heri Firdaus, mengingatkan bahwa meskipun dampak tersebut tidak langsung terasa dalam waktu singkat, pemerintah dan pelaku ekonomi di Tanah Air harus menyiapkan langkah antisipatif sejak dini. Pernyataan ini disampaikan dalam sebuah diskusi yang berlangsung di Jakarta pada Minggu, 29 Juni 2025.

Ketegangan Iran-Israel dan Dampak Global

Konflik yang telah berlangsung puluhan tahun antara Iran dan Israel kembali memanas setelah serangkaian insiden militer yang meningkatkan risiko eskalasi besar-besaran. Sebagai dua negara yang memiliki pengaruh strategis di kawasan Timur Tengah, ketegangan ini bisa meluas dan mengganggu kestabilan pasar global, terutama pasar energi yang sangat tergantung pada pasokan minyak dari wilayah tersebut.

Iran merupakan salah satu produsen minyak terbesar dunia, sedangkan Israel memiliki posisi penting sebagai sekutu strategis Amerika Serikat di kawasan tersebut. Ketidakpastian geopolitik ini berpotensi mengganggu rantai pasokan minyak mentah, yang akan berimbas pada harga energi dunia termasuk di Indonesia.

“Konflik tersebut berpotensi memicu ketidakstabilan ekonomi global, termasuk sektor energi, perdagangan, hingga fiskal nasional,” kata Ahmad Heri Firdaus.

Ancaman pada Sektor Energi Indonesia

Indonesia sebagai negara yang masih mengimpor minyak untuk memenuhi kebutuhan domestiknya sangat rentan terhadap fluktuasi harga minyak dunia. Ketegangan di Timur Tengah berpotensi mengerek harga minyak mentah di pasar internasional, yang pada gilirannya akan menambah beban subsidi energi pemerintah dan meningkatkan biaya produksi di berbagai sektor industri.

Ahmad Heri menambahkan, “Lonjakan harga minyak akibat gangguan pasokan dari kawasan Timur Tengah dapat memperbesar tekanan inflasi di dalam negeri serta menggerus daya beli masyarakat.”

Implikasi pada Perdagangan dan Investasi

Selain sektor energi, ketidakstabilan global yang ditimbulkan oleh konflik Iran-Israel dapat berdampak pada perdagangan internasional Indonesia. Sebagai negara yang aktif dalam perdagangan global, gangguan di jalur perdagangan Timur Tengah bisa menyebabkan kenaikan biaya logistik dan gangguan pasokan bahan baku impor.

“Kondisi ini juga dapat mengurangi minat investor asing yang cenderung menghindari risiko saat situasi geopolitik tidak menentu,” ujar Ahmad Heri.

Risiko terhadap Fiskal Nasional

Dampak ketidakstabilan global tidak berhenti pada aspek harga dan perdagangan. Fiskal nasional Indonesia juga berpotensi terdampak jika pendapatan negara dari sektor pajak dan ekspor menurun akibat perlambatan ekonomi global. Pemerintah mungkin perlu melakukan penyesuaian anggaran untuk mengatasi tekanan tersebut, termasuk kemungkinan meningkatkan subsidi atau bantuan sosial untuk menjaga stabilitas ekonomi domestik.

“Pemerintah harus siap dengan skenario fiskal yang lebih konservatif dan mempertimbangkan stimulus yang tepat guna mengantisipasi dampak negatif,” ujar Ahmad Heri.

Upaya Antisipasi Pemerintah dan Pelaku Ekonomi

Menanggapi potensi dampak tersebut, sejumlah langkah antisipatif perlu dilakukan oleh pemerintah Indonesia bersama pelaku usaha. Diversifikasi sumber energi dengan mempercepat pengembangan energi terbarukan menjadi salah satu solusi jangka panjang untuk mengurangi ketergantungan terhadap minyak impor.

Selain itu, penguatan rantai pasokan lokal dan peningkatan daya saing produk domestik di pasar global menjadi strategi penting untuk memitigasi risiko gangguan perdagangan internasional.

Ahmad Heri menekankan, “Kesiapan pemerintah dan sektor swasta dalam menghadapi situasi ini sangat penting untuk menjaga stabilitas ekonomi nasional.”

Pandangan Ekonomi Global

Para analis ekonomi internasional memperingatkan bahwa eskalasi konflik Iran-Israel bisa menjadi pemicu utama volatilitas pasar keuangan dunia. Ketidakpastian geopolitik biasanya menyebabkan investor mengalihkan aset ke instrumen yang lebih aman, sehingga menimbulkan gejolak pada pasar saham dan valuta asing.

Hal ini akan mempengaruhi nilai tukar rupiah serta aliran modal investasi asing ke Indonesia. Oleh karena itu, manajemen risiko dan kebijakan makroprudensial harus diperketat untuk menghadapi dinamika ini.

Konflik yang berlangsung antara Iran dan Israel memiliki potensi besar untuk mengguncang perekonomian Indonesia melalui dampak ketidakstabilan global di sektor energi, perdagangan, dan fiskal. Meski dampaknya bersifat tidak langsung, kesiapsiagaan pemerintah dan pelaku ekonomi menjadi kunci utama dalam menjaga stabilitas dan pertumbuhan ekonomi nasional.

Peneliti INDEF, Ahmad Heri Firdaus, menegaskan pentingnya langkah antisipasi sejak dini, “Kita tidak bisa menunggu dampak itu datang secara penuh. Perlu ada sinergi antara kebijakan pemerintah, sektor industri, dan masyarakat untuk mengurangi risiko yang mungkin timbul.”

Dengan pemahaman mendalam dan kebijakan yang tepat, Indonesia diharapkan mampu menghadapi tekanan global akibat konflik geopolitik ini tanpa kehilangan momentum pembangunan ekonomi dan kesejahteraan rakyatnya.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index