JAKARTA - Harga logam mulia emas bergerak menguat secara moderat pada perdagangan Selasa, 1 Juni 2025, di saat pasar global menanti dengan cermat serangkaian data ekonomi Amerika Serikat (AS) yang akan segera dirilis. Momen ini sekaligus menjadi periode ketidakpastian yang membuat banyak investor memilih posisi bertahan, sambil menanti sinyal lebih jelas terkait arah kebijakan suku bunga The Federal Reserve (The Fed).
Dukungan utama bagi pergerakan harga emas datang dari pelemahan dolar AS. Di pasar spot, harga emas berhasil naik 0,6% ke level US$ 3.293,55 per troi ons. Kontrak berjangka emas AS (US gold futures) pun mencatatkan kenaikan serupa, ditutup pada posisi US$ 3.307,70 per troi ons. Dengan penguatan ini, emas memperpanjang tren kenaikan yang telah tercatat selama dua kuartal berturut-turut, membukukan lonjakan sebesar 5,5%.
“Pelemahan dolar memberikan sedikit dukungan bagi harga emas,” ujar wakil presiden sekaligus ahli strategi logam senior di Zaner Metals, Peter Grant, dikutip dari Reuters.
Sebagaimana diketahui, pelemahan dolar AS kerap menjadi katalis positif bagi emas, karena membuat logam mulia tersebut lebih murah bagi investor yang memegang mata uang lain, sehingga permintaan emas di pasar internasional cenderung meningkat.
Kehati-hatian Pasar Menjelang Data Penting
Fokus pelaku pasar saat ini tertuju pada sejumlah data ketenagakerjaan AS yang dijadwalkan rilis dalam pekan ini. Data tersebut antara lain laporan ketenagakerjaan bulanan yang akan diterbitkan pada Rabu, 2 Juni 2025, serta data klaim awal tunjangan pengangguran yang keluar pada Kamis, 3 Juni 2025. Kedua indikator ini dianggap penting karena dapat memberikan gambaran terbaru terkait kondisi ekonomi AS dan seberapa agresif kebijakan moneter yang akan diambil The Fed.
Sebagai aset lindung nilai (safe haven), emas kerap diuntungkan dalam kondisi ketidakpastian global, termasuk ketika suku bunga rendah. Namun sebaliknya, jika data ekonomi AS memperlihatkan perbaikan signifikan, ekspektasi pasar terhadap kenaikan suku bunga dapat menekan harga emas.
Analis Citi dalam laporannya menyebutkan, emas kemungkinan akan bergerak konsolidasi di kisaran US$ 3.100 hingga US$ 3.500 sepanjang kuartal ketiga 2025. Citi juga memperkirakan bahwa level tertinggi pada akhir April 2025, yaitu US$ 3.500 per troi ons, kemungkinan sudah menjadi puncak harga emas dalam waktu dekat.
Perkembangan Geopolitik dan Kebijakan Perdagangan
Selain faktor domestik AS, kondisi geopolitik global juga memengaruhi sentimen pasar terhadap emas. Pekan lalu, AS dan China dikabarkan telah berhasil menyelesaikan permasalahan seputar pengiriman mineral tanah jarang dan magnet, yang sempat menimbulkan ketegangan dalam hubungan dagang kedua negara. Penyelesaian ini membangkitkan kembali harapan adanya negosiasi lanjutan antara dua ekonomi terbesar di dunia tersebut.
Di sisi lain, Kanada mengumumkan pembatalan rencana pajak layanan digital yang sebelumnya ditujukan pada perusahaan teknologi asal AS. Langkah ini dinilai sebagai sinyal positif bagi kerja sama perdagangan internasional dan meredakan sebagian ketegangan dagang.
Isu geopolitik semacam ini menjadi salah satu faktor yang membuat emas tetap diminati sebagai aset pelindung nilai, sebab setiap ketidakpastian global cenderung memicu minat investor pada aset safe haven.
Kinerja Logam Mulia Lainnya: Perak, Platinum, dan Paladium
Sementara itu, untuk logam mulia lain, harga perak spot terpantau turun tipis 0,1% ke US$ 35,93 per troi ons. Platinum juga melemah 0,3% ke US$ 1.334,70 per ons, dan paladium mencatatkan koreksi cukup tajam hingga 3,2% ke level US$ 1.097,24 per ons.
Kendati demikian, secara keseluruhan, ketiga logam mulia ini masih membukukan kenaikan pada kuartal kedua 2025, mengikuti tren positif yang dicatatkan emas. Kinerja solid ini mengindikasikan bahwa permintaan atas logam mulia masih cukup terjaga, meski volatilitas pasar kerap terjadi akibat perubahan kebijakan moneter dan fluktuasi data ekonomi global.
Outlook Harga Emas: Konsolidasi atau Tren Baru?
Menghadapi kuartal ketiga 2025, banyak analis menilai harga emas masih akan berkonsolidasi di rentang yang telah dicatatkan selama beberapa bulan terakhir. Peter Grant menilai, jika data ketenagakerjaan AS menunjukkan hasil yang lemah, emas berpotensi menguji kembali area resistance di kisaran US$ 3.350–US$ 3.400. Namun, bila data ekonomi menguat, tekanan jual pada emas dapat terjadi karena ekspektasi kenaikan suku bunga akan kembali menguat.
“Pasar sedang sangat sensitif dengan data ekonomi AS saat ini. Setiap sinyal tentang inflasi, pengangguran, atau pertumbuhan akan diterjemahkan investor sebagai proyeksi langkah The Fed selanjutnya,” tambah Grant.
Secara umum, penguatan tipis harga emas pada perdagangan awal pekan ini menjadi sinyal positif di tengah kehati-hatian investor menjelang rilis data penting AS. Dukungan dari pelemahan dolar serta ketidakpastian geopolitik global membuat emas tetap menjadi primadona di mata investor yang menginginkan perlindungan nilai.
Meskipun logam mulia lainnya seperti perak, platinum, dan paladium sempat terkoreksi, tren kenaikan sepanjang kuartal kedua 2025 menunjukkan minat investor pada aset berharga ini masih cukup solid.
Ke depan, pergerakan harga emas dan logam mulia lainnya akan sangat ditentukan oleh arah kebijakan The Fed, yang kemungkinan besar akan merespons data ketenagakerjaan AS. Investor disarankan untuk tetap memantau perkembangan pasar dan berhati-hati mengambil keputusan, mengingat volatilitas yang masih cukup tinggi.